SUARA PEMBARUAN DAILY, 23 Juli 2007
Tenggelamnya KM Wahai Star
20 Meninggal, Lebih 30 Orang Belum Ditemukan
[AMBON] Sampai Senin (23/7), setelah dilakukan pencarian terhadap korban Kapal
Motor (KM) Wahai Star, tercatat 60 korban berhasil ditemukan. Dari 60 penumpang
tersebut, 40 korban selamat dan 20 lainnya meninggal dunia. Sedangkan 30 lebih
penumpang masih belum ditemukan. Akibat didesak keluarga korban, upaya
pencarian 30 lebih korban yang hilang itu akhirnya kembali diteruskan.
"Tim Gabungan Pencarian Korban di bawah koordinator Letkol Laut (P) Effendy
Bungkang telah berangkat menuju perairan Buru untuk mencari korban yang masih
belum ditemukan. Selain tim gabungan keluarga korban, juga ada yang diikutsertakan
untuk mencari keluarga mereka selama empat hari ke depan," kata Gubernur Maluku
Karel Albert Ralahallu kepada SP di Ambon, Sabtu (21/7).
Dijelaskan, Pemerintah Provinsi Maluku berinisiatif memberikan santunan kepada
keluarga korban KM Wahai Star. Setiap penumpang selamat diberikan santunan
sebesar Rp 2 juta, sedangkan korban meninggal dan yang belum ditemukan diberikan
santunan senilai Rp 2,5 juta.
Menyelidiki
Sementara itu, pihak kepolisian ternyata secara serius ikut menyelidiki musibah yang
menimpa KM Wahai Star. Penyidik Polisi Air (Polair) telah melakukan pemeriksaan
intensif terhadap tiga orang saksi yang diduga mengetahui secara jelas peristiwa
tersebut.
Seperti yang dituturkan anak buah kapal (ABK) Abdul Kadir Ipa (28) dalam
kesaksiannya. Sebelum menuju Ambon, kapal tersebut menyinggahi Pelabuhan
Leksula, Kecamatan Buru Selatan, Namrole, Wamsisi, Waisilit dan terakhir
menyinggahi pelabuhan Desa Waitawa. Saat itu kapal mengangkut 92 penumpang
dengan perincian 60 penumpang terdaftar, 16 tidak terdaftar, dan 16 ABK.
Kepastian jumlah penumpang terakhir ini dari saksi yang juga ABK dengan jabatan
komprodor yang bertanggung jawab terhadap pencatatan penumpang maupun barang
yang naik dan turun kapal. KM Wahai Star memang menarik sebuah speed boat pada
bagian buritan kapal. Namun karena kondisi lautan yang bergelombang dan diikuti
dengan angin kencang salah satu tali pengikat speed boat putus.
Kadir menceritakan, saat speed boat tersebut mendekati bagian buritan kapal dan
ditarik, tiba-tiba ombak sangat besar menghadang kapal dan dari arah buritan,
sehingga bagian buritan kapal terangkat ke atas. Pada saat bersamaan speed boat
kemudian tertarik ke arah bawah dan menabrak bagian buritan bawah kapal dekat
propoler.
ABK lain, Ruslan Mahulette diperintahkan untuk melepas speed boat yang tersangkut
di buritan bagian bawah. "Pada saat speed tersebut terlepas, air langsung masuk
deras ke dalam kapal. Kejadian itu terjadi sekitar pukul 20.00 WIT. Derasnya air laut
yang masuk ke dalam kapal membuat mesin alkon tidak mampu memompanya.
Tidak berapa lama kemudian, air merendam mesin induk dan menyebabkan mesin
mati. Saat itulah nakhoda perintahkan untuk segera membagikan life jacket kepada
para penumpang," katanya.
Selain Kadir, polisi juga mengambil keterangan dari beberapa saksi lain seperti
Samuel Solissa (52) pegawai KPLP yang mengaku selama dalam pelayaran
mendengar adanya benturan-benturan pada bagian buritan kapal yang kemungkinan
benturan speed boat seperti yang disaksikan Kadir. Dia juga mengaku dalam
manifest daftar penumpang 60 penumpang ABK 16, RNI 2 orang serta polisi 1 orang.
ABK lainnya juga dimintai keterangan Agustinus Mapuasabu (32) yang mengatakan
mendengarkan laporan salah satu ABK atas nama Sudiono kepada nakhoda bahwa
bagian buritan bawah kapal bocor. Nakhoda kemudian perintahkan untuk mencari
sumber kebocoran tersebut. Korban selamat sebagian besar dievakuasi ke Ambon.
Sedangkan korban meninggal dimakamkan di berbagai tempat, seperti di Namlea,
Leksula, Iko Baru, Waitawa, Wamsisi, Waimorad di Kabupaten Buru dan Pulau
Manipa, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB).
Kepala Administrator Pelabuhan (Adpel) Ambon, T Hutasoit, pada Minggu (22/7),
telah memberangkatkan anggotanya dengan KNP 388 milik Adpel menuju Namrole
dan Leksula untuk meminta data dari kepala desa (kades) yang warganya ikut
menumpang di KM Wahai Star tersebut.
Sampai saat ini Adpel masih melakukan investigasi, sebab-musabab tenggelamnya
kapal ini, dan hasilnya akan segera dilaporkan ke Direktur Jenderal (Dirjen)
Perhubungan Laut.
Sementara itu, Ketua Tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Surya
Dharma tidak banyak berkomentar soal hasil penyelidikan tenggelamnya KM Wahai
Star. [VL/M-11]
Last modified: 23/7/07
|