sajak - sajak peduli bangsa
                        ( diambil dari rubrik SIRKUIT harian Republika Minggu )
                         


                         
                         

                        IWAN  GUNADI


                        PENGAKUAN SEORANG PETUALANG

                        para mahasiswa tercinta
                        terima kasih
                        kalian sang pelopor
                        saya yang kesohor

                        jakarta, 260598
                         



                         

                        MULUT, TANGAN, DAN HATI

                        sampai saat ini ketika bau mesiu dan hangus masih tercium
                        hidung di wajah kita tumbuh sejumlah mulut di tubuh kita
                        memanjang sekian tangan tak ada lagi yang takut punya mulut
                        dan tangan tanpa diminta apalagi dipaksa dengan tergesa-gesa
                        tangan-tangan merogoh mulut-mulut terus-menerus
                        mengeluarkan banyak hati tanpa tahu mana hati kita yang murni
                        ''jangan curigai kami,'' begitu pinta kita tapi pasti nanti lima,
                        sepuluh, atau dua puluh tahun lagi hati yang murni takkan kering
                        dibakar matahari

                        jakarta, 260598

                         
                          



                         

                        PROKLAMASI  BULU

                        setelah tiga puluh dua tahun tertanam di dalam dada kita
                        mengusung setengah tiang bendera yang disulam dari bulu roma
                        di kerumunan para mahasiswa
                        siapakah itu yang mengerek segalah penuh bendera
                        yang dirajut dari bulu jembut tanpa pembacaan teks proklamasi

                        dasana indah, 270598
                         



                         

                        KAKI

                        kalau saja kakiku punya hidung
                        tentu tak perlu menginjak taik
                        maka ia segera kutaruh di tengah tempurung lutut
                        kalau saja kakiku punya telinga
                        tentu tak akan hancur terlindas kereta
                        kalau saja kakiku punya mulut
                        tentu tak akan cepat lelah
                        maka ia segera kutempel di bawah hidung
                        kalau saja kakiku punya mata selain mata kaki
                        tentu tak perlu terperosok di sembarang lubang
                        maka mereka segera kusemat di atas hidung sejajar telinga
                        kepala telah kehilangan empat anak kandungnya
                        tetapi ia tetap kepala
                        kaki telah merampas empat organ asing
                        tetapi ia tetap kaki
                        ia akan terus-menerus menginjak apa saja
                        hingga menjadi taik
                        ia akan terus-menerus menjadi kereta
                        dan menghancurkan apa saja
                        ia akan terus mengejar siapa saja
                        tanpa mengenal lelah
                        ia akan terus-menerus menggiring apa dan siapa saja
                        ke lubang-lubang untuk kemudian ia sendiri terjun ke sana
                        dan merasakan nikmatnya hidup di lubang
                        sambil menekan mereka
                        ia memang kaki dengan isi darah bukan otak, apalagi hati
                        kalau saja kakiku seperti itu
                        kalau saja kepalaku seperti itu
                        siapa berhak menyandang aku
                        dengan berjingkat-jingkat meminjam kaki sang hampa
                        aku bergerak menuju ia

                        dasana indah, 060198
                         



                         

                        juni - 1999