SUARA PEMBARUAN DAILY, 30 Juni 2007
Insiden Bendera RMS, Tanggung Jawab Siapa?
KALAU aparat keamanan sampai kebobolan atau kecolongan atau apa pun istilah
dan sebutannya, kepada siapa lagi keamanan negeri ini dipercayakan? Begitulah
antara lain pertanyaan yang muncul ketika insiden "pertunjukan" bendera Republik
Maluku Selatan (RMS) langsung di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, saat
menghadiri peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas), di Ambon, Jumat (29/6).
Maaf saja, pertanyaan itu memang sinis, tetapi faktanya memang begitu. Bahkan
Kapuspen TNI Marsekal Muda Sagom Tamboen seperti dilansir Antara menyatakan,
insiden itu di luar perkiraan. Lho? Tidak mengherankan, sebagian kalangan,
khususnya di Senayan sana, langsung menuding lemahnya intelijen kita sebagai
penyebabnya.
Lemahnya intelijen kita juga sebenarnya tidak mengherankan. Bukan cerita baru
rasanya. Lihat saja cerita-cerita di seputar penangkapan Abu Dujana dan Zarkasih
yang dituding sebagai gembong teroris berkedok agama. Pihak luar seperti Australia
justru tahu lebih dulu, dan tentu ini juga bukan cerita baru.
Aparat keamanan kebobolan atau kecolongan sebenarnya adalah cerita biasa.
Peristiwa besar seperti 11 September 2001 di New York juga jelas-jelas
memperlihatkan betapa aparat keamanan sehebat Amerika Serikat juga mengalami
hal yang sama. Terlepas dari dugaan, peristiwa itu memang bagian dari rekayasa dan
konspirasi yang pasti rumit jalan ceritanya.
Yang jelas, di negeri ini, pengamanan paling ketat adalah untuk Presiden, yang
adalah kepala negara dan kepala pemerintahan. Menurut salah satu anggota Pasukan
Pengamanan Presiden (Paspampres) dalam silaturahmi dengan wartawan peliput
Kepresidenan beberapa waktu lalu, Presiden adalah juga simbol dan lambang negara.
Maka tidak perlu kaget - kata Paspampres berpangkat perwira menengah ini -
pengamanan terhadap Presiden, siapa pun dia, adalah super ketat. "Di mana
Presiden berada, di situ kami anggap Istana Presiden dan kami amankan dengan
standar pengamanan ketat," katanya. Misalnya Presiden menginap di satu hotel di
Surabaya, di situ dilakukan pengamanan super ketat. Termasuk ketika Presiden hadir
di satu acara.
Di sekitar hotel itu pun, pengamanan bisa mencapai radius satu atau bahkan dua
kilometer dan berlaku sebutan "Ring Satu", "Ring Dua", bahkan sampai "Ring
Empat". Singkatnya, pengamanan akan sangat ketat.
Begitu juga sebenarnya ketika Presiden Yudhoyono hadir di Lapangan Merdeka,
Ambon, kemarin. Bisa dipastikan, pengamanan super ketat. Biasanya, Paspampres
melakukan koordinasi dengan panitia acara tersebut, dalam hal ini Panitia Harganas.
Pihak keamanan yang dilibatkan adalah semua yang ada di sana.
Kodam dan Polda setempat, sampai ke tingkat paling bawah. Koramil dan Polsek.
Semua dikerahkan. Mereka biasanya disebut pengamanan wilayah (pamwil). Semua
pihak yang terlibat biasanya harus mengantongi undangan atau kartu yang sudah
diberi cap pihak keamanan. Yang sering melakukannya adalah pihak Korem, yakni
satuan komando di bawah Kodam.
Mulai dari undangan, peserta, penggembira, pengisi acara, semuanya, baru bisa
masuk areal atau kawasan acara setelah mengantongi kartu atau undangan yang
sudah disahkan Korem. Kalau tidak, jangan pernah berharap bisa masuk. Maka,
mengherankan ketika terjadi insiden di Lapangan Merdeka, Ambon, kemarin.
Kemungkinannya adalah, aparat keamanan memang tidak ketat dalam menjaga atau
sebaliknya, aparat keamanan dapat dikelabui. Kalau yang terjadi adalah yang kedua,
bisa dipertanyakan bagaimana peran intelijen, baik dari pihak TNI maupun Polri
mendeteksi adanya rencana tersebut.
Jelas sekali, pengibaran atau pembentangan bendera RMS bukan dilakukan spontan.
Aksi ini sudah pasti direncanakan cukup matang sehingga walau hanya 10 menit
muncul, dampak politisnya bisa bergaung ke mana-mana. Dari sisi ini, perencana
pengibaran bendera RMS bisa dikata- kan berhasil, apa pun ending dan risikonya.
Namun sekali lagi, kalau benar pengamanan sudah sangat ketat, fungsi intelijen yang
harus dipertanyakan. Kecuali memang ada kesengajaan untuk menunjukkan bahwa
pihak keamanan tertentu lemah. "Ini lho buktinya, acara yang dihadiri Presiden
Yudhoyono tidak dijaga dan diamankan dengan ketat."
Kalau itu yang terjadi, kemungkinan memang ada rivalitas di antara pihak keamanan,
dan tentu kita bisa menebak antara siapa dengan siapa. Dan bisa siapa saja (dari
pihak yang berivalitas itu) yang merekayasa kejadian ini. Tentu pada akhirnya
Presiden Yudhoyono - dan kita semua - akan tahu, apa yang sebenarnya terjadi di
balik itu. Tinggal pemerintah bersedia atau tidak membuka semuanya secara
transparan untuk rakyat yang adalah pemegang kedaulatan tertinggi negeri ini.
[SP/YW Nugroho]
Last modified: 30/6/07
|