Misi ke Atas atau ke Bawah ?
oleh: Mitos B.
Aryanto (aryanto@indo.net.id)
Ada pesan Nabi SAW dalam mengekalkan hubungan sesama kita, yaitu "Jangan sampai kita memutuskan tali silaturrahmi." Banyak cara dalam manut pada pesan Beliau ini, mulai dari menyapa jika bertemu di jalan, saling mengunjungi, sering-sering menelepon, atau mengadakan pertemuan semacam arisan, pengajian, atau hanya sekedar duduk-duduk di warung ngobrol sana-sini.
Beberapa di antara kita malah sengaja menyediakan waktu dan tempat tertentu guna bertemu. Pesta ulang tahun, syukuran, buka puasa, dan sebagainya adalah contoh dari momentum yang banyak digunakan sebagai media silaturrahmi. Tapi sebenarnya, banyak dari kita mempunyai msi lain dari sekedar menguatkan ikatan persaudaraan.
Kita sering mengadakan acara-acara pertemuan, pesta, atau buka puasa bersama hanya untuk dimanfaatkan bagi kepentingan duniawi. Hal ini terbukti apabila seseorang mengadakan suatu jamuan, maka yang diundang adalah dari kalangan mereka sendiri, bahkan mungkin di atas mereka. Pimpinan perusahaan, gubernur, menteri, atau ke atasnya lagi adalah tamu-tamu yang ditunggu dan dinanti. Semakin tinggi kedudukan para tamunya, semakin puas dan 'bersyukur' si tuan rumah. Karena dari kehadiran para tamu itu akan banyak diperoleh keuntungan, yang berkisar antara bisnis, martabat, atau mungkin calon besan.
Tidak jarang pula kita mengadakan acara hanya untuk memamerkan rumah, perabot, kolam renang, atau benda empat roda yang nongkrong dengan anggunnya di garasi.
Ironis, memang. Kita hanya mengharapkan sesuatu yang menurut Al-Quran cuma sekedar kesenangan yang menipu. Dari yang hadir kita tidak akan memperoleh apa-apa kecuali segumpal senyum atasan atau proyek-proyek dunia. Dari mereka kita tidak akan mendapatkan doa-doa yang tulus dan nilai untuk akhirat, yang akan didapat apabila kita memberi makan orang miskin dan anak yatim.
Saya pernah mendengar sekumpulan anak yatim yang berdoa ketika saya numpang sholat di sebuah masjid yang sedang mengadakan buka puasa bagi mereka. Para anak yatim itu berdoa agar supaya Allah menurunkan rahmat bagi para donatur dan siapa saja yang memberi mereka buka puasa. Mereka berdoa agar dibukakan pintu kemudahan apabila para pemberi makan itu berada dalam kesulitan, agar usahanya lancar, sehingga dapat terus beramal dan dicintai Allah.
Apakah mungkin tamu-tamu elite yang datang ke acara kita akan mendoakan setulus itu? Mana yang lebih berharga buat kita, melobi ke atas guna kepentingan duniawi, atau merawat yang di bawah untuk memperoleh kenikmatan akhir?
mitos, 17 Maret 1997