KISAH
PENCURI KUE
------------------------------------
Dalam
keasyikannya tersebut ia melihat lelaki disebelahnya dengan begitu berani
mengambil satu atau dua dari kue yang berada diantara mereka. Wanita tersebut
mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan
melihat jam. Sementara si Pencuri Kue yang pemberani menghabiskan persediaannya.
Ia semakin kesal sementara menit-menit berlalu.
Wanita itupun sempat berpikir Kalau aku bukan orang baik, sudah kutonjok dia!
Setiap ia mengambil satu kue, Si lelaki juga mengambil satu. Ketika hanya satu
kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu. Dengan senyum
tawa di wajahnya dan tawa gugup, Si lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya
dua. Si lelaki! menawarkan separo miliknya, sementara ia makan yang separonya
lagi. Si wanita pun merebut kue itu
dan berpikir Ya ampun orang ini berani sekali, dan ia juga kasar, malah ia tidak
kelihatan berterima kasih. Belum pernah rasanya ia begitu kesal.
Ia
menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan. Ia mengumpulkan barang
miliknya dan menuju pintu gerbang. Menolak untuk menoleh pada si "Pencuri
tak tahu terima kasih!".
Ia naik
pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya, yang hampir selesai
dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan napas dengan kaget. Di situ ada
kantong kuenya, di depan matanya. Koq milikku ada di sini erangnya dengan patah
hati, Jadi kue tadi adalah miliknya dan ia mencoba berbagi. Terlambat untuk
minta maaf, ia tersandar sedih. Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu
terima kasih dan dialah pencuri kue itu.
Dalam hidup ini kisah pencuri kue seperti tadi sering terjadi. Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri. Serta tak jarang kita berprasangka buruk. Orang lainlah yang kasar, orang lainlah yang tak tahu diri, orang lainlah yang berdosa, orang lainlah yang salah. Padahal kita sendiri yang mencuri kue tadi, padahal kita sendiri ya! ng tidak tahu. Kita sering mengomentari, mencemooh pendapat atau gagasan orang lain sementara sebetulnya kita tidak tahu betul permasalahannya.