detikcom, Jumat, 10/08/2007 11:02 WIB
Laporan dari Rotterdam
RMS Minta Dunia Peduli Kekerasan Oleh Densus 88
Eddi Santosa - detikcom
[PHOTO: Aksi RMS di Depan Stadion Feyenoord, Rotterdam (Foto: E. Santosa)]
Rotterdam - RMS meminta agar dunia peduli pelanggaran HAM yang dilakukan
Densus 88 terhadap aktifisnya di Maluku.
Aksi RMS itu terekam koresponden detikcom saat hendak menuju ke tribun Olympia,
tribun sisi memanjang Stadion de Kuip Rotterdam, untuk menonton duel terakhir Port
of Rotterdam Tournament antara FC Feyenoord vs Liverpool, 5/8/2007 lalu.
Mereka beraksi di depan pintu masuk tribun Olympia tersebut dengan mengibarkan
bendera RMS biru-putih-hijau-merah dan spanduk-spanduk perjuangan. Namun saat
itu mereka menyatakan tidak siap dengan pernyataan, juga tidak tersedia kertas
petisi. Mereka menjanjikan akan mengirimkan pernyataan itu via email.
Janji itu baru dipenuhi Kamis petang atau Jumat (10/8/2007) WIB melalui organ
Initiatiefgroep Capelle .
Dalam pernyataannya, Initiatiefgroep Capelle menyebutkan bahwa para aktifis Maluku
yang ditangkap menyusul peristiwa "Cakalele Harganas" saat ini mengalami
kekerasan dan bahkan penyiksaan oleh Densus 88. Kondisi mereka kini sangat
menyedihkan.
Disebutkan bahwa meskipun para aktifis RMS di Maluku itu menyampaikan
pendapatnya dengan damai, namun mereka langsung ditangkap dan diperlakukan
seperti teroris oleh satuan antiteror dari Brimob tersebut, yang khusus dibentuk
bersama oleh AS dan Indonesia. Menurut pernyataan itu, satuan ini yang menjaga
dan menginterogasi para tawanan RMS tersebut.
Atas perlakuan itu para aktifis Maluku di luar Indonesia tidak tinggal diam. Dari AS,
Australia, dan Belanda aksi digalang untuk meminta perhatian dunia atas pelanggaran
HAM secara brutal di Indonesia tersebut, khususnya di Maluku.
Rakyat Maluku, aktifis yang ditahan dan keluarganya saat ini mengharapkan
dukungan moral, bantuan hukum dan juga bantuan lainnya bagi para keluarganya.
Mereka juga mengharapkan agar pelanggaran HAM di Indonesia disampaikan kepada
masyarakat internasional.
Ditegaskan bahwa suara kemerderkaan untuk lepas dari cengkeraman Indonesia
yang dikumandangkan oleh mereka di Maluku, merupakan bukti nyata. Ini dilanjutkan
oleh rakyat Maluku di seluruh dunia sebagai jaminan eksistensi bangsa Maluku,
sebuah bangsa dengan sejarah, kebudayaan dan identitasnya sendiri.
Secara khusus Initiatiefgroep Capelle menggarisbawahi bahwa peristiwa "Cakalele
Harganas" pada 29/6/2007 di Ambon sebagai prestasi gemilang. Dengan cara unik ini
mereka telah menunjukkan kepada presiden Indonesia, para tamu terhormat, dan
dunia bahwa RMS masih eksis di Maluku. Demikian bunyi pernyataan. (es/es)
© 2007 detikcom, All Rights Reserved.
|