Siwalima Report 69 - Provided By Masariku Network & Harian Siwalima
Edisi: SABTU, 4 NOVEMBER 2000
Ambon, Siwalima - Tragedi penyerangan ke Desa Sirisori Amalatu (SiriSori
Kristen, red) oleh massa Muslim yang bergerak dari Desa Sirisori Islam dan
berhasil memporak-porandakan seluruh pemukiman di wilayah itu, Kecamatan
Saparua, Maluku Tengah, dilaporkan kepada Gubernur Maluku selaku
Penguasa Darurat Sipil daerah, dengan tembusan disampaikan kepada Paus
Johannes Paulus II dan Dewan Gereja Se-dunia.
Tragisnya, setelah menguasai total seluruh Kota Amalatu, sekelompok
penyerang termasuk beberapa oknum TNI melakukan hubungan maksiat
(seks) dalam gedung Gereja Sirisori Amalatu. Cerita fakta amoral itu, juga
disampaikan kepada Presiden dan Wapres, Komisi HAM Internasional, KPP
HAM di Ambon, para pemimpin gereja dalam maupun luar negeri, Pejabat Sipil
dan Militer di Maluku, dan TPG, demikian laporan a/n Pejabat Kepala Desa
Sirisori Amalatu Cq Sekretaris Desa F Uktolseja, Nomor 330/40, tanggal 3
Nopember 2000. Laporan ini juga disampaikan ke redaksi HU Siwalima, Jumat
kemarin.
Di sebutkan, para penyerang/perusuh sesudah berhasil mengusir keluar para
penghuni dan menghancurkan rumah-rumah penduduk dengan hujan mortir,
bom-bom rakitan, granat, dan rentet tembakan, dalam beberapa kali
serangan ke Amalatu, selama bulan September dan Oktober, kelompok
penyerangan/perusuh itu masuk ke dalam gedung Gereja Sirisori Amalatu dan
melakukan perbuatan mesum, alias hubungan seks di dalamnya.
Laporan itu menyebutkan, aksi bumi hangus terhadap Desa Amalatu dilakukan
kelompok Muslim dari arah Desa Sirisori Islam didukung pasukan tertentu dari
TNI AD yang selanjutnya disebut perusuh. Dikatakan, serangan ke wilayah itu
dilakukan secara terencana dan terorganisir. Mengenai bentuk kejahatan
tersebut sudah dilaporkan kepada Gubernur Maluku selaku Penguasa Darurat
Sipil, Pangdam Pattimura, dan Kapolda Maluku, saat aparat Desa Amalatu
didampingi TPG , melalui surat Nomor 338/38 tanggal 10 Agustus lalu.
Pada surat itu, mereka memohon kepada Gubernur agar Desa Sirisori Amalatu
tidak dijaga oleh pasukan TNI tetapi satuan Brimob mengingat sesuai
pengalaman yang sudah terjadi, TNI tidak mengambil sikap netral.
Permohonan ini disetujui oleh Gubernur secara lisan dan berjanji segera
menugaskan satuan Brimob kesana, namun tidak pernah dipenuhi.
Selanjutnya memberi kesempatan kepada perusuh untuk terus-menerus
menyerang Sirisori Amalatu.
Disebutkan, perusuh melakukan 6 kali serangan bersenjata yaitu pertama
pada 7 September, kelompok perusuh bersenjata organik dari daerah
pegunungan sekitar perbatasan Sirisori Amalatu dan Sirisori Islam,
melepaskan rentet tembakan senjata organik, menembakan roket longser,
mortir dan granat ke Desa Sirisori Amalatu. Penembakan juga terjadi dari arah
Masjid dan pantai. Serangan ini menyebabkan 140 buah rumah permanen
terbakar, 2 orang tewas (Markus Kesaulya, 27, dan Dominggus
Tutuhatunewa, 28), 4 orang luka-luka, dan para penghuni lari mencari
perlindungan di hutan-hutan.
Sesudah itu baru pada 22 September, Penguasa Darurat Sipil dan
pembantu-pembantunya mengirim satuan TNI. Namun kehadirannya tidak
ditolak oleh masyarakat karena mereka pernah melakukan penyiksaan oleh
oknum-oknum TNI bersama massa Muslim saat serangan pertama itu.
Kemudian pada 7 dan 8 Oktober, pasukan TNI Yonif 403 menyuruh
masyarakat Amalatu, membangun benteng-benteng pertahanan dengan
karung berisi pasir. Tapi malah digunakan mereka bersama perusuh untuk
menyerang warga Amalatu dengan melepaskan rentet tembakan, melakukan
pemboman, menghujamkan mortir dan melakukan penjarahan.
Serangan dua hari ini menyebabkan 137 buah rumah permanen terbakar, 1
buah gedung gereja berserta fasilitasnya hangus terbakar, harta benda
penduduk, semua hewan ternak dijarah habis termasuk 4850 kg beras dan 50
karton mie bantuan dari Satkorlak Tk I Maluku. Setelah menguasai seluruh
Amalatu, perusuh bermalam di dalam gedung gereja bersama pasukan 403
melakukan hubungan seksual dengan wanita-wanita yang mengantar
makanan dari Sirisori Islam. Ini dapat diketahui dari barang bukti yang
tercecer didalam gedung gereja berupa 7 buah celana dalam wanita penuh
dengan lendir-lendir hormon.
Pada 11 Oktober, perusuh dari oknum-oknum TNI AD melakukan penyerangan
dan pembakaran terhadap rumah-rumah sederhana yang dibuat penduduk di
hutan-hutan, menghancurkan satu buah gedung sekolah SMP Negeri 5. Pada
23 Oktober, perusuh membakar 15 buah rumah penduduk dan sebuah gedung
gereja, tiga hari kemudian membom lagi Desa Sirisori Amalatu.
Pada waktu sebelumnya, sejumlah oknum-oknum TNI AD yang sedang
bertugas di Sirisori Islam dan Sirisori Amalatu, membiarkan adanya aksi
gangguan oleh sekelompok massa Muslim terhadap warga Kristen namun
berhasil digagalkan. Di akhir surat tersebut, warga Sirisori Amalatu minta
Gubernur Maluku selaku Penguasa Darurat Sipil daerah harus bertanggung
jawab terhadap berbagai kerugian yang diderita warga Kristen. Mereka minta
rehabilitasi dan pergantian seluruh harta benda yang dihanguskan menjadi
prioritas Gubernur Maluku. (fim/aus)
Provided By Masariku Network & Harian Siwalima
Received via email from: Peter by way of PJS
|