|
|
Maluku Report 89 - Provided By Masariku Network Perkembangan Konflik di Saparua hingga Pukul 20.30 WIT
1. Aksi balas dendam terhadap desa Iha Terbakarnya Gereja dan sebagian besar pemukiman warga Kristen desa Pia di pulau Saparua telah mendorong kemarahan warga Kristen Saparua terhadap Para perusuh. Akibatnya saat berita ini ditulis, masyarakat Kristen Saparua sementara berbalik menggempur salah satu pusat pergerakkan perusuh yakni desa Iha. Ternyata dari desa Iha diinformasikan bahwa Komandan regu Brimob yang bertugas jaga di sana, sementara ini dinyatakan hilang. Ada dugaan bahwa yang bersangkutan kemungkinan besar disandera oleh massa perusuh. 2. Perkembangan terakhir desa Pia dan nasib para pengungsi Dari desa Pia diketahui bahwa saat desa Pia diserang oleh para perusuh Muslim dari desa Kulur, ada delapan aparat Brimob yang mencoba bertahan dan mempertahankan desa tersebut dari serangan perusuh. Terungkap oleh pihak aparat Brimob itu bahwa senjata yang digunakan oleh para perusuh adalah senjata berat dan tidak sebanding dengan senjata type SS-1 yang digunakan aparat brimob. Ketika pembakaran desa Pia telah mencapai gedung gereja, massa perusuh kemudian melakukan langkah mundur meninggalkan desa. Sebagian massa dijemput dengan speed boat sedangkan sebagian menggunakan jalan darat. Saat ini, pukul 20.00 WIT, sebagian besar pengungsi warga desa Pia telah tiba di desa Saparua-Tiouw dan sementara diatur relokasi pengungsiannya oleh gereja di rumah-rumah warga setempat. Sejumlah toko dan KUD terpaksa harus membuka kembali gudangnya untuk menyediakan tripleks (plywood) yang hendak digunakan sebagai alas tidur dari para pengungsi. Bagi para netters yang ingin mengcheck sanak-saudaranya yang berasal dari desa Pia, bisa menghubungi Pdt. Jacky Manuputty atau Pdt. Piet Manopo di 0931-21155 atau di 0931-21008 yang kini berada di Saparua. 3. Posisi Aparat dan kondlik terselubung Sementara itu dikabarkan bahwa sekitar 236 aparat keamanan gabungan (3 regu) dari kesatuan Brimob, Marinir dan TNI-AD sedang menuju ke pulau Saparua dengan menggunakan satu buah kapal guna mendukung operasi pengamanan sekaligus melakukan razia mortir dan senjata di pulau Saparua. Rencananya pasukan tersebut hendak ditempatkan di desa Haria (desa Kristen) namun oleh kapolsek setempat, mereka akan dikirim ke desa Iha (desa Muslim) yang sementara bergolak. Hasil yang menarik dari lapangan, ialah ada seorang aparat Brimob yang tidak ingin disebutkan identitasnya mengajukan sebuah usulan penanganan eskalasi konflik Saparua yakni agar 1 kompi Brimob yang didatangkan ke Saparua agar dibagi dua dengan penempatan di dua pusat pengerahan massa perusuh yakni di desa Sirisori Salam dan desa Iha. Usulan ini dicetuskan setelah pengamatan lapangannya menunjukkan bahwa aparat TNI-AD sering tidak melakukan tindakan pelumpuhan terhadap para perusuh bersenjata dan kerapkali melakukan tembakan menghindar dari arah serangan perusuh yang terus melakukan agresi. Di lain pihak, ketidak-jelasan sikap para marinir juga menjadi sorotan oknum aparat Brimob tersebut yang di matanya, sering melakukan "manuver halus". Artinya baik pihak TNI-AD maupun marinir tidak bisa diharapkan dan diandalkan menjadi pasukan perdamaian yang konsisten dengan prosedur pengamanan kerusuhan. Pesan utama dibalik usulan aparat Brimob ini tidak lain bahwa semua pasukan TNI-AD maupun marinir yang hendak ditempatkan di Saparua harus dikontrol dan dipantau sebab besar kemungkinan mereka bisa memainkan peran yang menyebabkan kerusuhan di Saparua semakin tereskalasi dan terpelihara. Provided By Masariku Network 2000 - Masariku@egroups.com Received via e-mail from : Peter by way of PJS
|