Selesai membaca berita tentang persidangan Sri Bintang, kusiapkan diriku untuk beristirahat malam. Selimut ku tarik untuk melawan musim dingin yang tak kunjung pulang, kulihat butir-butir salju putih terbang menghampiri jendela kacaku. ...per...per..pergi... kudengar mesin pemanas ruangan mengusir butir-butir dingin dari kamarku. Radio kunyalakan untuk membantu si mesin pemanas mengusik kesepianku. Tiba-tiba ia berkata: Orang Utan belum tentu lebih rendah intelijennya daripada manusia. Orang Utan mampu menyelesaikan masalah-masalah sosialnya tanpa konflik, tanpa agresifitas. Lain halnya dengan Simpanse, kera pintar yang suka main film, teman Tarzan ini ternyata suka agresif.....
Entah mengapa, tiba-tiba udara menjadi begitu hangat, ketika mata kubuka tampak seekor kera berbulu merah lebat duduk di ujung kamarku. Di hadapannya berdiri seorang berbadan tinggi tegap. Dari wajahnya tampak rasa keangkuhan, mulutnya membuka dan menutup, rupanya dia sedang berbicara.......
Tidak! Itu tidak benar kalau kekuasaan saya berasal dari ujung senjata. Walaupun manusia-manusia sekarang menyebut aku Diktator tetapi sebenarnya mereka mencintai dan membutuhkan aku. Tak logis jika kekuasaan seorang Diktator hanya berasal dari bedil, seperti kata Mao. Memang saya punya berapa tangan? Dan lagi bagaimana saya sendiri mampu memerintah jutaan manusia? Kan saya butuh pembantu-pembantu yang secara sukarela membantu saya, kalau tidak kan sudah pasti saya tidak jadi pemimpin mereka.
Rupanya manusia tinggi tegap itu sedang berdiskusi / mengajak berdiskusi si Orang Utan tentang dirinya yang mengaku sebagai seorang Diktator. Mungkin kalau dia mengaku sebagai orang sinting aku lebih percaya. Bagaimana mungkin mengajak berdiskusi seekor Orang Utan, sepintar-pintarnya kera tetap kera kan!? Dan ternyata si kera tetap diam walaupun si Diktator mulai meninggikan suaranya....
Ahli-ahli yang menganalisis keberhasilan diri saya, dan mengatakan bahwa kekuasaan Diktator hanyalah berasal dari kekerasan adalah ahli goblok. Analisa mereka hanya sampai kepermukaan saja. Begini Orang Utan! Dengarkan cerita rahasia keberhasilan saya dan jadilah Diktator di Kalimantan, Tanah Air anda, karena inilah satu-satunya jalan untuk menyelamatken hutan tempat anda beranak dan berkembang biak!
Si Kera masih diam saja.
Begini monyet! Di dunia ini ada beberapa orang yang perlu anda pelajari sejarahnya jika anda mau menjadi Diktator yang baik dan benar.
Napoleon, si Bonaparte ini memang jago perang tapi jangan dilihat hanya jago perangnya saja dia ini juga seorang ahli Demagogi.
Hitler, orangnya ya lumayan tapi jago sekali mempengaruhi masa, sampai ada ahli keblinger yang mengatakan: Hitler bukan berpidato tapi mengadakan ekstase masal.
Stalin, Diktator Sovyet sampai akhir hayat ini sebenarnya nggak pinter alias goblok, tapi licik dan brutalnya bukan main.
Ada lagi orang yang namanya Oliver Cromwell, mungkin anda belum kenal?
Si Kera tetap diam.
Coba jawab pertanyaan, kapan dan di mana pertama kali di Eropa seorang Raja dipenggal kepalanya oleh rakyat biasa? Anda sebagai orang...ehhh.. monyet Asia pasti jawab Perancis tempat lahirnya Liberte, Egalite, dan te te lainnya.
Di Eropa raja pertama yang dihukum penggal oleh bawahannya adalah raja Karl Pertama. Si Karl I ini, raja Inggris sejak 1625 dan kehilangan kepalanya tahun 1649. Apa hubungannya dengan Cromwell yang waktu itu bekerja sebagai anggota parlemen? Cromwell adalah musuh beratnya. Si Karl I setelah jadi raja pingin punya kekuasaan absolut kaya raja-raja Eropa lainnya waktu itu. Tapi hal ini ditentang parlemen, karena merasa punya tentara yang terlatih si Karl I pada bulan Agustus 1642 mengumumkan perang dengan parlemen. Hasilnya seperti yang telah saya ceritakan diatas, si Karl I kehilangan bukan hanya mahkota tetapi juga kepalanya. Inilah keluarbiasaan si Cromwell, dengan tentara yang kebanyakan petani dan tak terlatih ia mampu menggebuk pasukan raja Karl I. Apa rahasianya? Bukan lain adalah Fanatismus.
Nah dari orang-orang yang saya sebutkan diatas semuanya ada kesamaan-kesamaan yang menjadi syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi Diktator yang baik dan benar.
Pertama, seorang Diktator harus yakin dan betul-betul yakin bahwa dirinya adalah manusia yang berbeda, manusia yang super dan oleh karena itu anda harus yakin bahwa anda pantas dan berhak berkuasa. Jangan goyah terhadap kritik orang-orang tidak waras yang berteriak demokarasi maupun HAM HAM. Anda kan tahu walaupun manusia lebih pinter mikir dari kera tapi ada juga yang tidak waras, sehingga muncul ide bahwa manusia itu semua sama.
Di tanah air anda, anda harus menggembor-gemborkan bahwa manusia itu berbeda, ada Pri, Nonpri, Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu, Barat, Timur dan lain-lain. Dan jangan lupa anda menekanken bahwa rakyat anda adalah mahluk yang berbeda, mahluk yang terunggul.
Hal ini juga dilakukan Napoleon dengan menggunakan moto Grande Nation, Prancis adalah nation yang besar. Hitler mengatakan bangsa aria adalah bangsa yang terunggul dan dia adalah dewanya, pemimpinnya, der Fü hrer. Stalin hendak membawa bangsanya sebagai pembaharu kemanusiaan, pelopor dunia yang baru. Cromwell dengan rendah hati mengatakan bahwa semua karyanya adalah campur tangan Tuhan, semuanya atas nama Tuhan, yang dengan demikian mengangkat dirinya sendiri sebagai Tuhan dan pengikut-pengikutnya adalah bala tentara Tuhan.
Kedua, karena syarat pertama itu adalah kenyataan dan kebenaran yang absolut maka anda jangan tanggung-tanggung bertindak secara brutal.
Dan syarat ketiga, syarat yang terakhir dan terpenting. Anda harus dapat membagi kebesaran anda kepada pengikut anda. Hitlerpun menjadikan pengikutnya Hitler-Hitler kecil. Berikan kepada rakyat anda kesadaran bahwa mereka adalah mahluk-mahluk yang terpilih yang terbesar, yang spesial.
Hitler memberikan rakyatnya perasaan, kebanggaan sebagai ras yang suci murni. Stalin memberikan kesadaran kepada pengikut-pengikutnya sebagai avantgarde kemanusiaan. Oliver Cromwell menjadikan pasukan-pasukannya pasukan Tuhan.
Eh! Orang Utan ngomong-ngomong anda mengerti nggak apa yang saya ceritakan?
Orang Utan tetap dan masih diam.
Ah ya! Mungkin anda bertanya bagaimana caranya supaya syarat-syarat itu terpenuhi, dan bagaimana jika ada mahluk-mahluk tidak waras yang meneriakkan demokrasi dan HAM HAM? Gampang! Anda sikat dan gebuk habis saja mahluk-mahluk seperti itu. Anda bentuk pasukan khusus yang ngurusin mahluk-mahluk seperti itu. Dan jangan lupa menceritakan pada rakyat anda, bahwa mahluk-mahluk ini tidak dapat diajak berdiskusi secara jurka alias jujur dan terbuka, karena tidak waras dan mengganggu cita-cita suci bangsa.
Dalam hal teror-menteror seperti ini sebaiknya saya ceritakan tentang Stalin, yang sangat ahli dalam bidang ini.
Seperti saya ceritakan diatas, Stalin adalah orang goblok. Tapi beliau sangatlah lihai dalam menggunakan aparat teror, kekerasan baik fisik maupun psikis. Tscheka, Polisi dalam bidang politik yang didirikan oleh Lenin segera setelah revolusi November 1917 dalam sejarahnya berganti nama berkali-kali. Dari GPU ke OGPU, NKWD sampai MWD dan akhirnya KGB. Tugasnya tetapi tetap satu, menggebuk dan menyapu lawan politik dan orang-orang aneh yang berteriak HAM, yang membahayakan Komunisme.
Aparat ini digunakan Stalin, setelah meninggalnya Lenin dengan hati yang benar-benar teguh (syarat Diktator yang baik dan benar kedua) dan dengan kebrutalan yang tiada taranya. Perkiraan jumlah korban Stalin berkisar antara 20 sampai 50 juta manusia. Istilah yang dipakai Stalin adalah Pembersihan. Dan pembersihan tersebut memang benar-benar bersih. Bahkan tukang-tukang bersih Stalinpun ikut tersapu bersih. Genrich Yagoda salah seorang tukang bersih Stalin yang memenjarakan ratusan ribu orang dan menggebuk saingan-saingan Stalin ,Sinoyev dan Kamenev, dikirimnya ke regu tembak bersama saingan besarnya yang terakhir ,Bucharin. Pengganti Yagoda, Yeschov adalah orang yang lebih teguh lagi dalam menggunakan kebrutalan. Kehebatan hasil karyanya hanya dapat dibandingkan dengan pemburuan terhadap wanita-wanita sihir di abad pertengahan. Namun dia pun akhirnya dipenjara dan hilang rimbanya hingga sekarang. Hal ini semua dilakukan Stalin karena dia sangat berhati-hati dalam memimpin bangsanya. Musuh-musuhnya tak akan mengetahui apakah dia musuh sang Diktator atau tidak, mereka mengetahui jika sudah terlambat dan ini terjadi karena mereka juga dicap sebagai musuh rakyat, musuh pembangunan.
Saudara Orang Utan mungkin anda terlalu ngeri untuk mengikuti cara Stalin. Tapi ini semua perlu jika anda hendak menjadi Diktator yang baik dan benar.
Orang Utan akhirnya menjawab.
Ogah ah!
Kenapa ogah, sergah manusia tinggi tegap itu. Ok deh! Kalau anda mau cara lain juga ada, yaitu dengan uang. Anda bagi-bagi saja uang atau hasil bumi tanah air anda. Spesial tanah air anda kan manusianya punya rasa tepa selira dan kekeluargaan tinggi. Mereka pasti sungkan dengan anda dan pasti mau mendukung anda, yakin deh!
Orang Utan bertanya.
Korupsi maksudnya?
Dor! Dor! Cepat-cepat aku bangun dan berlari ke pintu. Ternyata tidak ada manusia satupun di balik pintu. Rupanya ada yang lagi mereparasi WC asrama yang rusak. Kulihat jam sudah pukul 8 pagi. Cepat-cepat aku sikat gigi dan berangkat ke Uni.
Di Uni, kebetulan aku bertemu Nikita, Profesor tamu dari Rusia. Ketika sedang ngobrol santai, beliau kutanya bagaimana pengalamannnya di jaman Stalin? Prof. Nikita lalu bercerita secara pendek: Jaman Stalin sangat ditekankan kedisiplinan dan suasana yang ada adalah suasana ketakutan.
Sebelum berpisah beliau mengatakan, bahwa dia bersyukur masa Stalin sudah berakhir. Tetapi dia juga mengatakan: Demokrasi ternyata tidaklah mudah tetapi saya tidak mau kembali ke masa Stalin.