JAWA POS, Selasa, 10 Juli 2007
Gamkonora Meletus
Ribuan Warga Mengungsi
JAILOLO - Gunung berapi Gamkonora di Kecamatan Ibu Selatan, Kabupaten
Halmahera Barat (Halbar), Maluku Utara, Senin kemarin, kembali mengeluarkan
letusan beruntun yang cukup dahsyat disertai kepulan asap setinggi sekitar 900
meter. Akibat letusan itu, warga di enam desa di kaki gunung tersebut panik dan
mengungsi.
Gunung yang berjarak sekitar 90 kilometer atau dua jam perjalanan darat dari Jailolo,
pusat pemerintahan Kabupaten Halbar itu, sebenarnya aktif sejak Minggu (8/7).
Hanya, warga enam desa -yakni Desa Baru, Gamsungi, Adu, Ngawet, Jere, dan
Nanas- masih menganggap gejala alam itu sebagai hal biasa.
Warga mulai panik saat gunung tersebut mengeluarkan semburan api sekitar pukul
01.00 WIT kemarin. Dari arah puncak gunung terdengar suara dahsyat beruntun
hingga sore kemarin. Warga semakin panik saat beredar isu bahwa jarak semburan
lava semakin dekat dengan permukiman di enam desa tersebut.
Berdasar informasi yang diperoleh Malut Post (Grup Jawa Pos) dari sejumlah warga,
sebelum mengeluarkan suara letusan keras, terdengar suara gemuruh sejak Minggu
(8/7), sehingga warga waspada dan tidak tidur. "Mulai Minggu pagi, suara gemuruh
terdengar sayup-sayup," ungkap Martinus, salah seorang warga Desa Adu,
Kecamatan Ibu Selatan, kepada wartawan saat mengungsi ke tempat lebih aman
kemarin.
Camat Ibu Selatan Julisu Marau menjelaskan, pihaknya telah menginstruksikan agar
warga tetap siaga di tempat sebelum ada perintah untuk dievakuasi ke tempat yang
lebih aman. "Kondisi di lapangan memang siaga satu, namun belum membahayakan.
Saya sudah menginstruksikan melalui kepala desa agar warga jangan dulu
mengungsi. Tetap siaga di tempat sampai ada perintah untuk evakuasi," jelasnya
setelah melaporkan kejadian tersebut ke Wakil Bupati Halbar Ir Penta Libela Nuara.
Namun, instruksi camat itu tak dihiraukan warga. Sekitar 2.000 warga dari enam desa
di Kecamatan Ibu Selatan memutuskan mengungsi ke desa tetangga. Yakni, Desa
Tosoa, Kecamatan Ibu Selatan, yang berjarak sekitar 20 kilometer dari permukiman
warga enam desa di kaki gunung itu. Dengan bekal dan harta benda seadanya, warga
yang sebagian besar ibu-ibu, lansia, serta anak-anak tersebut berjalan kaki karena
terbatasnya angkutan.
Di antara enam desa yang paling terancam, Desa Gamsungi merupakan desa yang
paling dekat dengan Gunung Gamkonora karena persis di bawah kaki gunung
tersebut.
Hingga berita ini diturunkan tadi malam, belum diketahui jelas kondisi enam desa
tersebut. Sampai siang kemarin, kepulan asap dan awan panas yang keluar dari
Gunung Gamkonora sudah menutupi keenam desa itu, sehingga jarak pandang pun
terbatas.
Satuan Pelaksana (Satlak PB) Pemkab Halbar melaporkan, letusan Gunung
Gamkonora belum menimbulkan korban jiwa maupun kerusakan harta benda milik
warga. "Sampai sejauh ini, berdasar laporan, tidak ada korban jiwa maupun harta
benda. Warga hanya mengungsi," kata Kabag Infokom Setdakab Halbar Kalbi Rasyid
kemarin.
Berdasar data yang disampaikan Badan Geologi, Pusat Vulkanologi, dan Mitigasi
Bencana Geologi Bandung, Jawa Barat, yang masuk di kantor bupati Halbar, kemarin
terjadi gempa beruntun. Tercatat, sejak 1 Juni 2007 hingga 7 Juli 2007, gunung
tersebut telah mengalami sekali gempa vulkanik dalam dan tujuh kali gempa tektonik
lokal serta 50 gempa tektonik jauh yang terjadi sekitar pukul 19.05.
Berdasar hasil pengamatan kegempaan dan visual, terhitung 8 Juli 2007 pukul 19.30,
BMG menaikkan status Gunung Gamkonora dari aktif normal (level I) menjadi
waspada (level II).
Dengan adanya peningkatan status menjadi waspada itu, BMG meminta agar warga
di sekitar gunung tetap tenang dan tidak terpancing isu tentang letusan gunung.
Warga juga dilarang mendekati kawah gunung, terutama bagi wisatawan.
Hingga petang kemarin, belum ada bantuan dari Pemkab Halbar bagi warga yang
mengungsi. Tidak ada seorang pun anggota Pemkab Halbar selain pihak kecamatan
di lokasi. Akibatnya, warga pun bingung.
Warga berharap ada bantuan alat transportasi berkapasitas besar serta tenda-tenda
darurat untuk para pengungsi yang bertahan di Desa Tosoa, salah satu desa yang
agak keluar dari kaki gunung.
Saat dikonfirmasi tentang kondisi pengungsi, Wakil Bupati Halbar Ir Penta Libela
Nuara menjelaskan, pihaknya telah menginstruksikan ke sejumlah instansi agar
segera mengambil langkah penanggulangan terhadap warga. Terutama mereka yang
bermukim di bawah kaki Gunung Gamkonora.
"Saya sudah memerintah Dinas Sosial, Kesbang Linmas, dan Satlak untuk segera
mengirimkan bantuan berupa empat atau lima truk, tenda-tenda darurat, serta air
bersih, dan bantuan makanan," tegasnya.
Kabaghumas dan Infokom Setdakab Halbar Kalbi Rasyid yang dihubungi sekitar pukul
21.00 menyatakan bahwa bantuan tersebut telah disalurkan ke lokasi. "Kami tetap
memonitor terus lewat SSB," ujarnya. (m2/jpnn)
© 2003, 2004 Jawa Pos dotcom.
|