WAWASAN KEBANGSAAN INDONESIA

Peluang dan Tantangan Dewasa Ini

Pencuplik : Ignas Iryanto

Mungkinkah bangsa Indonesia pada suatu saat di masa depan akan terpecah belah sama halnya seperti keadaan yang sedang terjadi di Uni Soviet dan Yugoslavia dewasa ini ? Pertanyaan ini mempertaruhkan eksistensi bangsa Indonesia. Sebagian orang menjawabnya " mungkin saja" dan sebagian lagi akan menjawabnya " tidak mungkin". Tergantung pada kita bangsa Indonesia. Jawaban yang jujur atas pertanyaan yang mendasar ini akan berpulang kembali kepada kita bangsa Indonesia sendiri.

Kalau kita ingin bangsa Indonesia tetap bersatu padu, semakin kokoh dan teguh berdiri di tengah tengah bangsa lain di dunia, keinginan itu sendiri bukan suatu jaminan. Kecuali ada upaya upaya yang secara sadar dilakukan oleh seluruh bangsa Indonesia untuk memelihara dan mengembangkan faktor-faktor yang dapat memperkokoh per-satuan dan kesatuan bangsa serta upaya upaya untuk mencegah faktor faktor yang dapat menghambat bahkan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Jadi ada dimensi pemeliharaan, pengembangan, dan pencegahan. Faktor faktor yang dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dapat kita sebut sebagai peluang peluang yang harus kita pelihara dan kembangkan sedangkan faktor faktor yang dapat menghambat bahkan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa dapat kita sebut sebagai hambatan hambatan yang harus kita cegah. Itulah yang menjadi tantangan dalam rangka pembinaan wawasan kebangsaan dewasa ini.

Hal Hal yang Harus Dipelihara :

  1. Keutuhan dan kedaulatan wilayah negara dari Sabang sampai Merauke.
  2. Pancasila dan UUD 1945 sebagai acuan dasar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
  3. Konsep wawasan nusantara dan ketahanan sebagai acuan operasional.
  4. Kekayaan budaya bangsa Indonesia termasuk hasil hasil pembangunan.

Hal Hal yang Harus Dicegah :

  1. Pikiran pikiran dan perasaan perasaan antar suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, golongan masyarakat, dimana yang satu merasa superior dan inferior terhadap yang lainnya, yang satu merasa kuat atau lemah terhadap yang lainnya, yang satu merasa lebih baik atau lebih buruk terhadap yang lainnya. Perasaan ingin menang sendiri atau dalam bahasa Jakarta disebut : Enak di lu, nggak enak di gue. Pikiran dan perasaan seperti itu jelas bertolak dari fanatisme kelompok atau golongan yang sempit dan sangat bertentangan dengan wawasan kebangsaan yang ingin memberikan ruang gerak dan kesempatan yang sama untuk bertumbuh atas dasar saling mengakui, menghargai, melengkapi, dan memperkaya. Pikiran pikiran dan perasaan perasaan seperti itu dapat menumbuhkan kecemburuan sosial yang mengarah pada pertentangan / konflik sosial dan pada gilirannya dapat membahayakan per-satuan dan kesatuan bangsa.
  2. Kesenjangan pembangunan antar wilayah harus dicegah karena kemajuan pembangunan yang terlalu pesat disuatu daerah sementara di daerah lainnya sangat tertinggal dapat menimbulkan kecembu-ruan sosial. Secara umum kesenjangan pem-bangunan antar wilayah ini di-kelompokkan dalam kelompok Indonesia Kawasan Barat dan Timur.
  3. Kesenjangan sosial dan ekonomi antar golongan penduduk harus dicegah melalui upayah yang sungguh sungguh untuk mengentaskan kemiskinan. Dengan demikian diharapkan jumlah penduduk miskin atau yang berpenghasilan sangat rendah akan semakin berkurang, sambil mencegah agar golongan elit yang sangat kaya tidak bertambah kaya lagi.
  4. Upaya upaya untuk mengekang pro-ses demokratisasi dan desentralisasi de-ngan alasan stabilitas dan kesatuan bangsa yang berlebih lebihan harus dicegah. Agar demokrasi dapat tumbuh secara wajar dan desentralisasi dapat dikembangkan secara proposional, kepada daerah daerah perlu diberikan ruang gerak dan peluang yang cukup memadai untuk mengembangkan aspirasi, prakarsa, dan kreativitasnya.

Hal Hal yang Perlu Dikembangkan :

Menurut hemat saya, kontak budaya sebagai suatu proses untuk membina wawasan kebangsaan memeperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, membentuk dan mempertahankan jati diri Bangsa Indonesia, haruslah ditumbuh kembangkan dari nilai-nilai moralitas Pancasila yang dilaktualisasikan dengan perkembangan jaman. Proses kearah itu dilaksanakan melalui pembangunan nasional yang bercirikan konsepsi wawasan nusantara sebagai suatu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan untuk memperkuat ketahanan nasional.

Perkembangan pembangunan itu selalu membawa perubahan kearah yang diinginkan. Supaya perubahan itu bergerak secara teratur kearah yang diinginkan , perubahan itu sendiri harus bermakna memberikan suatu kehidupan yang lebih baik; Kesejahteraan, kemakmuran, dan keadilan

Bangsa Indonesia di dalam proses sejarahnya telah mengalami berbagai kontak budaya antar bangsa, suku bangsa, dan kelompok etnis. Kontak-kontak budaya yang berlangsung sepanjang masa itu dimungkinkan oleh letak silang kepulauan nusantara yang terletak di antara dua benua dan dua samudera. Dalam kontak kontak budaya yang diartikan sebagai interaksi kebudayaan telah terjadi integrasi antara unsur unsur luar dan unsur unsur yang berasal dari kebudayaan daerah yang diangkat untuk memperkaya khasanah kebudayaan nasional. Dalam hubungan ini semua kebudayaan daerah baik yang besar, kuat, dan mapan maupun yang kecil, lemah, dan belum mapan harus diberikan ruang gerak dan kesempatan yang sama untuk hidup dan bertumbuh kembang sebagai bagian dari budaya bangsa kita yang ikut memperkaya dan memperindah taman sari khasanah kebudayaan nasional.

Dalam hubungan ini pula beberapa gagasan strategis yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut :

  1. Menggali, menghimpun, mengi-dentifikasikan, mendeskripsikan berbagai aspek budaya, menyusun peta bahasa dan peta etnografi melalui suatu pusat studi nasional yang juga memiliki sistim informasi budaya secara nasional.
  2. Mengadakan kontak lintas budaya dan media apresiasi antar budaya nasional dengan prinsip saling mengakui, saling menghargai, saling melengkapi untuk memperkaya khasanah kebudayaan nasional.
  3. Pengarahan pendidikan anak sejak dini untuk memahami dan menghargai budaya lokal dan juga memahami dan menghargai budaya dan kelompok suku bangsa lain.
  4. Meningkatkan daya adaptasi masyarakat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan meningkatnya nasionalitas bangsa dan wawasan kebangsaan, mudah mudahan hal hal yang menyangkut fanatisme golongan yang bersumber pada primodialisme dapat terkikis secara berangsur angsur.

Catatan: Artikel ini merupakan cuplikan ceramah seorang tokoh masyarakat Irian Jaya, B. Suebu dalam sebuah seminar yang diselenggarakan oleh LPSP ( Lembaga Pengkajian Strategi dan Pembangunan) di Ciloto 6 & 7 Juli 93. Pokok pikiran seorang tokoh dari ujung timur Indonesia ini seyogyanya mendapat perhatian dengan porsi yang sama dengan tokoh-tokoh lain.


Kembali ke Daftar Isi