Kerakusan dan Ketamakan ada lah Sumber Kebakaran Hutan
Rangkuman terjemahan wawancara
Menteri Lingkungan Hidup, Sarwono Kusumaatmaja, dengan wartawati harian die TAZ (Tageszeitung), Jutta Lietch, 27 Januari 1998:
Ketika ditanya tentang dampak kebakaran hutan barusan, Menteri Lingkungan Hidup Indonesia, Sarwono Kusumaatmaja, menjawab, bahwa di bidang kesehatan, akibat yang mungkin akan terjadi, samapi kini belum bisa dipantau. Yang dapat dirasakan hanya lah akibat-akibat langsung seperti, kegagalan panen, tergoncangnya keseimbangan sistem ekologi, dan juga terjadi perubahan kwalitatif terhadap tanah.
Menurut sang Menteri, guna mencegah musibah kebakaran seperti yang baru terjadi, pemerintah sedang merumuskan UU baru untuk mengatur investasi di bidang pertanian/perhutanan. Misalnya: anjuran kepada semua perusahaan yang memiliki hak penggunaan hutan agar mengantongi asuransi Kebakaran. Selain itu diihtiarkan untuk menyelengarakan pendidikan dan training bagi para pegawai negeri di bidang tersebut.
Menariknya, tatkala sang wartawati TAZ menuturkan ihwal "Beberapa Pegawai kehutanan yang menganggap bahwa kebakaran hutan itu tidak ada -- padahal asap tebal telah mengganggu penglihatan", sang Menteri Indonesia ini justru menambahkan dengan kisah yang tak kalah menariknya: seorang perwira militer, berpangkat Mayor, malah memerintahkan anak buahnya untuk turun ke jalan, sebagai bukti bahwa kebakaran itu tidak membawa masalah apa-apa.
Wartawati die TAZ itu menyinggung ihwal musim hujan sebentar lagi akan berakhir. Banyak kelompok pecinta lingkungan alam yang mengkhawatirkan akan terulangnya kembali pembakaran hutan. Diramalkan, selambat-lambatnya pada bulan Mei mendatang. Ia ingin tahu, langkah-langkah sang Menteri untuk waktu-waktu mendatang.
Menurut Sarwono, hal itu bukan lagi jadi tanggungjawabnya, karena dia sudah tidak lagi menjabat sebagai menteri. Sarwono hanya menunjukkan cara-cara penanggulangnya. Hukum atau UUnya, harus dilaksanakan oleh pemerintah berikutnya. Ada pun pihak yang harus bertanggungjawab, supaya hal itu tidak terulang kembali, bukan lah pemerintah. Alasan: Katanya, pihak swasta amat berkuasa, sehingga sebagai menteri lingkungan hidup, dia hanya berperan sebagai pemberi saran bagi menteri-menteri yang lebih penting, seperti menteri keuangan dan menteri pertanian. Dan mereka hanya mendengar sarannya, apabila hutan sudah terbakar dan tak terkendalikan lagi.
Menurut Sarwono, akibat krisis ekonomi yang melanda saat ini, masalah perhutanan akan menjadi lebih rumit. Pasalnya, diduga akan lebih banyak penduduk yang akan membabat dan membakar hutan, lantaran mereka tidak memiliki apa pun.
Akar permasalahan kebakaran hutan, demikian Sarwono, bersumberkan pada kera-kusan dan ketamakan manusia. Kerakusan dan ketamakan masih bisa dipersalahkan secara moralis. Namun, masalah yang akan terjadi sekarang, adalah "lapar", yang secara moral tak bisa dituding sebagai biang keladinya. Saat ini, Sarwono melanjutkan, susah lah mengawasi manusia-manusia yang lagi kebingungan [TAMAT].