Pemilu di Berlin
Pemilu di Berlin relatif tidak berbeda dengan pemilu di tanah air. Didahului oleh pembentukan panitia pemilihan lokal yang diketuai oleh Let.Kol Aryono, disusul dengan pengumpulan dan pendataan anggota Korpri di Berlin dan diberi briefing dengan program program pemenangan pemilu oleh Golkar. Sebagian besar anggota korpri di Berlin, selain anggota staf konsulat, adalah para mahasiswa kiriman instansi pemerintah yang kebanya-kannya adalah staf Edukatif Universitas Negeri. Kepada para mahasiswa kiriman ini, tidak lupa dititipi pesan agar mempengaruhi dan "memberi petunjuk" (maklum ketua Golkar bisanya cuma minta petunjuk) kepada adik adik mahasiswa lain agar aktif dalam pemilu. "Kita harus memberi kesan kepada negara luar bahwa negara kita adalah negara demokratis." Begitulah isi petunjuk yang harus diteruskan ke bawah. Rupanya keyakinan bahwa informasi dapat dimonopoli dan dibatasi penyebarannya masih melekat di benak para bapak.
Dan diadakanlah beberapa kali pertemuan dengan para mahasiswa, secara resmi maupun tidak resmi. Sementara itu pendaftaran calon pemilih juga dilaksanakan. Persiapan pelaksanaan pemilu ini, sempat diganggu (menurut para bapak) oleh pelaksanaan seminar pemilu oleh PPI Jerman, yang kemudian disusul dengan pernyataan yang isinya antara lain menolak pemilu di Luar Negeri (Suara Demokrasi No.IV). Bahkan sempat muncul seorang penggangu iseng yang mengembalikan formulir pendaftaran pemilu setelah diberi gambar porno. Dalam kaitan dengan pendekatan ke mahasiswa pra-pemilu, tiga orang staf konsulat nekad mendatangi rapat anggota PPI Berlin tanpa undangan. Alhasil, ketiga bapak tersebut terpaksa disuruh keluar ruangan rapat oleh anggota PPI Berlin karena dipandang tidak berhak mengikuti rapat. Suatu sikap independensi yang beralasan...... kapan yang seperti ini dapat terjadi di tanah air. Bukan bahwa seorang pegawai negara diusir keluar dari ruangan rapat sebuah organisasi pemuda namun bahwa organisasi pemuda dan anggota birokrat sama sama tahu hak dan kewajibannya masing masing, mampu menghargai otonomi organisasi yang lain dan tidak dengan semena-mena mendatangi dan mencampuri karena membawa tanda pengenal: "pembina".
Ketua panitia pemilihan Berlin bahkan nekad meminta data Mahasiswa/i Indonesia dari Technische Fachhochschule Berlin untuk kepentingan Pemilu, ini jelas dilarang oleh undang undang di Jerman. Sebuah sikap yang menunjukkan minimnya pemahaman diplomat kita atas undang undang negara di tempat ia ditugaskan.
Namun konsulat Berlin berhasil mendaftarkan 705 warga-negara Indonesia sebagai calon pemilih. Jumlah ini jika dibandingkan dengan angka 1206, sebagai jumlah warga-negara Indonesia di Berlin (kemungkinan lebih, red.), masih relatip kecil. Dari beberapa staf, diperoleh keluhan bahwa banyak warganegara Indonesia yang tidak melaporkan perubahan alamat dan bahkan tidak melapor ke konsulat. Mungkin ini juga menjadi faktor, selain menurut pengamatan API Indonesia, sistem pendataan di konsulat sendiri masih jauh dari rapih serta effisien. Bahkan kadang kadang data yang ada di sebuah bagian berbeda dengan bagian lain. Sebagai perwakilan dinegara maju seperti Jerman sudah selayaknya pemerintah memodernisir sistem pendataan perwakilannya. Dan ini sebenarnya tidak sulit. Yaa, diharapkan kantor kedutaan yang baru nantinya (dari Bonn akan pindah ke Berlin), tidak seperti itu keadaannya. Selain dua alasan di atas, ada alasan lain yang menyebabkan kurangnya partisipasi warganegara dalam mengembalikan formulir pendaftaran agar tercatat sebagai calon pemilih. Yang pertama, apatisme politik. kelompok ini sudah tidak mau tahu dengan urusan politik. Dus hal hal seperti pemilu tidak bersentuhan dengan urusan pribadinya. Pemahaman seperti ini memang patut disayangkan. Kelompok kedua, justru bertolak belakang dengan kelompok pertama, berpijak dari kesadaran politiknya, dengan sadar tidak mau mengikuti pemilu. Kelompok inipun tidak sedikit berada di Berlin. Beberapa di antaranya, malah dari awal sudah menyerahkan formulir pendaftaran itu, ke aktifis API Indonesia, karena merasa sepikiran dengan API Indonesia.
Sepuluh hari sebelum hari pencoblosan, dari Berlin empat organisasi mengeluarkan pernyataan politik me-nyongsong hari H pencoblosan. Empat organisasi itu adalah PPI Jerman ,Partai Uni Demokrasi Indonesia cabang Eropa, API Indonesia di Berlin, serta Gerakan Pendukung Demokrasi di Indonesia yang berkedudukan di Amsterdam (lihat pernyataan!). Pernyataan tersebut disebarkan lewat internet dan senada dengan gerakan teman teman di tanah air. Walaupun ada beberapa mahasiswa yang menyambut seruan tersebut, namun kebanyakannya "kurang berani" menyerahkan formulir AB nya ke alamat alamat yang dicantumkan, takut bahwa identitasnya akan bocor dan mendapat masalah di kemudian hari. Namun: "Kami setuju dengan seruan itu ." Begitu bisik bisik yang berkembang ´kemudian. Wah, akan banyak nih yang golput di Berlin.
Pada tanggal 29 Mei - hari pencoblosan - aktifis API Indonesia yang sekaligus menjadi sekjen KIPP Eropa memonitor pencoblosan langsung di konsulat. Iwan Setiabudi yang baru dua hari sebelumnya mendapat kembali paspornya (baca laporan khusus) tanpa ragu memasuki halaman konsulat dan menghitung satu-persatu para pemilih yang mencoblos. Banyak simpatisan yang ikut membantu, lebih lebih ketika Iwan harus meninggalkan TPS karena suatu dan lain hal. Para petugas juga tidak menghalang-halangi kegiatan pemuda ini. Ketika hampir mendekati jam 22.00 waktu setempat (batas akhir pencoblosan), beberapa temannya datang untuk bersama-sama menyaksikan perhitungan suara. Perhitungan suara lalu dilakukan secara marathon sampai jam 03.00 pagi di bawah udara yang dingin. Harus diakui kerja keras dari para petugas. (Setelah itu banyak yang jatuh sakit).
Dari 705 pemilih yang terdaftar ternyata hanya 487 yang datang mencoblos. Dan dari 487 pencoblos, PPP mendapat 68 suara, Golkar 330 suara, Suryadi 51 suara dan yang tidak sah 38 suara. Dari hasil ini dan bertolak dari jumlah warganegara 1206 maka, PPP mendapat 5.3 %, Golkar 28.8 %, Suryadi mendapat 4.6 % dan Golput/Goltus mendapat 61 %. Inilah hasil sebenarnya dari pemilu di Berlin.
Laporan pengamatan Api Indonesia - Berlin.