KOMPAS, Rabu 8 Desember 1999

 

Konser 70 Tahun Nortier Simanungkalit

"Ini adalah Konser Kepastian,…"

oleh: Salomo Simanungkalit, wartawan KOMPAS


SEBELUM memimpin bagian terakhir Simfoni 9 dalam d-minor, Opus 125 Ludwig von Beethoven yang berbentuk paduan suara, komponis dan konduktor Nortier Simanung-kalit menyempatkan diri berbicara memberi makna bagi pertunjukan khusus yang diberi nama Konser 70 Tahun Nortier Simanungkalit: Apresiasi dalam Harmoni.

"Konser malam ini adalah konser kepastian karena saat ini saya merasa pasti bahwa usaha menumbuhkan paduan suara terus dilanjutkan. Ini dibuktikan dengan hidupnya pa-duan-paduan suara dari berbagai generasi sekarang ini. Saya katakan pasti karena sudah ada penyambung," katanya.

Pencipta sekitar 190 himne, mars, karya paduan suara nasional dan gerejawi, serta aransemen piano dan orkes ini kemudian melanjutkan, "Saya tidak takut bila dipanggil Tuhan Allah Yang Maha Kasih."

Ia kemudian pindah ke titik tengah panggung, menarik napas, lalu memimpin 56 orang yang terhimpun dalam Paduan Suara (PS) Pusat Olah Vokal membawakan dua nomor romantik dan klasik berturut-turut, An der schoenen blauen Donau karya Johann Strauss dan Gerakan Terakhir Simfoni 9, An die Freude karya Beethoven yang amat disuka Presiden KH Abdurrahman Wahid.

Gerakan-gerakan tangan dan isyarat tubuhnya yang efektif dan komunikatif masih memperlihatkan, betapa ia seorang dirigen paduan suara terbaik yang dipunyai Republik saat ini. Karya Beethoven sepanjang 18 menit yang sarat dengan gerakan mars itu dan pernah dibawakan paduan suara yang sama sekitar 36 tahun lalu di bawah pimpinannya, seakan memberi latar belakang pada seratusan karya mars Nortier Simanungkalit sejak awal tahun 1960-an mencipta lagu.

Konser malam itu, 28 November, di Gedung Kesenian Jakar-ta merupakan persembahan murid-murid dan binaannya untuk bapak guru mereka yang akan berulang tahun ketujuh puluh tanggal 17 Desember 1999. Mewakili generasi pertama dari PS Pusat Olah Vokal Yogyakarta yang didirikan Simanungkalit pada tahun 1963, Amoroso Katamsi sebelum konser dimulai menyebutkan, "Kami para anak didiknya menyelenggarakan konser malam ini sebagai ungkapan terima kasih untuk hampir masa 40 tahun Pak Nortier menggeluti dunia paduan suara."

Enam paduan suara dari generasi muda tahun 1960-an, 1970-an, dan 1990-an-Pusat Olah Vokal Yogyakarta, PS Ekklesia Jakarta, PS Mahasiswa ITB, PS Mahasiswa UI Paragita, PS Bahana Patria, dan PS Gitaswara Sadhana yang dipimpin masing-masing dirigen mereka membawakan 12 nomor karya Nortier Simanungkalit. Di bagian akhir konser, Pusat Olah Vokal membawakan karya Strauss dan Beethoven langsung dipimpin sang jubilaris.

***

KONSER dikelompokkan ke dalam lima sesi. Puing dimasukkan ke dalam sesi Apresiasi terhadap Diri, Suara yang Berseru-seru dan Surat-surat Paulus (Apresiasi terhadap Rohani), Renungan Ibu di Hari Tua dan Dia sudah Kembali (Apresiasi terhadap Keluarga), Lingkungan Hidup, Peralihan, Warisan 1, Warisan 2, dan Warisan 3 (Apresiasi terhadap Bangsa), serta Himne SEA Games dan Mars SEA Games (Apresiasi terhadap Dunia Internasional).

Klasifikasi ini sepintas lalu menjelaskan betapa lebar rentang tema di sekitar seorang Nortier Simanungkalit -diri-nya, kerohaniannya, keluarganya, bangsanya, dan manusia universal-yang menyublimasi ke dalam karya-karya musiknya. Namun, bila kita lebih teliti memasuki hampir seluruh karyanya, termasuk yang digelar malam itu, ada "satu" tema besar yang jelas.

Warna mars dan himne sangat terasa dalam rancangan kontur melodi dan irama pada hampir semua karyanya, sedangkan lirik lagunya dalam seluruh klasifikasi apresiasi tadi selalu mengakuisi semangat kebangsaan sebagai tema penyambung. Lihat misalnya dalam Suara yang Berseru-seru yang merupakan refleksi pernyataan Alkitab dalam Kitab Yesaya, Simanungkalit menyisipkan kata "negaraku", t'rimalah seru-ku/pujiku/Juruslamatku, bangsaku/Juru-slamatku, negaraku.

Tema kebangsaan agaknya menjadi pilihan komponis-komponis Batak ternama kelahiran dekade 1920-an yang menyeberang dari bona pasogit ke Muntilan atau Yogyakarta pada masa prakemerdekaan dan awal kemerdekaan; Cornel Simandjoentak, Binsar Sitompul, Liberty Manik, dan Nortier Simanungkalit. Bila Simandjoentak, Sitompul, dan Manik memasuki dunia komposisi sejak tahun 1940-an, maka Simanungkalit memasukinya baru pada awal tahun 1960-an setelah meninggalkan ketentaraannya.

Bahwa Simandjoentak, Sitompul, dan Manik belajar musik secara formal ketika duduk di bangku sekolah HIK Muntilan, Simanungkalit justru seorang musisi otodidak dengan satu catatan; ia dilahirkan dan besar di Sipoholon Tarutung yang merupakan basis pendidikan musik dan pendidikan seminari Protestan. Meskipun begitu, keempat komponis besar ini justru memilih "tema kebangsaan" dalam berkesenian ketimbang secara khusus memasuki "tema-tema gerejani".

Itu sebabnya timbul godaan bertanya-tanya di dalam hati ketika menyaksikan konser ini, dengan bukti-bukti dokumenter atau kesejarahan dari karya-karya seni mereka, mungkinkah seorang Simandjoentak, seorang Sitompul, seorang Manik, atau seorang Simanungkalit-andai semuanya masih hidup-tergoda ikut dalam gerakan separatisme yang saat ini diartikulasikan di beberapa daerah.

Dari masyarakat penyaji dan masyarakat penonton konser yang memenuhi Gedung Kesenian Jakarta kemarin, pasangan Nortier Simanungkalit-Sugiarti Simanungkalit yang duduk bersanding dengan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan malam itu terlihat memang berada di tengah bangsanya. Dia melembagakan festival paduan suara mahasiswa hingga menjadi tradisi di banyak perguruan tinggi sampai saat ini; dia juga yang mendirikan paduan-paduan suara di banyak instansi dan perusahaan. Dengan begitu, paduan suara di Indonesia tidak lagi melulu berbasis di gereja dan untuk itu, Nortier Simanungkalit menyiapkan infrastrukturnya; karya-karya paduan suara yang bersifat kebangsaan dan mendidik beberapa orang menjadi pemimpin-pemimpin paduan suara.

Tak salah bila pembawa acara mengatakan Warisan 3 yang diciptakan tahun 1992 dan baru diperdengarkan perdana pada konser ini sebagai karya puncaknya; nurani tercekam/daulat rakyat terancam/lepas dari pemilik warisan Indonesia/... korupsi diwarisi?/tidak!/nepotisme dan kolusi?/tidak. Ini adalah konser kepastian. (salomo simanungkalit)

 

Back to News


home

 

Kabar | Profil | Personil | Aktivitas | Partitur | Links | Members | Guest Book | E-mail


(c) 1998 GSS Homepage Team

All Rights Reserved

Contact the webmaster at: cheppy@vision.net.id

Our Motto: "Keep things simple, let the fun begin ! "