SUARA PEMBARUAN DAILY, 16 Juli 2007
4.325 Keluarga Pengungsi Poso Belum Punya Rumah
[PALU] Sedikitnya 4.325 keluarga pengungsi yang rumahnya ludes terbakar akibat
kerusuhan Poso yang terjadi antara 1998-2000 sampai saat ini belum memperoleh
bantuan rumah tinggal dari pemerintah.
Para pengungsi tersebut terpaksa masih menempati barak-barak pengungsi di
wilayah Poso, sebagian tinggal di kebun-kebun dan lainnya menumpang di rumah-
rumah keluarga.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), Amirullah Syiah
mengatakan, diketahuinya keluarga pengungsi yang belum memiliki rumah tinggal
tersebut setelah dilakukan pendataan kembali pada April-Mei lalu di Poso.
"Dan hasil pendataan menunjukkan 4.325 keluarga tersebut belum memperoleh
bantuan perumahan dari pemerintah sehingga mereka masih berstatus pengungsi,"
katanya kepada wartawan di Poso, Minggu (15/7).
Sesuai hasil pendataan, sebagian besar atau sekitar 65 persen dari keluarga
pengungsi tersebut ter- sebar di 15 kecamatan di Poso. Di antaranya di Kecamatan
Poso Kota, Pamona Utara (Tentena), Pamona Selatan, Pamona Timur, Lore Utara,
Lore Selatan dan Lage. Sisanya 35 persen berdomisili dari Kabupaten Parigi
Moutong, Tojo Una-una (Sulteng) dan ada yang di Manado, Makassar, Sulawesi
Selatan serta Kendari, Sulawesi Tenggara.
Dikatakan, para pengungsi yang bertahan di Poso, sebagian masih bertahan di
barak-barak pengungsi seperti di Tentena, ibu kota Kecamatan Pamona Utara, sekitar
117 keluarga masih tinggal di barak pengungsi di lokasi eks Festival Danau Poso.
"Lainnya ada yang membangun pondok di kebun-kebun atau menumpang di rumah
keluarganya," ujar Amirullah.
Masalah Baru
Disebutkan jumlah pengungsi yang telah memperoleh bantuan perumahan melalui
dana pemerintah pusat selama ini baru berjumlah 14.372 keluarga.
"Kami sudah menyampaikan permasalahan ini kepada Menko Kesra bahkan Wakil
Presiden Jusuf Kalla, tapi sampai kini belum ada jawaban pasti," katanya.
Ia khawatir jika masalah ini tak segera ditangani bisa menimbulkan masalah baru di
Poso. "Bisa menimbulkan kecemburuan sosial dari warga yang belum memiliki rumah
tinggal tersebut dan ini rawan provokasi, rawan konflik," tambahnya.
Sejumlah pengungsi yang belum memperoleh bantuan perumahan tersebut yang
ditemui SP secara terpisah di Poso belum lama ini mengeluhkan keseriusan
pemerintah membangun rumah bagi mereka.
"Kami sudah lama dijanji-janjikan akan dibangunkan rumah tapi sampai sekarang
tidak pernah ada," kata Sunarto, pengungsi asal Desa Ranononcu, Lage yang sampai
kini bertahan tinggal di rumah keluarga di Kecamatan Poso Kota.
Hal senada diungkapkan Ibu Lili, pengungsi asal Tentena yang juga masih bertahan di
Poso Kota. Menurutnya sudah 7 tahun sejak pecah kerusuhan Poso II-III April-Mei
2000, ia tak bertahan tinggal di rumah keluarganya di Poso Kota karena rumahnya di
Tentena yang ludes dibakar massa dan sampai sekarang belum ada gantinya.
"Saya hanya pernah menerima bantuan jaminan hidup (jadup). Tapi bantuan rumah
belum pernah ada, saya sudah memohon berkali-kali dari tahun 2000 tapi hanya
dijanjikan saja. Sekarang ini hanya menumpang di rumah keluarga, kalau diusir mau
pindah ke mana?," ujar Lili sedih.
Baik Sunarto maupun Lili mengharapkan pemerintah pusat dapat memperhatikan
masalah ini apalagi dengan semakin pulihnya keamanan Poso. Mereka memiliki
kerinduan untuk kembali lagi ke lokasi tempat tinggal mereka semula. [128]
Last modified: 16/7/07
|