Tajuk

Hampir seluruh kelompok pro-demokrasi menuntut adanya reformasi politik. Bahkan kelompok - kelompok dalam pemerintahan, akademisi, pengamat politik Indonesia dalam dan luar negeri, semuanya sepakat bahwa format politik yang ada sekarang ini tidak akan mampu lagi menjadi wadah saluran aspirasi politik yang ada maupun yang sedang dan akan tumbuh. Juga tak akan mampu lagi menjadi rambu-rambu yang efektif dan berwibawa ( sehingga ditaati ) dalam me"manage" pertarungan kepentingan kepentingan politik dari berbagai kelompok. Sikap keras kepala dan arogansi yang tak berdasar, dari pihak pihak yang hendak terus-menerus mempertahankan format politik yang ada sebenarnya adalah langkah "bunuh diri" dan mungkin juga langkah "bunuh bangsa". Orang orang ini sebenarnya melawan semangat jaman, sehingga pasti akan ditelan oleh jaman.

Namun ada satu hal yang juga mesti diingat oleh kelompok reformasi. Bagaimana gambaran "kita" mengenai format politik baru - pasca reformasi ? Semoga kita tidak terjebak dalam sikap asal men-tidak-kan segala yang sedang ada-. Beberapa sahabat bahkan pernah berkata: "Jangan dulu peduli dengan konsep tentang masa nanti. Yang penting sekarang adalah menghancurkan dulu format yang ada". Disini kita mesti sangat berhati-hati. Karena kita tidak bermain dengan nasib diri kita sendiri (perjuangan yang proyeksi ke depannya adalah nasib diri bukan merupakan perjuangan lagi !). Selain itu reformasi dengan idea masa depan yang belum jelas secara taktis juga tidak tepat. Sama seperti kelompok lawan, langkah gegabah kita juga bisa berarti, bukan saja bunuh diri tetapi juga bunuh bangsa. Mari kita hindari hal ini.

Ini bukanlah ajakan untuk mengurangi militansi. Tidak sama sekali ! Ini adalah ajakan untuk memadukan militansi....untuk mengawali perpaduan militansi yang ada. Perpaduan ini hanya dapat didasari pada perpaduan "idea masa depan" yang relatip sama. Relatip sama, karena tidak mungkin 100 % sama. Kenyataan bahwa idea masa depan kita tidak 100 % sama tidak perlu mengecilkan hati. Dan ambisi untuk menyamakan idea-idea tersebut akan membawa kita kembali pada pola-pola kekuasaan yang sekarang kita tentang....yang sekarang ingin kita perbaharui. Dua hal yang pokok yaitu, menginventarisasi hal hal yang sama dan hal hal yang berbeda, dan yang kedua menyepakati aturan main yang akan dipakai untuk menjembatani perbedaan yang ada. Dalam konteks bangsa, maka pagar besar yang sudah ada, adalah komitment kebangsaan kita ketika kita mengawali pembentukan negara Indonesia sekarang ini. Ini tentu saja sangat umum dan kemungkinan besar kita membutuhkan "pagar-pagar kecil " lainnya yang harus tetap berada diantara pagar besar tadi. Sehingga jelas bahwa kita mereformasi suatu format politik dalam negara proklamasi 17.8.1945.

Jadi dialog antara kita adalah mutlak. Karena disitulah awal berpadunya militansi kita. Secara taktis penegasan penegasan idea masa depan itu juga akan menjadi filter bagi berbagai kepalsuan yang menyusup dalam barisan, perekat yang kuat antara teman sekaligus daya tarik bagi silent-mayority yang selama ini juga tidak puas tetapi ragu akan masa nanti yang sedang diperjuangkan oleh kelompok reformasi (karena tidak jelas dan tegas tadi ).

Tentu saja akan ada banyak hambatan untuk itu. Hambatan dari pihak lawan jelas pasti ada dan akan sangat besar. Namun hambatan dari dalam, dari antara kita sendiri...ini yang paling sulit diatasi. Apakah kita mau dan bersedia berdialog, apakah kita dapat bersikap jujur dan terbuka dalam dialog itu, apakah kita bersedia untuk meleburkan idea-idea kelompok kedalam suatu "KITA" dengan konsekwensi memudarnya citra kelompok dan citra diri, kerelaan untuk tidak menjadi yang utama (ini juga sebenarnya menjadi indikator apakah proyeksi perjuangan adalah nasib diri atau nasib bangsa ) dll dll. Itulah daftar dari beberapa hambatan yang ada, yang jika tidak mampu diatasi reformasi akan menempuh jalan yang teramat panjang atau bahkan hanya menjadi utopia. Hambatan hambatan itu sebenarnya adalah hambatan hambatan moral (perjuangan). Sesuatu yang kita juga sepakati sebagai sumber negatip dari segala kebobrokan sekarang ini. Sesuatu yang kita sepakati juga harus menjadi landasan dari reformasi secara keseluruhan. Mestinya dan selayaknya kita dapat mengatasi hambatan hambatan tersebut.

Maka, saatnya akan segera tiba di mana kita bersama-sama, kita: akademisi, mahasiswa, pemuda, pelajar, para buruh, aktifis LSM, agamawan, pengusaha, ABRI yang sapta-margais..... dengan lantang, terbuka, penuh harga diri tanpa berbekal M-16 ataupun pisau pramuka menyatakan sikap kita.

Dialog sekali lagi dialog....siapa yang mau memulai ?


Kembali ke Daftar Isi