Kompas Minggu, 19 Juli 1998 http://www.kompas.com
Amien Rais Dkk akan Bentuk Partai Politik
Jakarta, Kompas
Partai politik baru yang bersifat terbuka dengan berbasiskan Islam, nasionalis
dan
patriotis akan dibentuk Amien Rais bersama Prof Dawam Rahardjo dan Prof
Yusril
Ihza Mahendra. Partai yang kemungkinan bernama Partai Amanat Bangsa atau
Partai Keadilan Bangsa itu sudah harus terbentuk sebelum 1 Agustus 1998.
"Soal nama partai masih dirundingkan secara intensif. Tetapi mudah-mudahan
platform-nya bisa meyakinkan masyarakat luas," kata Ketua Umum PP
Muhammadiyah Amien Rais, sebelum memberi pengarahan pada Rakornas Ikatan
Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) di Hotel Cempaka, Jakarta, Sabtu
(18/7).
Amien ditanya mengenai niatnya membentuk parpol baru yang terpisah dari
Muhammadiyah.
Amien mengatakan, selain Dawam, Yusril, dan Amin Aziz, partainya akan didukung
oleh para kiai, ulama, tokoh LSM, dan masyarakat luas. Muhammadiyah sendiri
dikatakan Amien tidak akan membuat partai. Bahkan dia sendiri tidak akan
buat
partai secara pribadi, kecuali bergabung bersama teman-teman lainnya.
Meskipun di dalamnya ada Yusril Ihza Mahendra, Amien menyatakan partainya
bukan berbasis Masyumi. "Bukan Masyumi. Masyumi adalah kejayaan masa lalu,"
katanya. Menjawab pertanyaan apakah partainya akan bergabung dengan Deliar
Noer (Partai Ummat Islam -Red), Amien menjawab, "Kita lihat nanti."
Mengenai kemungkinan dirinya mundur sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah
dan menunjuk Syafi'i Ma'arif sebagai ketua pelaksana harian, Amien menegaskan
dirinya masih ketua umum. Tidak akan menunjuk Syafi'i Ma'arif? kejar pers.
"Nggak,
nggak. Pak Syafi'i tetap sebagai Wakil Ketua PP Muhammadiyah. Kecuali kalau
saya sudah terjun (ke politik) betul, kemungkinan Pak Syafi'i menjadi ketua
pelaksana
harian"
Amien juga mengungkapkan, keputusan rapat pleno masih belum seratus persen
matang karena belum final. Pimpinan pusat Muhammadiyah akan mempelajari
lebih intensif lagi dengan memanggil ketua-ketua wilayah se-Jawa, untuk
membuat
perkiraan politik supaya Muhammadiyah tidak masuk ke peta yang tidak dipahami
ketika melangkah.
Dikatakan Amien, dalam waktu dekat bangsa Indonesia akan melaksanakan pemilu
dengan sistem distrik. "Sehingga yang penting adalah bagaimana tokoh-tokoh
kita
(Muhammadiyah) bisa kita "jual" kepada masyarakat luas," katanya.
Peringatan
Ketua Pelaksana Harian ICMI, Achmad Tirtosudiro, di tempat yang sama
mengingatkan, masyarakat harus hati-hati terhadap pihak atau kelompok-kelompok
tertentu yang tidak menyukai kepemimpinan Presiden BJ Habibie. Tetapi Achmad
tidak menyebut kelompok mana yang dia maksud.
"Mereka yang tidak ada dasarnya untuk mengritik itu tentu bisa dikategorikan
sebagai
kelompok yang tidak menyukai Habibie. Menyebut kelompok tidak baik karena
sifatnya menuduh, apalagi menyebut nama," kata Achmad. Menjawab pertanyaan
mengapa dirinya selalu mengulang-ulang pernyataan yang sama, Achmad
mengatakan, itu bertujuan sebagai peringatan kembali bahwa ICMI tidak perlu
terpengaruh.
Achmad menegaskan, Habibie hanya melaksanakan program yang telah
diagendakannya sampai pemilu mendatang. Mengenai Sidang Umum MPR
Desember 1999 itu sendiri, ICMI seperti dikatakan Achmad menyerahkan pada
kekuatan-kekuatan politik yang ikut serta dalam pemilu. "Tidak perlu nanti
hasilnya
Pak Habibie (yang menjadi presiden), bisa orang lain," katanya.
Menurut Achmad, Habibie tidak pernah berambisi menjadi wakil presiden atau
presiden. Bahwa Habibie sekarang menjadi presiden, itu pun tidak pernah
direncanakan sebelumnya. Tetapi apabila pada sidang umum MPR 1999 nanti
sebagian besar rakyat meminta Habibie kembali menjadi presiden, kata Achmad,
"Itu
suatu kehormatan yang tidak pantas untuk ditolak." (pep)