Suara Merdeka, Senin, 09 Juli 2007
RMS dan OPM Cemburui GAM
JAKARTA- Upaya menunjukkan eksistensi diri yang kini dilakukan pendukung
Republik Maluku Selatan (RMS) dan Organisasi Papua Merdeka (OPM), merupakan
bentuk kecemburuan terhadap sikap pemerintah yang memperlakukan mereka
berbeda dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Demikian dikatakan analis intelijen Dr Wawan Hari Purwanto SH menjawab Suara
Merdeka, belum lama ini. ''Yang jelas RMS dan GAM menginginkan perlakuan yang
diberikan kepada GAM juga mereka rasakan. Soalnya pemerintah sangat
mengakomodasi GAM sampai ada penandatanganan MoU di Helsinki.''
Pemerintah, kata dia, jangan sampai meladeni permintaan RMS dan OPM, karena
level mereka berbeda. Cukup Pemda Maluku dan Papua yang diberi otonomi khusus
yang menyelesaikannya. ''Penduduk Papua kan hanya 1,5 juta-an dan yang ikut OPM
sangat sedikit sekali. Begitu juga RMS. Janganlah diperlakukan seakan mereka itu
besar,'' ujarnya.
Wawan mengatakan, munculnya gerakan separatis karena adanya aspirasi yang
tersumbat atau tidak sampai ke pemerintah pusat. Juga ketidakadilan di bidang
ekonomi dan pembangunan. Oleh karenanya perlu dibuat katup pengaman sosial dan
ini tugas Depdagri. Selain itu, perlu dibuat counter yang sistematis dari Deplu untuk
menghadapi gembar-gembor OPM dan RMS di luar negeri.
''Jadi jangan sampai seperti saat kita menghadapi Ramos Horta. Dia getol
teriak-teriak di luar negeri, tapi Deplu saat itu kurang memberikan counter yang
seimbang,'' tandasnya.
Wawan juga menyayangkan aparat pemerintah yang sering bersikap 'hangat-hangat
tahi ayam' dalam menyikapi RMS dan OPM. ''Ketika sudah sepi, mereka malah tidak
melakukan apa-apa. Padahal mereka kan bisa dikatakan masuk bahaya laten. Ketika
ada kejadian seperti di Ambon, mereka baru kaget, dan akhirnya saling
menyalahkan.'' (F4-48)
Copyright© 1996-2004 SUARA MERDEKA
|