Koran Rakyat, Jumat Legi, 10 November 2006 |
LGBT Disorot, Diperkirakan Pacu AIDS |
PURWOKERTO-Disahkannya Arus Pelangi, organisasi yang mewadahi lesbian, gay, biseks dan transseksual (LGBT) Banyumas pada Minggu (5/11) malam lalu mendapat sorotan dari banyak pihak. Karena, anggota organisasi tersebut dinilai berperilaku menyimpang. Selain itu, gaya hidup bebas yang diterapkan oleh anggota arus pelangi diduga akan menjadi pemicu meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS di Banyumas. "Padahal, saat September 2006 kemarin, Banyumas menduduki urutan ketiga se-Jawa Tengah (Jateng) dengan 102 kasus HIV dan 16 lainnya AIDS. ''Ditakutkan, dengan terbentuknya arus pelangi, jumlah itu bisa meledak; bagaimana sikap KPA," ungkap salah satu anggota Komisi D, LPAS Widyaningrum, saat menyampaikan pertanyaan dalam acara Advokasi tentang Kebijakan Penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Banyumas, Kamis (9/11). Acara tersebut digelar oleh :Komisi "Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Banyumas di rumah makan Asiatic. Tujuannya untuk memberikan advokasi di kalangan legislatif, eksekutif dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Acara tersebut menghadirkan dua pembicara, yakni Drs H. Imam Dhurori, MAg, Ketua KPA Kabupaten Banyumas, yang menjelaskan tentang penanggulangan HIV/AIDS yang telah dilakukan KPA. Pembicara yang kedua, Drs H Samiono, Kabid Kelembagaan KPA Nasional yang menyampaikan implementasi kebijakan penanggulangan HIV/AIDS di daerah. Selain itu juga mensosialisasikan Perpres No 75 tahun 2006 tentang KPA Nasional. Menanggapi pertanyaan tersebut, Imam Dhurori mengatakan tidak bisa berbuat banyak. Mengingat, KPA tidak punya hak untuk melarang organisasi tersebut. "Saya hanya bisa menghimbau agar para anggota Arus Pelangi bisa menjalani hidupnya dengan normal dan menjauhi sex bebas. Bila hal itu tidak bisa dilakukan, cara terakhir untuk mencegah penyebaran HIV/ AIDS, gunakan pengaman (kondom-red) saat berhubungan," kata Imam Dhurori. Imam Dhurori mengakui jumlah penderita HIV/AIDS di Banyumas cukup tinggi. Dia menjelaskan, dari data di dua klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Banyumas, yakni di Rumah Sakit Margono Soekardjo (RSMS) Purwokerto dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyumas, sebanyak 11 penderita AIDS telah meninggal akibat virus mematikan tersebut. Dua di antaranya adalah balita. Sedang jumlah kasus yang masih ditangani mencapai sebanyak 118 kasus. "Namun, kasus-kasus tersebut bukan semuanya berasal dari penduduk Banyumas saja. Melainkan juga berasal daerah lain. Karena, klinik VCT di Banyumas tergolong canggih, sehingga pasien HIV/AIDS banyak yang memeriksakan diri ke Banyumas," lanjutnya. Lebih lanjut, Wakil Bupati Banyumas menambahkan, berdasarkan estimasi yang ada, jumlah populasi yang berisiko terhadap HIV/AIDS sebanyak 9.370 orang. Mereka terdiri dari pengguna narkoba suntik 60 orang, pelanggan pekerja seks komersial (PSK) (30). Kemudian PSK, pasangan pelanggan PSK dan pasangan pengguna narkoba suntik masing-masing 10 orang. "Guna melakukan kampanye terhadap bahayanya HIV/AIDS kita harus mengsosialisasikannya kepada seluruh elemen masyarakat. Kita juga telah menghimbau kepada khatib masjid-masjid, pendeta gereja dan tokoh agama lain agar menyisipkan kampanye HIV/AIDS dalam pemberian khotbahnya" lanjutnya. Sementara itu, Kepala Bidang Kelembagaan KPA Nasional, Samiono mengatakan, perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sejak 1999 mengalami lonjakan yang tajam. Saat ini, kata dia, estimasi HIV/AIDS di Indonesia tercatat 6.332 kasus. "Itu merupakan data minimal yang terpantau, Sedangkan yang tidak terpantau jumlahnya jauh lebih banyak lagi. Padahal, kasus HIV/AIDS bagaikan gunung es, yang tampak hanya permukaannya saja. Sementara itu, di dalamnya lebih banyak lagi bila ditelisik lebih jauh," ujarnya. (wic) |