Seorang petani teladan menerima penghargaan "pelanggan koran terbaik 1996" karena petani tersebut berlangganan seluruh koran terbitan Indonesia disamping aktif juga di klompencapir. berdasarkan pengakuannya, sang Juara setiap hari hanya membaca head-line dari setiap koran yang ada, setelah itu dibuang dengan sembarangan.
ketika ditanya wartawan, kenapa dia hanya membaca judul-judul berita di halaman depan saja, dijawab dengan kalem bahwa dia hanya mencari berita duka.
"Kenapa di halaman depan ?" kejar wartawan yang beraninya hanya sama pak tani.
"Lho, saya yakin berita duka yang saya cari itu pasti dimuat di halaman depan dan saya berlangganan koran hanya untuk menunggu kabar tersebut." Ujarnya penuh semangat serta polos.
"Kok bapak optimis ??" Tanya wartawan.
"Lho iya, wong saya yakin berita duka ini juga menjadi harapan seluruh rakyat di negeri ini. Sebuah kedukaan yang dinanti-nanti." Jawab petani tersebut dengan tersenyum.
"Kok bisa kedukaan yang dinanti-nanti ?"
"Aneh kan. Tapi yang paling aneh adalah bahwa anda pura-pura tidak tahu. Memang benar kata orang bahwa situasi sekarang ini membuat banyak sekali orang yang munafik. tapi yang paling munafik dari semuanya adalah para wartawan. Mereka menulis berita duka sementara hati mereka bersukacita, mereka menulis ucapan selamat sementara hati mereka mencaci, mereka menulis sebuah kesuksesan sementara mereka tahu bahwa itu adalah kegagalan."
Para wartawan terdiam. Sadar bahwa mereka memang tahu apa berita duka yang dimaksud, namun juga sadar bahwa pak Tani tadi benar dengan kalimatnya yang terakhir.