JEMBATAN
------------------------------------
Suatu
pagi, seseorang mengetuk rumah sang kakak. Di depan pintu berdiri seorang
pria membawa kotak perkakas tukang kayu.
"Maaf tuan,
sebenarnya saya sedang mencari pekerjaan," kata pria itu dengan ramah.
"Barangkali
tuan berkenan memberikan beberapa pekerjaan untuk saya selesaikan."
"Oh ya!"
jawab sang kakak. "Saya punya sebuah pekerjaan untukmu. Kau lihat ladang
pertanian di seberang sungai sana. Itu adalah rumah tetanggaku,
...ah sebetulnya ia
adalah adikku. Minggu lalu ia mengeruk bendungan dengan buldozer
lalu mengalirkan airnya ke tengah padang rumput itu sehingga menjadi sungai yang
memisahkan tanah kami. Hmm, barangkali ia melakukan itu untuk mengejekku, tapi
aku akan membalasnya lebih setimpal. Di situ ada gundukan kayu. Aku ingin kau
membuat pagar setinggi 10 meter untukku sehingga aku tidak perlu lagi melihat
rumahnya. Pokoknya, aku ingin melupakannya."
Kata tukang kayu, "Saya mengerti. Belikan saya paku dan peralatan. Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat tuan merasa senang."
Kemudian sang kakak pergi ke kota untuk berbelanja berbagai kebutuhan dan menyiapkannya untuk si tukang kayu. Setelah itu ia meninggalkan tukang kayu bekerja sendirian. Sepanjang hari tukang kayu bekerja keras, mengukur, menggergaji dan memaku.
Di
sore hari, ketika sang kakak petani itu kembali, tukang kayu itu baru saja
menyelesaikan pekerjaannya. Betapa
terbelalaknya ia begitu melihat hasil pekerjaan tukang kayu itu. Sama sekali
tidak ada pagar kayu sebagaimana yang dimintanya. Namun, yang ada adalah
jembatan melintasi sungai yang menghubungkan ladang pertaniannya dengan ladang
pertanian adiknya. Jembatan itu begitu indah dengan undak-undakan yang tertata
rapi.
Dari seberang sana,
terlihat sang adik bergegas berjalan menaiki jembatan itu dengan kedua tangannya
terbuka lebar. "Kakakku, kau sungguh baik hati mau membuatkan jembatan ini.
Padahal sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu. Maafkan aku." kata sang
adik pada kakaknya.
Dua bersaudara itu
pun bertemu di tengah-tengah jembatan, saling berjabat tangan dan berpelukan.
Melihat itu, tukang kayu pun membenahi perkakasnya dan bersiap-siap untuk pergi.
"Hai,
jangan pergi dulu. Tinggallah beberapa hari lagi. Kami mempunyai banyak
pekerjaan untukmu," pinta sang kakak. "Sesungguhnya saya ingin sekali
tinggal di sini," kata tukang kayu, "tapi masih banyak jembatan lain
yang harus saya selesaikan."
--------------------
With my very
personal regards, A thousand friends are not enough, but one enemy is too
much.....