SINAR HARAPAN, Senin, 16 Juli 2007
Mahkamah Pelayaran Usut KM Wahai Star
Ambon - Mahkamah Pelayaran menurut rencana datang ke Ambon pada Rabu (18/7)
untuk mengusut musibah tenggelamnya KM Wahai Star di perairan Selat Manipa,
Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB). Selasa (17/7) esok, tim Komite Nasional
Keselamatan Transportasi (KNKT) tiba di Ambon untuk melihat dan membenahi
transportasi laut agar keselamatan penumpang lebih terjamin.
Pelaksana Harian (Plh) Administrator Pelabuhan (Adpel) Ambon, Bram Lesnussa,
mengungkapkan hal itu kepada wartawan di Ambon, Senin (16/7) ini. "Kedatangan
kedua tim tersebut menunjukkan keseriusan Menteri Perhubungan terhadap masalah
transportasi di Indonesia, sebab kita sekarang semua terfokus pada KM Wahai Star
di mana penumpang dan ABK belum ditemukan," ungkapnya.
Mahkamah Pelayaran akan mengadili kasus ini dan nakhoda maupun perwira kapal
akan diperiksa. "Dalam melakukan pemeriksaan jika ditemukan indikasi ada petugas
yang salah atau lalai, akan diberikan hukuman pula, bisa sanksi administratif maupun
sanksi pidana," katanya. Sampai Minggu (15/7), jumlah penumpang yang ditemukan
59 orang, di antaranya 39 orang ditemukan dalam keadaan selamat, dan 20 lainnya
meninggal.
Mengenai jumlah seluruh penumpang KM Wahai Star belum diperoleh kepastiannya.
Menurut data Adpel Ambon total penumpang dan ABK KM Wahai Star 68 orang,
sedangkan berdasarkan laporan masyarakat ke Adpel Ambon penumpang mencapai
102 orang. Adpel Ambon hanya mencatat data jumlah penumpang di dua pelabuhan
resmi, yaitu Pelabuhan Leksula dan Pelabuhan Namrole di wilayah Buru Selatan,
Kabupaten Pulau Buru, sedangkan penumpang yang naik dari wilayah pesisir tidak
tercatat.
Nakhoda Meninggal
Pemilik KM Wahai Star Hengki Tansania alias Hoka yang ikut dalam pelayaran kapal
naas tersebut, ditemukan selamat oleh nelayan di Desa Bajo, Sanana, Kabupaten
Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara, Sabtu (14/7). Sementara itu, Nakhoda KM
Wahai Star Stephanus Lekatompessy ditemukan di perairan Desa Waemoly,
Kabupaten Pulau Buru, dalam keadaan meninggal dunia.
Hoka ditemukan dalam kondisi lemas dan terapung seorang diri di antara perbatasan
Pulau Buru dan Kepulauan Sula oleh dua nelayan asal Desa Bajo, yaitu Parjo dan
Tirai. Hoka telah dievakuasi ke RSUD Kepulauan Sula guna menjalani perawatan
medis. Selain Hoka dan Lekatompessy, Tim SAR juga berhasil menemukan sebelas
korban lainya yang telah dievakuasi ke Namlea-Pulau Buru, sehingga pada Sabtu
(14/7) tim SAR menemukan 13 korban dimana tiga di antaranya selamat.
Sepuluh korban yang ditemukan dalam kondisi meninggal, yaitu Alimudin Latuwael
(20), Tiara Umanailo (9), Ny M Lesnussa (40), Ny Debby Saleky, Stevanus
Lekatompessy, tiga orang lelaki dewasa tanpa identitas, dan dua anak tanpa
identitas. Latuwael, Umanailo, dan Lesnussa ditemukan di Desa Ilath; Saleky,
Lekatompessy dan dua anak tanpa indentitas ditemukan di Desa Waemoly; serta tiga
lelaki dewasa tanpa identitas ditemukan di Desa Waemorad dan telah dimakamkan di
desa tersebut.
Tiga korban yang ditemukan dalam keadaan selamat adalah Chris Sohuat (14) yang
ditemukan oleh seorang nelayan Desa Waprea Pulau Buru di perairan antara Manipa
dan Buru; Bripda Frejhon Lesnussa (anggota Satuan Polisi Perairan Polda Maluku)
yang ditemukan oleh nelayan di perairan antara Namlea dan Buru, serta Hengki
Tansania alias Hoka yang ditemukan oleh para nelayan di Desa Bajo, Sanana,
Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara.
Warga di pesisir Buru Selatan, Minggu (15/7) pagi, juga menemukan enam mayat
yang diduga merupakan korban tenggelamnya KM Wahai Star. Salah satu korban,
Hendrik De Fretes (51), kepada SH di RSUD dr Haulussy Ambon, telah menjelaskan
bahwa kapal nahas yang terbuat dari kayu dilapisi fiberglass tersebut mulai
tenggelam sejak Selasa (10/7) pukul 21.30 WIB.
"Beberapa saat sebelum kejadian kapal dihantam gelombang besar dan di saat kapal
terangkat oleh ombak, satu unit speedboat yang biasa digandeng di belakang kapal
tersebut terdorong ombak masuk di bawah kapal sehingga mengenai baling-baling
kapal dan patah. Selanjutnya, kapal bocor dan air laut perlahan-lahan mulai masuk
dan kapal pun mulai tenggelam," tuturnya.
Tujuh Kapal
Dari Makassar dilaporkan, hingga Senin ini, sudah tujuh kapal dikerahkan di sekitar
Kabupaten Takalar atau 120 mil dari pelabuhan Makassar untuk mencari korban yang
hilang pada saat kapal ikan Parengge tenggelam di Selat Makassar Rabu (11/7)
malam.
Tujuh kapal yang dikerahkan pihak Lantamal VI itu adalah KRI Ajak, KRI Mandau,
Kapal Basarnas RB-01, kapal KN-305 milik KPLP, Kapal Polisi Air (Kapol)-355, Kapol
270 dan kapal fery Takabonerate I. Menutut Kepala Dinas Syahbandar Lantamal VI,
Kapten Laut (P) M Daryanto, penyisiran juga terus dilakukan di sekitar Pulau
Doang-doangan, Pulau Dewakang dan Pulau Marasende, dimana jarak antara Pulau
Dewakang dan Pulau Marasende sekitar 40 mil yang berada di sekitar Kabupaten
Pangkep.
"Memang tim SAR gabungan hingga kini belum menemukan korban maupun
puing-puing kapal. Kemungkinan serpihan itu sudah terbawa gelombang ombak besar
yang saat itu mencapai ketinggian empat meter," katanya. Jumlah penumpang kapal
tersebut diperkirakan 39 orang, sepuluh orang di antaranya ditemukan selamat.
(izaac tulalessy/suriani)
Copyright © Sinar Harapan 2003
|