Dewan Mata Kurs (CBS) Yang Revolusioner
Sepekan setelah mengantongi bantuan Jerman senilai 375 juta DM, dan beberapa hari seusai konperensi negara industri klas kakap G-7, langsung saja, Eyang Presiden menyatakan hendak melanjutkan aksi -- maaf meminjam istilah beliow -- mbalelonya. Beliow berniat menggandengkan gerobak reyot Rupiah ke truk turbo Dolar AS. Kontan saja, pihak Lembaga Donor Internasional (IMF) mencak-mencak, dan mengancam untuk menyetop karungan dana sebesar 43 Milyar Dolar AS. No milyar, please buyar lah!
Ada pun jurus penggandengan gerobak reyot Rupiah ini dikenal dengan CBS alias Currency Board System (Sistem Dewan Kurs). Penang-gulangan krisis ekonomi lewat cara ini dinilai sangat berbahaya. Walhasil, CBS dinilai Cari Bahaya Saja. Ini tentu mengingatkan kita menerawang kembali ke masa-masa menjelang runtuhnya Presiden Soekarno yang memaen-kan jurus Vivere-Pericoloso alias menyerem-pet-nyerempet dan menyompretin bahaya.
Sesungguhnya, menghadapi bahaya, Eyang Presiden sudah terlatih. Tanpa Cari Bahaya Sengaja (CBS), tak mungkin lah Eyang Presiden bisa melancarkan Serangan Umum Enam Jam ke Yogyakarta (1949), sehingga memelejitkan kepiawian beliow di dunia persilatan hitam.
Di bawah ini dicoba untuk disusun daftar keunggulan dan dampak CBS guna penanggulangan krisis ekonomi:
Keunggulan Sistem Dewan Mata Kurs (CBS) |
Dampaknya |
|
* |
Nilai Rupiah terhadap Dolar tetap, stabilitas nilai tukar (kurs) dapat permanen dipertahankan (Berliner Zeitung, 20.02.1998; Tempo Interaktif Edisi 50/02, 14.02.1998) |
Ada keharusan memiliki cadangan devisa yang tangguh, sebab peredaran mata uang tergantung padanya. Sampai akhir tahun1997, Indonesia punya cadangan devisa sebesar 18,2 milyar Dolar AS. Cuma, ia dinilai rapuh. Perhitungannya: Dengan peredaran mata uang sebesar 46 triliun Rupiah dan penetapan kurs 5.000 Rupiah per Dolarnya, maka cadangan devisa yang tersisa tinggal 18,2 milyar Dolar minus 46.000.000.000/5.000 alias 9 milyar Dolar saza. Mana tahaaaan....? (Berliner Zeitung, 20.02.1998 |
* |
Tetapnya nilai Rupiah memberikan kepastian untuk menjalankan roda ekonomi(Hamzah Has, Ketua Fraksi PP-DPR, Suara Pembangunan 26.02.1998) |
Tak mencerminkan harga Rupiah yang sebenarnya, semuanya serba tersamar (Suara Pembaharuan, 26.02.1998) |
* |
Menyelamatkan perusahaan-perusahaan di Indonesia diterpa badai kebangkrutan, karena itu perlu nilai Rupiah 5.000,00 s/d 6.000,00 per Dolarnya (Reuter, 24.02.1998) |
Yang diuntungkan ada lah keluarga Cendana (Sidney Morning Herald, 13.02.1998) Mencegah keinginan negara-negara maju untuk mengambil alih perusahaan-perusahaan Indonesia dengan harga murah (Ekki Sjahruddin, Komisi VIII DPR, Media 24.02.1998) |
* |
Menyelamatkan Indonesia (Peter Gontha, Bos Bimantara, Komunitas Informasi Terbuka, 21-27 Februari 98) |
Menyelamkan para pemilik bank yang terlilit utang (termasuk keluarga Cendana), agar tak diterpa badai kebangkrutan, sebab syarat penerapan CBS ada lah pelunasan utang-piutang bank- bank tersebut. Dananya? Memanfaatkan pinjaman dari IMF. (Peter Gontha, Komunitas Informasi Taerbuka, 21-27 Februari 98) |
* |
Perlu dibentuk Dewan Mata Uang (Warta Ekonomi, 23 Februari 1998, Suara Pembaharuan, 26.02.1998) |
Bank Indonesia tak berfungsi lagi alias BI silahkan dibubarkan sazaa, seperti BI membubarkan bank-bank milik Cendana (Warta Ekonomi, 23 Februari 1998) |
* |
Pembentukan Dewan Mata Uang menyempurnakan indahnya irama gaung yang dicanangkan oleh Mbak Tutut: Getar (Gerakan Cinta Rupiah) dan Genta (Gerakan Cinta Tanah Air) (Siar 24 Februari 1998) |
Anu ya..., kok cara-caranya mirip Komunis to. Pas Orde Lama Lama mengalami krisis, eee ada Dewan Jenderal, sebagai pelengkap Gestapu. (Siar 24 Februari 1998) Lebih baik dihidupkan lagi Dewan Jenderal alias Dewan Jengkel didepak negara-negara liberal, dan Gestapu alias Gerakan Selamatkan Istana Punya Uang. Saatnya tepat. |
* |
Dengan CBS, jelas Indonesia berdikari: Go to hell with your AIDS and Vivere Pericoloso. Satu tindakan yang revolusioner! |
Melawan IMF, Bank Dunia dan menolak G-7 alias Gestapu (Gerakan Sekongkolan Tujuh Aliansi Penguasa Uang). Dana 43 Milyar Dolar AS nggak turun. (Media Indonesia 24.02.1998, Berliner Zeitung 17.02.1998,Handelsblatt 24.02.1998) Bisa-bisa dari Getar menjadi Gemetar alias Gerakan Menangisi Teler dan Ambruladulnya Rupiah) dan Genta menjadi Gentayangan (Gerakan Ngebor Istana Kesayangan) |
* |
Indonesia tak perlu reformasi dan restrukturisasi ekonomi. Artinya: Monopoli, kolusi, korupsi, gali molimo silahkan hidup terus |
Harta karun karungan keluarga Cendana yang asetnya bertotal jendralkan 30 Milyar Dolar AS bisa tetap aman dan sejahtera, gemah ripah loh jinawi, rakyat payah asal menjiwai (The New York Times, 16.01.1998) |
* |
Eyang Presiden boleh tetap menjadi Bos Indonesia |
Aliansi Megawati dan Amin Rais silahkan gulung tikar |