Suara Pembaruan, Selasa 30 November 1999
Kado Ulang Tahun untuk Pak Kalit
Indonesia/Yang dibela pahlawan merdeka/ Yang ditebus curahan darah dan air mata/ Jiwa dan raga, harta dan benda/ Demi tujuan kemerdekaan seluruh rakyat/makmur, damai dan sentosa/Kini hampir sirna/Warisan yang harus diterima/Korupsi diwarisi? Tidak! Nepotisme dan kolusi? Tidak!
Demikian petikan singkat syair dari lagu Warisan III karya Nortier Simanungkalit yang mendapat julukan Bapak Paduan Suara Indonesia. Lagu yang diciptakan tahu 1988-1992 itu merupakan salah satu dari trilogi Warisan yang terinspirasi dari kondisi di Indonesia pascakemerdekaan. Warisan III mencerminkan keresahan dan keprihatinannya sebagai anak negeri terhadap moral bangsa yang masih jauh dari harapan.
Lagu Warisan III itu menjadi salah satu pilihan dalam konser paduan suara, Minggu (28/11) malam di Gedung Kesenian Jakarta. Konser yang bertema "Apresiasi dalam Harmoni" ini digelar untuk memperingati hari ulang tahun ke-70 Nortier Simanungkalit yang lahir 17 Desember 1929 di Tarutung.
Dengan dukungan 6 kelompok paduan suara yakni PSM UI Paragita, PSM ITB, PS Gitaswara Sadhana, PSK Ekklesia, PS Bahana Patria dan PS Pusat Olah Vokal (POV), konser ini menggelar 12 karya Simanungkalit. Konser ini dilatarbelakangi keinginan untuk melestarikan karya seorang komposer besar Indonesia selain ungkapan terima kasih dan penghargaan atas dedikasi, dan perhatiannya dalam bidang musik dan budaya khususnya paduan suara di Indonesia.
Sesuai tema, konser ini menghadirkan karyanya dengan 6 tema besar, yakni "Apresiasi terhadap Diri" yang diwakili dengan lagu Puing (1965), "Apresiasi terhadap Kerohanian": Suara yang Berseru-seru dan Surat-surat Paulus (1992); "Apresiasi terhadap Keluarga": Renungan Ibu di Hari Tua (1980) dan Dia sudah Kembali (1980); "Apresiasi terhadap Bangsa": Lingkungan Hidup (1976), Peralihan (1976), Warisan I (1988), Warisan II (1988), Warisan III (1988-1992), dan "Apresiasi terhadap Dunia Internasional": Hymne dan Mars Sea Games (1979). Konser ini juga menggelar karya J Strauss yakni An der Schonen Blauen Donau dan Symphony No 9 in D-minor Op 125 ciptaan Ludwig von Beethoven.
N. Simanungkalit yang biasa disapa dengan "Pak Kalit" telah menciptakan lebih dari 200 karya mulai dari hymne hingga mars. Minat musiknya mulai berkembang sejak tahun 1949 ketika ia hijrah ke Yogyakarta untuk melanjutkan sekolah. Bersama dengan Umar Kayam, Kalit membentuk dan memimpin Paduan Suara Mahasiswa UGM. Kalit bercita-cita mendirikan paduan suara di seluruh pelosok tanah air. Tahun 1966, ia memasuki birokrasi pemerintahan untuk menjabat Kepala Dinas Musik PP&K (Depdikbud). Ia telah bertahan di jalur musik, terutama paduan suara.
"Anak-anak yang dulu saya asuh sangat terharu dan ingin memperingati bukan hanya saya sebagai pribadi. Tapi karya-karya di belakang saya, itulah yang mereka ingin angkat," ujar Kalit di sela-sela pertunjukan. Hingga kini, ia juga masih aktif sebagai dirigen dan pembina Paduan Suara Pusat Olah Vokal (POV) yang didirikannya tanggal 17 Januari 1963.
Di usia senja, komposer kelahiran Tarutung ini telah menciptakan karya-karya untuk sejumlah lembaga, pemerintah, swasta,partai politik, bahkan pihak luar negeri. Karya terakhir yang diciptakannya ialah sebuah lagu hymne untuk Palang Merah Amerika yang sudah diperdengarkan 2 minggu lalu.
Sebagai komposer, N Simanungkalit memiliki cita-cita besar untuk bangsa Indonesia. "Cita-cita saya sejak 40 tahun lalu ialah menjadikan manusia Indonesia sebagai manusia musikal, supaya harkat, daya nalar, dan intelektualnya tinggi." Dengan menjadi bangsa yang musikal, Indonesia tidak akan tertinggal dengan bangsa lain. Ia optimis bangsa Indonesia dapat menjadi sejajar dengan bangsa lain yang sudah maju jika menghargai musik. (UW/W-9)
| Profil | Personil | Aktivitas | Partitur | Links | Members | Guest Book | E-mail
(c) 1998 GSS Homepage Team
All Rights Reserved
Contact the webmaster at:
cheppy@vision.net.idOur Motto
: "Keep things simple, let the fun begin ! "