Cenderawasih Pos, 02 Juli 2007 05:24:13
Bintang Kejora Berkibar di LP
Dilakukan Yusak Pakage, Hanya Berlangsung 5 Menit
JAYAPURA-Isu akan adanya pengibaran Bendera Bintang Kejora tanggal 1 Juli
kemarin yang diklaim sebagai Hari Ulang Tahun (HUT) Organisasi Papua Merdeka
(OPM), benar-benar terbukti. Hanya saja, tempatnya bukan di halaman kantor Mejalis
Rakyat Papua (MRP) sebagaimana isu yang merebak sebelumnya, melainkan di atas
atap Lembaga Pemasyasrakatan (LP) Kelas II A Abepura, Jayapura.
Bintang Kejora di LP Abepura itu, dikibarkan sekitar pukul 13.00 WIT oleh terpidana
10 tahun kasus makar Yusak Pakage. Kabarnya Pakage tidak sendiri, tetapi juga
dibantu dua teman Napi lainnya, Cosmos Yoal dan Simson W. Seperti diketahui,
Yusak Pakage adalah terpidana makar kasus pengibaran Bintang Kejora di Lapangan
Trikora Abepura sekitar dua tahun lalu bersama Filep Karma.
Peristiwa pegibaran bendera Bintang Kejora kemarin memang berlangsung begitu
cepat dan singkat, hanya selama lima (5) menit. Meski berlangsung singkat, namun
sempat menyedot perhatian warga sekitar, termasuk aparat keamanan setempat.
Dari informasi yang dihimpun Cenderawasih Pos di lapangan, sebelum pengibaran
dilakukan Yusak Pakage bersama temannya di LP Abepura rencananya akan
melakukan konferensi pers, terkait 1 Juli.
Hanya saja niat Yusak Pakage untuk membuat konferensi itu dilarang petugas LP,
sehingga sempat terjadi adu mulut antara petugas dengan Yusak Pakage Cs. Dari
salah seorang sumber yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, Yusak
Pakage dibantu oleh temannya Cosmos Yoal dan Simson W di LP itu bergegas pergi.
Namun tak lama kemudian tiba-tiba mereka sudah berada di atap LP mengibarkan
Bendera Bintang Kejora yang berukuran 60 cm x 120 cm.
Dia mengatakan bahwa dari aksi yang dilakukan itu terkesan kalau pengibaran
Bendera Bintang Kejora itu sebelumnya telah dipersiapkan. Pasalnya, setelah
dilarang untuk melakukan konferensi pers, mereka tidak masuk di kedalam baraknya
di LP, namun tiba-tiba sudah ada di atas atap meneriakkan "merdeka".
"Saat dilarang konferensi pers oleh petugas, Yusak bersama temannya pergi. Namun
dia tidak pergi lagi ke barak-barak LP, tapi langsung ke bagian samping bangunan,
tiba-tiba sudah ada di atas LP bersama dua teman itu mengibarkan bendera selama
lima menit," kata sumber yang tidak bersedia disebutkan namanya itu.
Setelah di atap mengibarkan bendera tersebut, kata sumber itu, petugas LP dengan
nada keras dan tegas meminta Yusak dan temannya turun dari atap. Tanpa banyak
komentar, permintaan itu dituruti lalu mereka ke kembali ke baraknya.
Sementara itu Kepala LP Abepura Johan Yarangga, SH yang dimintai komentarnya
seputar pengibaran tersebut tidak bersedia berkomentar lebih jauh. Bahkan dengan
nada tinggi menolak kedatangan wartawan. "Kamu siapa, saya tidak kenal kamu
lagi," katanya dengan nada tinggi kepada Cenderawasih Pos sambil berlalu ke dalam
ruang kerjanya, kemarin sore. Sikap Kalapas ini, terntu saja berbeda dengan hari-hari
biasanya yang mudah ditemui wartawan, termasuk Cenderawasih Pos.
Setelah pengibaran Bendera Bintang Kejora itu, barang bukti baru diamankan ke
Polresta Jayapura sekitar pukul 19.00 WIT setelah rapat koordinasi dengan
pihak-pihak terkait. Pengamanan barang bukti itu terkait dengan penyelidikan lebih
lanjut.
Sekedar diketahui, Pengibaran Bendera Bintang Kejora di LP kali ini, merupakan
yang kesekian kalinya setelah beberapa waktu lalu terpidana 15 tahun kasus makar
lainnya Filep Karma juga melakukan hal yang sama. Menariknya, pengibaran itu
dilakukan di atas atap LP, tempatnya di bagian yang sama pula, yakni di dekat
bagian pintu gerbang masuk LP.
Tapol/ Napol Gelar Pengucapan Syukur
Sementara itu, adanya rencana sejumlah eks Tapol-Napol untuk melakukan orasi dan
mimbar Bebas di Taman Imbi Jayapura, urung dilaksanakan. Batalnya acara tersebut
lantaran tidak mendapatkan izin dari pihak kepolisian.
"Kami batal melakukan kegiatan orasi dan mimbar bebas di Taman Imbi, dan kami
alihkan untuk kegiatan ibadah pengucapan syukur di salah satu gereja di Dok
IX,"ungkap Saul J Bomay yang mengaku sebagai Sekjen Dewan Revolusi Damai saat
bertandang ke redaksi Cenderawasih Pos, Minggu (1/7) tadi malam.
Menurut Saul Boma, meski di era demokrasi ini ada kebebasan untuk menyampaikan
pendapat umum, namun pengajuan surat ijin dari tokoh-tokoh Eks Tapol/Napol untuk
melakukan kegiatan mimbar bebas ini, terkendala izin dengan alasan bertepatan
dengan HUT Bhayangkara. Namun begitu, ibadah pengucapan syukur tersebut diakui
Saul hanya diikuti 4 orang Napol, termasuknya dirinya bersama dengan Sem Yaru
selaku ketua. "Banyak intel juga yang datang untuk ikut ibadah pengucapan syukur
yang dimulai jam 3 sore tadi (kemarin),"ujar.
Sementara itu terkait dengan peringatan 1 Juli ini, menurut Saul merupakan
peringatan kemerdekaan Papua secara de jure, melalui penyataan proklamasi
kemerdekaan yang disampaikan pada 1 Juli 1971 oleh Presiden Papua Barat Seth J
Rumkorem. "Proklamasi ini sebagai wujud penolakan kami terhadap hasil
Pepera,"terangnya.
Menurut Saul, bila peringatan 1 Juli ini merupakan pernyataan de jure terhadap
kemerdekaan Papua Barat, secara de facto kemerdekaan bangsa Papua ini
diperingati pada 1 Desember. Dengan kemerdekaan Bangsa Papua yang sudah
dinyatakan secara de facto dan dejure ini, maka sejalan dengan penolakan otsus
pihaknya juga menolak adanya MRP, termasuk bendera Bintang Kejora sebagai
lambang kultur budaya. "Kalau hanya bendera kultur budaya, mengapa tanggal 1 Juli
ini juga tidak boleh dikibarkan,"ujarnya.
Sementara itu, Staf khusus Kepala BIN Janzi Sofyan mengatakan, insiden pengibaran
bendera RMS di Ambon dinilai BIN susah diikuti gerakan Organisasi Papua Merdeka
(OPM). Strategi gerakan yang dilakukan RMS berbeda dengan OPM. "Mereka hanya
butuh eksistensi diakui, kalau aktivisnya sebenarnya sudah sangat sedikit,
jaringannya lebih banyak di luar negeri," ujarnya pada wartawan di Jakarta kemarin.
Orang kepercayaan Syamsir itu menambahkan, OPM juga punya agenda mencari
simpati. Namun, justru lebih banyak dilakukan oleh simpatisan OPM di luar negeri.
"Orang Papua sendiri malah jarang demonstratif, lebih banyak melakukan
penggalangan pendukung di bukit-bukit," katanya. Sofyan menilai, tindakan RMS
justru mengakibatkan OPM tiarap sementara. Sebab, mereka tahu kewaspadaan
aparat sedang tinggi-tingginya. "Kalau mereka nekat, justru blunder," katanya.
BIN, kata Sofyan, terus memberikan laporan berkala tentang gerakan separatis di
Papua. "Informasi itu selalu sampai pada presiden," katanya.
Menurut Sofyan, yang harus menjadi perhatian utama justru kesejahteraan aparat TNI
dan POLRI di Papua. "Karena letaknya jauh dari Jakarta, lokasi Papua juga terpencil
dan akses komunikasi terbatas, karena itu harus ada supervisi yang lebih ketat dari
pimpinannya," katanya.
Menanggapi pernyataan BIN soal OPM, anggota Komisi 1 (Bidang Pertahanan dan
Intelijen) DPR Untung Wahono meminta kinerja instansi yang dipimpin Syamsir
Siregar itu lebih optimal. "Kalau ada jaringan atau pergerakan baru, harus segera
dilaporkan agar aparat lain bisa mengantisipasinya," katanya. (ito/tri/jpnn)
All Rights Reserved 2004. Cenderawasihpos.com
|