Radio Baku Bae, 02-Jul-2007
Hahalang RMS dan Malunya Orang Maluku
Victor Manuhuttu - Pemerhati Masalah Sosial
Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung, dari manakah akan datang
pertolonganku? (Mazmur Daud 121 : 1).
Beta pung kebiasaan yang jadi budaya dalam bekerja adalah menggunakan mata,
telinga dan handeke untuk menganalisa kondisi fisik pabrik serta meramalkan
Availabiliti mesin-mesin.
Dari budaya kerja ini, dengan penuh kesadaran pernah berkata pada seorang kenalan;
tolong sampaikan kepada Karel Ralahalu, bahwa kegiatan Harganas sangat penting
bagi rakyat Maluku, tetapi juga bisa merupakan pembusukan bila terjadi salah
kontrol. Mangapa kong bisa bagitu?
Harganas adalah proses pembuktian rakyat Maluku kepada khalayak Indonesia dan
Dunia, bahwa Maluku aman dan damai adalah cita-cita anak negeri. Tapi juga
Harganas bisa merupakan pembantaian karakter akibat intrik-intrik politik serta
persaingan elit.
Simpatisan RMS berhasil mengelabui aparat keamanan dan mendekati podium
kehormatan Presiden Yudhoyono dalam hitungan puluhan meter. Peristiwa yang
menggetarkan dan mempermalukan rakyat Maluku ini, menggoda Otohilo badati
pikirang di tapalang rumah kopi Sibu-sibu.
Sebegitu pintarkah simpatisan RMS ini, yang natabene berasal dari negeri-negeri
terisolir di Pulau Haruku, sehingga mampu mengelabui aparat pilihan guna mengawal
kunjungan seorang Presiden? Sebegitu pintarkah pemuda-pemuda yang kurang
berpendidikan tersebut sehingga dalam berdemonstrasi mampu mengalahkan Koalisi
Lingkungan dalam penyampaian ide untuk dapat dibaca oleh seluruh rakyat
Indonesia? Dalam menarik perhatian Presiden, Koalisi Lingkungan yang berisikan
beberapa tenaga Dosen Universitas Pattimura (Unpatti) berpendidikan Doktor, koq,
bisa kalah telak dari pemuda-pemuda kampung. Aneh bin ajaib.
Faktanya adalah kejadian memalukan yang terjadi didepan Presiden Yudhoyono,
diabadikan ribuan kamera serta ditonton oleh orang dipenjuru bumi ditujukan untuk
mempermalukan dan menjatuhkan wibawa seorang Presiden Negara Republik
Indonesia. Sasaran lainnya adalah penghancuran karakter Gubernur Maluku yaitu,
Karel Albert Ralahalu untuk mencalonkan diri menjadi Gubernur ulang ditahun 2008.
Pesannya terbaca jelas, sebagaimana dalam editorial Media Indonesia (Sabtu,
30/06), penyusupan oleh simpatisan RMS dihadapan Presiden Yudhoyono adalah
pernyataan perang untuk mendirikan Republik Maluku Selatan. Sebegitu hebatkah
RMS di Maluku?
Semua orang yang dinyatakan dan menyatakan diri sebagai pengikut RMS adalah
orang-orang yang berpendidikan terbatas, daya juang dipertanyakan sebagai akibat
rasa frustasi terhadap tekanan ekonomi, dan yang paling penting adalah mereka
orang-orang yang tidak terlatih dari segi respon fisik dan otak. Jawabnya tegas sekali,
RMS adalah omong kosong!
Bagaimana mungkin orang-orang yang tidak terlatih dan sangat kalah dalam soal
pendidikan, yang juga berarti kemampuan Analitikal permasalahan sangat jeblok, bisa
membuat gerakan spektakuler menembus barikade pasukan pengawal Presiden?
Bagaimana bisa pemuda kampung tidak terlatih mampu mengalahkan Master, Doktor
serta tenaga-tenaga terlatih lainnya? Tentu ada tenaga atau kekuatan lain yang
menunggangi serta bermain ditengah pembusukan rakyat Maluku yang dipimpin oleh
Karel Ralahalu.
Katong molai deng idong tabuka par sui ciong bobou bangke di Maluku. Katong sui
pertama deng informasi yang menyatakan bahwa Presiden telah mendapat informasi
beberapa hari sebelumnya (Kompas dan Media Indonesia, Sabtu 30/06).
Fakta, para penyusup yaitu simpatisan RMS memegang selebaran barbahasa
Belanda yang hendak dibagikan kepada tamu asing, (Kompas, Sabtu 30/06).
Melihat kepada latar belakang pendidikan, tidak mungkin orang-orang ini mampu
berbahasa Belanda untuk menyusun selebaran yang terstruktur rapi guna dapat
dibaca oleh tamu asing. Mereka juga dengan mudah menerobos keamanan berlapis
di tengah Lapangan Merdeka. Darimana mereka mendapatkan semua tiket bagi
kemudahan ini?
Kesimpulan sementara yaitu ada kekuatan lain yang lebih besar, yang mengatur
permainan ini. Apakah RMS di Belanda? RMS di Belanda otak mereka sama
tumpulnya dengan batu rupul diujung meti. RMS di Belanda digerakkan oleh generasi
kedua. Generasi pertama adalah eks KNIL yang rata-rata berpendidikan SD. Adalah
mati angin RMS yang diturunkan oleh generasi pertama kepada anak-anak kolong
generasi kedua di Belanda kini. Apa yang bisa diserap dari orang tua berpendidikan
SD, kecuali hanya luapan emosional?
Kalo bagitu pothar sapa tu? Tanyakan pada rumput yang bergoyang di Lapangan
Merdeka. Begini, orang itu tentu tahu kondisi budaya, emosi, psykologis orang
Maluku. Orang itu tentu paham betul situasi Ambon dan pertarungan politik di
Indonesia. Orang itu tentu paham betul tentang prosedur pengamanan Presiden RI.
Orang itu tentu tahu paham betul lingkungan keamanan dan Lapangan Merdeka
Ambon serta titik-titik lemahnya. Orang itu tentu ahli strategi militer. Kesemua
syarat-syarat tersebut tidak dimiliki oleh yang menamakan dirinya RMS di Belanda
maupun di Maluku.
No, kalo bagitu siapakah dia? Mengapa dia harus menggunakan oknum anak-anak
muda yang mayoritas berasal dari Negeri Aboru? Kanapa seng pake orang dari Haria,
Booy, Siri Sori Serani yang secara histories adalah kampung para presiden RMS
sebelumnya?
Aboru, Wasu, Oma adalah anak tiri pembangunan sejak Negara Indonesia merdeka.
Aboru, Wasu, Oma adalah anak-anak tiri sejak putra-putra Maluku serta putra-putra
dari Pulau Haruku menjadi Gubernur. Aboru, Wasu, Oma tetap dibiarkan terisolir
dalam demografi, geografi serta kemiskinan. Inilah lahan yang sangat subur
menyuarakan ketimpangan dan ketidak-puasan terhadap kue pembangunan.
Sejak 17 Agustus 1945 sampai 29 Juni 2007, keterisolasian tetap terjaga dengan
tidak ada pembukaan jalan kereta api, eh salah, maksud beta jalan mobil atau jalan
oto (maaf, bukan Otopina maupun Otopet). Putra Maluku yang menjadi Gubernur
selama tiga periode dan Wakil Gubernur kini, apa yang telah diperbuat untuk
membuka isolir dan meredam kemiskinan di negeri-negeri ini? Padahal di Freeport,
Kota Tembagapura dan area pertambangannya yang berada 4000 Meter diatas
permukaan laut, mobil-mobil bisa bersileweran. Aboru, Wasu, Oma cuma satetok dan
tingkat kesulitan medan cuma setinggi pohon rutu-rutu.
Menyetir kata-kata Aristoteles bahwa kemiskinan adalah orang tua dari revolusi dan
kriminalitas. Maka Otohilo seng heran bahwa anak-anak Aboru dengan mudah dan
gampang diprovokasi sebagai justifikasi ketidak-puasan pada republik ini.
Lalu sapaaaaa dorang itu? Beta sondor tahu bagaimana dibilang oleh salah satu
pejabat didaerah ini pada beta yaitu, ose bisa tau ilmu teknik, tapi ose nau-nau soal
politik. Maka beta cup, tagal balong apapa beta su di-warning soal pemnbodohan
rakyat tentang politisasi.
Tapi tak seorangpun dapat melarang kemampuan analitikal seseorang untuk melihat
permasalahan ditengah-tengah masyarakat. oleh sebab itu, Otohilo sampai pada
kesimpulan bahwa, proses pembusukan terhadap rakyat Maluku dan Gubernurnya
serta Presidennya adalah dilakukan oleh orang yang mempunyai pengetahuan serta
terlatih dibidang security, psikososio-ekonomis kemasyarakatan, politik lokal dan
nasional juga ahli dalam strategis. Mudah saja, gunakan orang lain untuk
menghantam pesaing politik baik secara halus, kasar maupun secara kurang ajar
dengan mengorbankan rakyat tak berdosa.
Sakali lai, sapa tu orang basar yang sama deng baner pulaka? RMS cuma upeng.
Bila ditinjau dari segi Main Power, walau RMS pake M16 lawan 230 juta rakyat
Indonesia yang cuma pake palungku, laste-laste dapa ontal tar tau jalang pulang.
Melihat pada tete Momo yang sementara dudu jaga dimuka Baeleo, Otohilo pun
berseru meniru Nabi Daud ; Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung, dari
manakah akan datang pertolonganku? Haruskah anak-anakku dan anak-anakmu akan
tetap hidup dalam pembusukan sistematis terhadap masa depan mereka? Mena!
Copyright © 2007 RadioBakuBae.com. All right reserved.
|