Puisi Puisi Ira Iramanto

HARI ESOK I

Mengimpikan suatu hari-esok,

hari esok yang mana?

Yang tetap masih sama jauhnya,

seperti pada hari ini?

Pada derita-derita itu

selalu kuberi janji hari esok.

Dan ketika hari esok itu tiba,

aku tetap berkata: hari esok saja.

Tidakkah hari esok itu,

cuma sebuah sindiran

atas hari ini?

Semua hari kemarin

cuma menerangi jalan

menuju kematian

bagi orang yang putus-asa

Dan tak berdaya.

Mengapa tiada dewa

mengasihi diriku

Dan menjanjikan

hari-esok padaku.

Jangan hari-harimu

meminjam bagian terbaik

dari hari-esok,

dari semalam derita

yang lebih dulu dicicipi.

Untuk berbijaksana,

jangan tunda hingga hari esok,

siapa bisa menjamin, bahwa

matahari hari esok,

masih akan menyingsing bagimu?

Mujurlah orang

yang bisa berkata,

bahwa hari ini adalah punyanya.

Yang dengan tegar,

pada hari esok, berkata:

hari esok, silakan,

silakan datang membawa segala yang terburuk.

Karena telah dijalani

hidup hari ini.

Waktu melesat, dan diriku diseretnya serta

Saat aku menulis ini, sudah tertinggal jauh di sana,

Dan belum juga aku memasuki hari esok.


HARI ESOK II

Ada mata-air terus mengalir,

Ada cahaya tetap bersinar,

Ada panas memberi kehangatan

Ada angin menghembuskan kesejukan

Ada hutan menyediakan papan

Ada ladang sumber pangan

Ada hujan menyuburkan bumi

Ada sekuntum bunga merekah

Jika niat dan berbuat

kumpul bersatu dan menyatu

tak-'kan tertahan datangnya kepastian, seperti datangnya hari esok.


SIKAP

Anggaplah keraguan dan ketakutan

karatnya jiwa

berani berpikir dan berani berbuat

akan membersihkan dan mencerahkannya

Hantu-hantu hanya ada

bagi yang memang ingin melihatnya

berani bersikap dan berani bertindak

akan mengusir dan membasmi jejadiannya


Kembali ke Daftar Isi