Suara Maluku, 16-Jul-2007
Gubernur dan Istri di Sibu-Sibu
Kasbi Tone dan Koyabu, Keakraban Yang Merakyat
Victor Manuhutu
A leader is a dealer in hope. (Napoleon Bonaparte)
Sabtu, jam 2 siang, samua pengunjung rumah Kopi Sibu-Sibu serta jojaro-jojaro siliwir
tacigi seng percaya par apa yang dorang lia. Seng parcaya tagal orang basar sama
Upulatu deng Inalatu mau singgah ditampa orang kacil bakumpul minom kopi di Hail
Buang Lansyik Rumah Kopi Sibu-Sibu.
Hail Buang Lansyik adalah malayo Ambon yang artinya rumah kacil tampa buang
suntuk. Seorang Gubernur dan Istrinya yang adalah Upulatu dan Inalatu negeri
Maluku, jikalau mau membuang suntuk bukanlah ditempat "ba'ostar" sama deng
Sibu-Sibu. Sibu-Sibu adalah tampa par rakyat kacil mulai dari tukang ojek, makelar,
wartawan, dosen, mahasiswa par dorang buang dong pung rasa lansyik.
Upulatu dan Inalatu maso rumah kopi Sibu-Sibu, biking banya orang jadi malu hati.
Tapi samua jadi tabale, samua jadi laeng, samua jadi akrab, seng ada kesan kaku
tagal rakyat berhadapan deng dong pung pemimpin. Samua orang di Sibu-Sibu
basangaja deng Upulatu serta Inalatu layaknya ana deng bapa-mama.
Sebagai pemilik Sibu-Sibu apa yang jadi kesan par beta? Partama-tama sebagai
seorang pemimpin telah menunjukan kerendahan hati mau duduk bersama rakyat par
minom kopi. Kedua, sebagai pemimpin telah menunjukan kebesaran serta ketulusan
hati Gubernur dan Istri tentang dari mana berasal sehingga tidak sedikitpun ada
keraguan menyantap makanan kebanyakan rakyat Maluku yaitu Kasbi Tone dan
Koyabu Gula.
Apakah Gubernur dan Istri hanya bernostalgia dengan makanan orang kampong?
Jawabannya secara tegas bahwa bukan sekedar bernostalgia pada kehidupan masa
kecil di kampong. Tagal kalo ale mau bernolstagia tantu ale berusaha menikmati
suasana deng seng mau diganggu orang laeng. Gubernur dan Istri justru menyantap
makanan khas Maluku serta mengundang semua orang duduk mendekat untuk
berbagi canda. Bahkan anak-anak kecil penjual koran turut serta ditraktir minum dan
makan oleh Upulatu dan Inalatu. Seng heran, secangkir kopi khas Sibu-Sibu dan
secangkir kopi Rarobang habis diteguk Upulatu.
Seng ada carita politik atau carita kampanye atau carita propaganda. Yang ada cuma
cerita nostalgia Upulau dan Inalatu semasa pacaran jarak jauh antara Ambon dan
Magelang. Sapa yang kore carita masa lalu ini? Sapa lai, kalo bukan wartawan yang
suka bapancing par tatawa rame-rame.
Kahadiran seorang Gubernur minum kopi bersama-sama rakyat, beta melihatnya
sebagai social marketing. Gubernur bukan mengundang rakyat datang ke
kediamannya tetapi Gubernur ketempat rakyat biasa minum kopi. Thomas Edison
bilang " if we all did things we are capable of doing, we would literally astound
ourselves". Dengan kepekaan terhadap kemanusian, kapabilitas pelayanan akan
tumbuh dan dari situ mereka akan mengenal apa-apa yang harus dan bisa dilakukan
untuk memasarkan ide-ide menjadi produk sosial yang bermanfaat.
Tidak heran maka seorang Ralahalu berpesan bahwa rumah kopi jangan hanya
dijadikan ajang tempat gossip yang negatif tetapi diharapkan sebagai tempat untuk
mendikusikan hal-hal positif guna kemajuan Maluku ke depan.
Menjadi seorang pemimpin akan dihormati oleh rakyatnya kalau dia memenuhi 5R
yaitu Rights, Relationship, Results, Reproduction dan Respect. Seseorang dapat
menjadi pemimpin semata karena posisi serta duduk disana karena dia memegang
hak tertulis (rights). Ada pemimpin diikuti rakyat karena mereka menghendakinya
(relationship). Ada juga pemimpin diikuti rakyatnya karena hasil nyata yang nampak
pada hasil kerja yang momentum (Result). Seorang pemimpin bukan hanya
memikirkan kelompoknya tetapi nasib keseluruhan anggota masyarakatnya
(Reproduction). Serta yang terakhir adalah seorang pemimpin disebut juga sebagai
spiritual leader akan tampak dari perilakunya yang merupakan cermin pergulatan
bathin dan jiwanya. Pemimpin seperti ini tidak mencerminkan kebengisan melainkan
ketulusan hati. Ia bisa saja mengalami benturan-benturan tetapi bukanlah kehendak
pribadinya. Pemimpin seperti ini membuat rakyat patuh karena respek (respect).
Membuat rakyat respek kepada seorang pemimpin dapat melalui banyak cara dan
metoda. Yang simple adalah turut merasakan, melakoni dan meresapi apa yang
rakyat rasakan. Turut terlibat pada kebiasaan atau tradisi keseharian rakyatnya.
Apa yang ditunjukan oleh Ralahalu dan Istri pada hari Sabtu (14/7) di rumah kopi
Sibu-Sibu adalah secara tidak langsung memenangi respek rakyat kecil. Ketika
Ralahalu dengan lahap menikmati Koyabu, Kasbi Tone, Poporcis, kopi susu khas
sibu-sibu serta kopi rarobang, hal ini menyatakan dengan tegas bahwa pada saat itu
tidak ada batasan pribadi Ralahalu dan rakyat Maluku tentang apa yang beliau makan
dikesehariannya.
Dari segi kecintaan terhadap produk etnik Maluku ternyata juga membuat beta
terharu. Bagaimana tidak, disebagian besar orang Maluku seusia Ralahalu, banyak
yang sudah lupa pada resep kopi tradisi khas orang tua di Maluku. Ternyata Gubernur
Maluku mengomentari salah satu rempah bahan yang kurang 'menggigit' pada
pembuatan kopi susu khas Sibu-Sibu.
Gubernur Maluku masih dengan segar mengingat resep tradisional cara membuat
kopi orang tatua di Maluku. Artinya apa? Respek dobol-dobol Kacang seng lupa pada
kulitnya! Ralahalu dengan rendah hati ingin menyatakan kepada komunitas Sibu-Sibu
bahwa tradisi hidup orang Maluku masih melekat kuat dalam dirinya, tidak lekang
karena waktu dan kedudukan. Hormate Upu!
Satu penyesalan beta selama kunjungan bapak Gubernur dan Istrinya adalah
computer di Sibu-Sibu lagi mengalami "error" sehingga kami tidak sempat
menyuguhkan lagu-lagu Hawaiian untuk Upulatu dan Inalatu guna mengingat masa
lalu. Beta berani bertaruh Gubernur kita masih mengingat lagu instrumentalia 'Pulau
Ambon' oleh George de Fretes yang biasa terdengar duhulu ketika RRI Ambon
hendak menutup siarannya. Juga beta kira instrumentalia Ola Bapa Dja, Honolulu
March, Hula Blues, Fascinating Rhythm dan Blue Hawaiian masih akrab di telinga
Upulatu dan Inalatu.
Sayang sungguh sayang, computer setang tu biking nostalgia mengalir jadi seng
lengkap. Kata beta pung tamang dolo di Freeport, Reginald Price, "old songs always
bring back old memory". Maka laeng kali jua ee, Upulau dan Inalatu, Sibu-Sibu akang
menunggu kunjungan berikutnya dengan disambut donci intrumentalia yang su nyaris
punah yaitu Konser Antar Orang Kaweng yang biasa anana kacil pake akang par
manari ambor stroij. Amato serta hormat kebanggaan dari anak negeri. Mena!
Copyright © Suara Maluku
|