KIDUNG KUSUMAWICRITRA
Hong wilaheng sekaring bawana langgeng
1.Menawi dumugi ing jaman Kaliyoga, mboten wonten ingkang ngelangkungi tiyang sugih, boten kocap tiyang ingkang guna, ingkang prawira, utawi pandita putus, sadaya sami marek anembah dhateng tiyang sugih. (8)
2.Ing jaman ngriku bangsaning Pendita sirna, lawan bangsaning ratu melarat kawelasasih, anak sampun purun di pitenah, para pandita sami ngelampahi dados nakoda. (9)
3.Bumi tansah gonjing, jagad tansah dahuru, Ratu keringan arta tansah pinisungsungan ing tiyang sugih, sagung ingkang ulah padamelan sami nurut ingepahan, seganten mili dateng lepen. (10)
4.Tiyang beber (darah) asor wangsul dados tiyang luhur, kamurkanipun tiyang saya anglangkungi, Sang Ratu kalumuhan dhateng sang Pandhita, mboten woten kang anglampahi panembah. (11)
5.Kaliyan wedalanipun kaluhuran saking dipun saranani arta, karanten Sang Ratu kawisesa dhateng tiyang sugih, tiyang salah dados awet ing damel, tiyang leres dados ketiwar tiwar, awit saking melarat. (12)
6.Tiyang murka sangsaya andadra dados angsal pengenan, tiyang sabar wekasane dados kirang paramarta, tiyang dursila durjana sami adamel cilakanipun tiyang sepuhipun. (13)
7.Sang Ratu sasat suwita dating sang Pepatih, sagung ingkang andum sami milih, pratingkahipun sawenang wenang, ical berkating bumi, sami kasrakat, kadosto : oyod oyotan, gegodhongan, woh wohan sami tanpo guna. (14)
8.Ingkang saged, ingkang kewasa, boteng angresepi ing jagad, bangsa Pandita, Satriya, Waisya miwah bangsa Sudra sami tunggal padamelan, karanten sajagat sami angaken saged, sami angegung aken diri, mboten wonten ingkang purun kasoran. (15)
9.Tiyang ulah sastra tuwin ulah puja Samadhi boten wonteng ingkang anut ing pamardining Panditha, tanpa damel , sagung japamatra mboten wonten ingkang katarimah, adil khukum mboten anglabeti, temah dados durgama. (16)
10.Sami rebah ing sekar cepaka, hangsoka, hangsana, candhana wungu, kenanga, surastri, nagasarai, sadaya witipun sirna sami winandungan, tinegoran, tinutuhan, kaparapalan erining pung secang lawan pilang. (17)
11.Sakatahing peksi : merak, banyak, dhangdhang, bango sapanungalanipun sami lebur pinasangan pikat lajeng sinengkeran, ingkang suko bingah namung : segawon, ****, sami ing openan, panilala tinuwukan erah kalian daging. (1 8)
12.Salebeting jaman Kaliyoga sakatahing tiyang sami langkung amurka, tansah tukar arebat kaluhuran, tiyang sajagat sampun mboten uningo dating sanak sadherek, mengsah ingkang sampun kathah cacatipun rinangkul minangka kanthi. (19)
13.Wewalering Dewa tinarajang, sakatahing candhi rinisakaken, kabuyutan mboten wonten damelipun, sami sumun, sagung sami carios pepakem, kagunan, kasantikan, sami linebur dening tiyang bodho ingkang murka ing jagad. (20)
14.Kacarios ing jaman punika saestunipun sakawan, ingkang wiwitan nama jaman Kretayuga, Sang Hyang Premana ingkang dados witing agesang, punika wonteng pulunging galih, saweg tasih siniwi ing Swarga. (1)
15.Kaping kalih jaman Tirtayuga, prenah ipun Sang Hyang Premana wonten samdyaning paningal. Kaping tiga jaman Dwaparayoga prenahipun Sang Hyang Premana wonten daging kalawan erah. (2)
16.Kaping sekawan jaman Kaliyoga, Sang Hyang Premana manggia ing kulit lawan ulu puhung. Dene yen Jaman Kretayuga yuswa ning Sang Hyang Premana saketi taun. (3)
17.Ing Jaman Tirtayuga punika gesangipun Sang Hyang Premana dumugi saleksa taun, Ing Jaman Dwaparayoga yuswa sewu taun langkung satus taun kalian satuh wulan. (4)
18.Yen Jaman Kaliyoga punika yuswanipun enggal enggal, kados upaminipun gebyaring kilat wonten ing mendhung, Kala ing Jaman Kretayuga, wiwitipun ingkang dados perang putranipun pandita nama Dewi Nuruki. (5)
19.Ing Jaman Tirtayoga, jalarananipun ingkang dados perang ageng nama Dewi Sinta, ing Jaman Dwaparayoga ingkang dados wiwitaning perang Drupadi, kocap putri linuwih. (6)
20.Ing Jaman Kaliyoga kathah ingkang dados sa****ng perang ageng, inggih punika pawestri, siti, miwah rajabrana. Mila kaenget engetan. Sang Sujana sampun pijer olah arta, amrih dhateng tiyang estri. (7)
bakaSHINJI
TAN SAMAR PAMORING SUKMA
Tan samar pamoring sukma, sinuksma ya winahya ing ngasepi, sinimpen tetelenging kalbu, pembukane warana, tarlen saking liyep layaping ngaluyut, pindha pesating supena, sumusuping rasa jati.
01Jangan tertarik kepada seseorang karena parasnya, sebab keelokan paras dapat menyesatkan. Jangan pula tertarik kepada kekayaannya,karena kekayaan dapat musnah. Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum, karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah. Semoga kamu menemukan orang seperti itu.
02Ada saat-saat dalam hidup ketika kamu sangat merindukan seseorang sehingga ingin hati menjemputnya dari alam mimpi dan memeluknya dalam alam nyata. Semoga kamu memimpikan orang seperti itu.
03Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat tempat kamu ingin pergi, jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.
04Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang cukup untuk membuatmu baik hati,cobaan yang cukup untuk membuatmu kuat, kesedihan yang cukup untuk membuatmu manusiawi, pengharapan yang cukup untuk membuatmu bahagia dan uang yang cukup untuk membeli hadiah-hadiah.
05Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan. Tetapi acapkali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita.
06Sahabat terbaik adalah dia yang dapat duduk berayun-ayun di beranda bersamamu, tanpa mengucapkan sepatah katapun, dan kemudian kamu meninggalkannya dengan perasaan telah bercakap-cakap lama dengannya.
07Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita milik sampai kita kehilangannya, tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu apa yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya.
08Pandanglah segala sesuatu dari kacamata orang lain. Apabila hal itu menyakitkan hatimu, sangat mungkin hal itu menyakitkan hati orang itu pula.
09Kata-kata yang diucapkan sembarangan dapat menyulut perselisihan. Kata-kata yang kejam dapat menghancurkan suatu kehidupan. Kata-kata yang diucapkan pada tempatnya dapat meredakan ketegangan. Kata-kata yang penuh cinta dapat menyembuhkan dan memberkahi.
10Awal dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cinta menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan. Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kita temukan di dalam dia.
11Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya.
12Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dengan beberapa orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas karunia itu.
13Hanya diperlukan waktu semenit untuk menaksir seseorang, sejam untuk menyukai seseorang dan sehari untuk mencintai seseorang, tetapi diperlukan waktu seumur hidup untuk melupakan seseorang.
14Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang disakiti hatinya, mereka yang mencari dan mereka yang mencoba. Karena hanya mereka itulah yang menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir dalam hidup mereka.
15Cinta adalah jika kamu kehilangan rasa, gairah, romantika dan masih tetap peduli padanya.
16Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu dan mendapati pada akhirnya bahwa tidak demikian adanya dan kamu harus melepaskannya.
17Cinta dimulai dengan sebuah senyuman, bertumbuh dengan sebuah ciuman dan berakhir dengan tetesan air mata.
18Cinta datang kepada mereka yang masih berharap sekalipun pernah dikecewakan, kepada mereka yang masih percaya sekalipun pernah dikhianati,kepada mereka yang masih mencintai sekalipun pernah disakiti hatinya.
19Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi yang lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan tidak pernah memiliki keberanian untuk mengutarakan cintamu kepadanya.
20Masa depan yang cerah selalu tergantung kepada masa lalu yang dilupakan,kamu tidak dapat hidup terus dengan baik jika kamu tidak melupakan kegagalan dan sakit hati di masa lalu.
21Jangan pernah mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba,jangan pernah menyerah jika kamu masih merasa sanggup jangan pernah mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.
22Memberikan seluruh cintamu kepada seseorang bukanlah jaminan dia akan membalas cintamu! Jangan mengharapkan balasan cinta, tunggulah sampai cinta berkembang di hatinya, tetapi jika tidak, berbahagialah karena cinta tumbuh dihatimu.
23Ada hal-hal yang sangat ingin kamu dengar tetapi tidak akan pernah kamu dengar dari orang yang kamu harapkan untuk mengatakannya. Namun demikian janganlah menulikan telinga untuk mendengar dari orang yang mengatakannya dengan sepenuh hati.
24Waktu kamu lahir, kamu menangis dan orang-orang disekelilingmu tersenyum jalanilah hidupmu sehingga pada waktu kamu meninggal, kamu tersenyum dan orang-orang disekelilingmu menangis.
Gepeng
,
SULUK SUKMA LELANA
Dening : R. Ng. Ranggawarsita
Punapa yen wus kakekat,
estu lajeng sarengatnya kawuri,
yen saking pamanggih ulun,
tan wonten kang tinilar,
jer muktamat ing hadis ugi kasebut,
kak tanpa sarengat batal,
sarak tanpa kak tan dadi.
Paran Gusti yen kapisah,
temah mangke kakalihira sisip,
kang lempeng taksih ing kawruh,
sakawanira tunggal,
ngelmuning Hyang sarengat myang tarekatu,
kakekat miwah makripat,
punika kamil apdoli.
Terjemahan: Suluk Suksma Lelana
Apakah jika seseorang sudah sampai ke tingkatan hakikat, dia boleh meninggalkan syariat? Menurut pendapatku dan pendapat Hadis tak boleh ada ajaran syariat yang diabaikan, karena kebenaran atau haq tanpa syariat tak jadi dan syariat tanpa haq batal juga.
Perjalalanan menuju Tuhan tak boleh hanya dengan pendekatan secara partial, mereka harus melakukan empat hal itu sebagai satu kesatuan, yaitu : syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat, inilah suatu hal yang sempurna.
AJA DUMEH SUGIH BANDA[
ALLAHUMMA SHALLI’ALA MUHAMMAD
SAFI’IL ANAM WA’ALIHI WASAHBIHI
WASALLIM ’ALADDAWAM
Eling-eling sira manungsa,
Temenana lehmu ngaji,
Mumpung durung katekanan,
Malaikat juru patiLuwih susah luwih lara,
Rasane wong nang naraka,
Klabang kures kalajengking,
Klabang geni ula geniRante geni gada geni,
Cawisane wong kang dosa,
Angas mring kang Maha Kwasa,
Goroh nyolong main zinaLuwih beja luwih mulya,
Rasane manggon suwarga,
Mangan turu diladeni,
Kasur babut edi peni.
Cawisane wong kang bekti,
Mring Allah kang Maha Suci,
Sadat salat pasa ngaji,
Kumpul-kumpul ra ngrasani.
Omong jujur blaka suta,
Niliki tangga kang lara,
Nulungi kanca sangsara,
Pada-pada tepa slira.
Yen janji mesthi netepi,
Yen utang kudu nyahuri,
Layat mring kang kasripahan,
Nglipur mring kang kasisahan.
Awak-awak wangsulana,
Pitakonku marang sira,
Saka ngendi sira iku,
Menyang endi tujuanmu.
Mula coba wangsulana,
Jawaben kalawan cetha,
Aneng endi urip ira,
Saiki sadina-dina,
Kula gesang tanpa nyana,
Kula mboten gadhah seja,
Mung karsane kang Kuwasa,
Gesang kula mung sa’derma.
Gesang kula sapunika,
Inggih wonten ngalam donya,
Donya ngalam karameyan,
Isine apus-apusan.
Yen sampun dumugi mangsa,
Nuli sowan kang Kuwasa,
Siyang dalu sinten nyana,
Jer manungsa mung sa’derma.
Sowanmu mring Pangeranmu,
Sapa kang dadi kancamu,
Sarta apa gegawanmu,
Kang nylametke mring awakmu.
Kula sowan mring Pangeran,
Kula ijen tanpa rewang,
Tanpa sanak tanpa kadang,
Banda kula katilaran.
Yen manungsa sampun pejah,
Uwal saking griya sawah,
Najan nangis anak semah,
Nanging kempal mboten wetah.
Sanajan babanda-banda,
Morine mung telung amba,
Anak bojo mara tuwa,
Yen wis ngurug banjur lunga.
Yen urip tan kabeneran,
Banda kang sapirang-pirang,
Ditinggal dinggo rebutan,
Anake padha kleleran.
Yen sowan kang Maha Agung,
Aja susah aja bingung,
Janjine ridhone Allah,
Udinen nganggo amalan.
Ngamal soleh ra mung siji,
Dasare waton ngabekti,
Ndherek marang kanjeng nabi,
Muhammad Rasul Illahi,
Mbangun turut mring wong tuwa,
Sarta becik karo tangga,
Welasa sapadha-padha,
Nulunga marang sing papa.
Yen ngandika ngati-ati,
Aja waton angger muni,
Rakib ngatit sing nulisi,
Gusti Allah sing ngadili.
Karo putra sing permati,
Kuwi gadhuhan sing edi,
Aja wegah nggula wentah,
Suk dadi ngamal jariyah.
Banda donya golekana,
Metu dalan sing prayoga,
Yen antuk enggal tanjakna,
Mring kang bener aja lena.
Aja medhit aja blaba,
Tengah-tengah kang mejana,
Kanggo urip cukupana,
Sing akherat ya perlokna.
Aja dumeh sugih banda,
Yen Pangeran paring lara,
Banda akeh tanpa guna,
Doktere mung ngreka daya.
Mula mumpung sira sugih,
Tanjakna ja wigah wigih,
Darma ja ndadak ditagih,
Tetulung ja pilah-pilih.
Mumpung sira isih waras,
Ngibadaha kanthi ikhlas,
Yen lerara lagi teka,
Sanakmu mung bisa ndonga.
Mumpung sira isih gagah,
Mempeng sengkut aja wegah,
Muga sira yen wus pikun,
Ora nlangsa ora getun,
Mula kanca da elinga,
Mung sapisan aneng donya,
Uripmu sing ngati-ati,
Yen wis mati ora bali,
Gusti Allah wus nyawisi,
Islam agama sejati,
Tatanen kang anyukupi,
Lahir batin amumpuni.
Kitab Qur’an kang sampurna,
Tindak nabi kang pratela,
Sinaunen kang permana,
Sing sregep lan aja ndleya.
Dhuh Allah kang Maha Agung,
Mugi paduka maringi,
Pitedah lawan pitulung,
Margi leres kang mungkasi.
Nggih punika marginipun,
Tetiyang jaman rumuhun,
Ingkang sampun pinaringan,
Pinten-pinten kanikmatan,
Sanes marginipun tiyang,
Ingkang sami dinukanan,
Lan sanes margining tiyang,
Kang kasasar kabingungan.
Gesang kita datan lama,
Amung sakedheping netra,
Maena sami andika,
Rukun Islam kang lelima.
AMIN AMIN AMIN AMIN
YA ALLAH ROBBAL ‘ALAMIN
MUGI PADUKA NGABULNA SADAYA PANYUWUN KULA--------------------
Ati
Gowonen atimu terus,
Amargo donya iku sak jembare atimu.
Uripke atimu terus
Amargo donya iku bagianing atimu.
Payoni atimu terus
Amargo donya ono ing sajerone atimu.
-------------
Nenandur lan ngopeni rajakaya kanthi nyawiji
(maksude terpadu utawa integrated)
Manawa sejatine ing jagad iki kahanan
kang paling gumathok, jumbuh lan imbang
iku ya mik nang BUMI. Ning bumi bisa kaya
mangkono iku amarga kanthi premati di-
papanake dening kang nitahake.
Contone wae ing keluarga SRENGENGE (tata
surya), ya mik merga bumi iku adohe saka
srengenge kang pas lan duwe WULAN, njalari
kaya mangkene iki. Uga gravitasi (dayaning
bumi kanggo narik maneka warna wewujudan
kang kumleyang ing angkasa) kang sakmene
gedhene iki kang bisa hanjalari bumi iku
urip.
Lha saka endi panguripan iku? Jarene sing
nulis buku mau prabote wadhag panguripan iku
ana 4 sumbere. Yaiku: 1) bumi iku dhewe,
2) banyu, 3) angin (gas, barang ngabar)
lan 4) angkasa ing sak njabaning kurungan
bumi. Lha ning, banyu iku harak ana ing
bumi, to? Gas utawa barang ngabar iku harak
ya ana ing angkasa lan malah kepara nang
njerone bumi ta?
Ya pancen ngono. Ning iku saiki. Ora kaya
jaman bumi iki tinitahake dening Kang Maha
Kawasa. Biyen bumi iki wujud barang ledra-
ledre panas banget sing munyer mula bareng
adhem wujude dadi ngene iki. Pating brocel,
munggah-mudhun plenyak-plenyok.
Nalika durung adhem kulite,
ora bakal ana banyu.
Anane mik calon-calon barang
tosan (mineral) sing mongah-mongah
kaya dene lahar ing gunung-2.
Lha apa ya ana asep-e (keluke, kukuse)? Wah,
ya embuh ya. Lha kukus iku harak banyu kang
ngabar. Nek ana mesthi dudu keluk kang kaya
saiki, ning bisa wae keluk saka NH4 utawa
welirang.... Bisa uga CO2.
Lha njut banyu? Nah iki, ngenani banyu iki
sing bisa dadi pituduh mendah kaya ngapa
bumi iki rinipta lan cinipta kanthi premati,
taliti lan sarwa jumbuh. Biyen dhek bumi
isih mongah-mongah ora ana banyu (H2O).
Bisane ana? Miturut para ahli kabumen hehehe,
banyu kawitan iku asale saka LINTANG KEMUKUS,
kang buntute awujud ES. Tugelan-tugelan buntut
es mau kang asale embuh saka pirang lintang
kemukus, tiba ngudani bumi kang mongah-mongah.
Tugelan tiba, ngabar dadi kukus kang ketarik
maneh dening bumi kang sangsaya adhem, nda-
dekake udan kawitan.
Lha jarene papan panggonan udan buntut lin-
tang kemukus mau ora liya ya ing papan
khatulistiwa iki. Kalebu papan nusantara
iki. Sabab jaman samana daratan afrika iku
isih ana ing mbang kidul (kutub selatan).
Udan sangsaya deres (lha wong etungane
atusan juta tahun je...) suwe-suwe ana
banyu ngembeng, banyu nresep bantala,
kukus lan uga bahan-bahan liya kang perlu
H lan O, kaya ta CaCO3 (gamping), H2S,
lan liya-liyane. Barang-barang iku wiwit ana
dayane dhewe-dhewe. Mungguh ing ngelmune
kimia ing sekolahan, ana kang sifate
dadi asam, dadi basa lan netral (uyah).
Suwe-suwe mbuh kepriye antarane C, H, O,
N lan liya-liyane mau dadi wujud urip
kang sepisanan. Lha ing kene iki sing dadi
pitakonan... Barang kang bahane padha
kok bisa "urip" wujud apa kang sinebut
DNA. (Virus iku kalebu wujud urip kawitan,
jarene). DNA sangsaya akeh lan amarga
cecampurane maneka warna mujudake urip
kang luwih bisa dijinisake. Wiwit ana
rerupan remit kang sinebut BAKTERI. Bak-
teri iki ana kang uripe saka welirang
thok, wesi thok lan liya-liyane kang
thok iku. Welirang dijupuk daya gunane
dening bakteri welirang, wesi dijupuk
daya gunane dening bakteri wesi lan sak
panunggalane. Iku sing nang jero
bantala. Sing nang njabane, bakteri tambah
akeh jinise lan suwe-suwe ana kang bisa
nangkep dayaning surya lan banyu kanggo
urip lan mrenca. Saka bakteri-bakteri iki
diasilake O2, nganti suwe-suwe ing angkasa
(atmosfir) kandhutane O2 iku dadi 20 - 21%,
dene CO2 sangsaya entek disedhot ambek
wewujudan urip kang sangsaya maneka warna.
Coba dietung perlu pirang yuta tahun iku?
Jarene bumi iki cinipta udakara 4.5 milyar
tahun kepungkur. Wiwit ana gejala kimia,
jare 3.5 milyar kepungkur lan wiwit ana
panguripan kawitan udakara 2.5 milyar ke-
pungkur. Kanggo nganakake wewejudan wadhag
tetanduran nganti rumagange kewan-kewan
jarene 1 milyar tahun.
Lha pitakonan saiki. Saka endi asale
nyawa? Sebab nyawa iki sinandang dening
sadhengah makhluk kang urip ing bumi.
Mbuh iku wujud makhluk remit, tetuwuhan
utawa kewan. Mung wae sing kurungane
paling sampurna ya mik manungsa. Ya mik
ana sing gawe geguyonan bandingane ma-
nungsa ambek bedhes. Jarene mik ana ing
JANGGUT lan PIPI.
Janggut lan pipine manungsa iki sing bisa
gawe swara maneka warna. Swara kang mane-
kawarna iku bisa mujudake BAHASA. Bahasa
iku manekawarna sebab kahanan manungsane
kang urip uga ing papan manekawarna.
Coba digatekake, kenangapa basane wong
Bule kae akeh ngeses, akeh sing dobel
wandane, akeh sing ngorok... kaya basane
wong Arab lan Yahudi... Lha ya sebab
swara-swara kang bisa ditirokake dening
manungsa ing papan-papan kono ya swara
kang ngeses, ngorok lan dobel-debel wandane
iku.
Ning nek nang Nuswantara, apamaneh Jawa,
swara mau banget maneka warna. Mula njut
ana DASANAMA. Dadi babagan bahasa iki
wis kinodrat bareng ambek bangsane. Lan
bahasa iku dadi sarana lan prabot lahire
BUDHAYA lan PERADABAN. Kabeh mau anane
merga dikersakake dening Kang Maha Kawasa.
Ngapa ngono? Sebab nyawa iku uga saka
Panjenengane.
Dadi umpamane bahasa kuwi oleh dianggep kaya
dene GENETIK ngono, ing manungsa mesthi
duwe GEN BAHASA. Ana gen Jawa, gen Cina,
gen Arab, gen Bule.... lan liya-liyane.
Mung wae rumagang lan owah-owahane gen
Bahasa iku bisa sarana SINAU lan AJAR.
Wong tuwa ngajari anak ngenani Bahasa.
Terus si Anak bisa ngucap bahasa mau.
Ngono sak banjure. Lha yen bahasa dipeksa
kudu nganggo salah sawijine bahasa,
wis mesti ana "Pemberontakan Gen" sebab
upaya ngono kuwi ora jumbuh ambek
MEGANTROPUS. Utawa Kecenderungan Raya.
Apa ta kecenderungan raya iku? Ora liya
obah-mosiking jagad. Yaiku kabeh kang
sinebut 'nyawa' bakal bali ing asal-
usule. Sebab nyawa iku bagiane jagad.
Jagad iku munyer-mobah-mosik ning ora
winates. Nyawa ya ngono... melu munyer
mobah-mosik.
Sing gonta-ganti mik wadhahe kang dening
Kang Maha Kawasa cinipta lan rinipta kanti
premati lan jumbuh milyaran tahun. Wadhag
iku bakal bali (ora bisa ilang) ing
sumbere dhewe-dhewe. Sing saka bumi bali
ing bumi, saka angin bali dadi angin,
asal banyu bali mulih nang samodra, sing
saka langit bali mulih nang angkasa (ener-
gi). Dene nyawa bali marang sumbere. Ya
mung sumbere mau kang WIKAN.
Untung wae nyawaku saiki diwadhahi wadhag
manungsa... lha nek wadhahe semut lak
ciloko aku... hehehehe
mBah Soeloyo------
Sesajen modern
Sesajen jaman saiki arupa sogokan, beselan, duwit pelicin
wis ngrasuk kabudayan SESAJI.
Saiki ora kanggo para demit-jinsetan-priprayangan
ning marang sapada-padaning manungsa, sing
kepeneran lagi dadi panguasa, dadi direktur,
dadi penguji nang ujian doktor... hehehe...
lsp. Amarga dianggep bisa mempengaruhi
panguripane wong sing atur sajen, mulane
wong-wong mau perlu disajeni....---------
wayang wayah wahana
den.. rasa..
ni samubarang.. kang
saya... krasaaaaa....aaaaa...
kang diarani raden kang diarani
randha..kang diarani.....
rasaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.......................
jangan sing didilat..
lan diicip karo kweni,
dudu jangan sembarang
sayangku marang sira, dudu sembarang sayang..
ning..
tresna,
kang thukul ing njero dhadha..
sanajan ketemu mung.. sepisan.
dulur adhi
dulur ari
dulur peri.
rasa madu.
maju jaman
maju jaman.
maju sedayana.
jula-juli
juragan lali marang kahanan
kang sejati.
iiii
iiii
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii...................................
swara mumbul ing bawana awan iku kang..
madhahi segara impen.. sing...marahi lakuning pi..
kiran kang tambah...... nda..draaaaa......
lumayu menyang jaman, jaman dhiii...... sikkkkk...
ayo ayo mra..na... ana ratu rawuh kanthi nitih..
kre.... ta.......jarane jaran wesi..
lumaku karo ngudut. sanajan gendhut..
isih.. ratu kita.
gendhute tandha makmuring na.. gara..
sanajan kita sang kawula.. luwe nglikik,
tanpa..upa teles. sing ana mung.. upa garing..
karak kang mangkrakake pikir,
para pangeran kang lali..
we lah dalah ketiban kopyah, sing diemplok
pangerane ya padha-padha upa..
kita sang kawula ngemploke' upo garing.
jarene jare dudu wong jawa nek ora doyan karak.---------
Dhasare saka tembang dolanan, senajan mik
tembang dolanan sing nujupuke tembung
acak-acaken dening mas Mamiek ditegesi "ramalan". :"lur ilir ilur kombang, kombange janur.
cah cilik turu kasur babune nyusul.
Sing nyusul tengah wengi jeguki asu.
Asune asu kikik sing duwe encik.
Encike encik Sala omahe Yogya".
Ngendikane, menawa para linuwih biyen
paring pepeling mbesuk bakale ana jaman sing
didominasi manungsa watak wangwung
kombang janur.
Senengane nyuwara kemruwuk mebengungung
werna-werna ning uripe ngrusak papan
panggonane dhewe (Koruptor!).
JUaman iku kelakone menawa wong Jawa
wis makmur. Tandhane ora ana bocah
turu njogan utawa amben,
nanging turu neng kasur.Babune nyusul (embuh nyusul bocahe apa bapakne ?).
Sing nyusu tengah wengi, tegese wancine
umume wong Jawa maneges marang
Gusti Kang Murbeng Dumadi.
Karepe menawa pendidikkane bocah iku
dipasrahake "babu" klebu pendididkan
spiritual (tengah wengi).Wis ngono akeh diganggu karu "asu"
ingon-iongone encik. Asune kikik alias asu cilkik
sing senengane ming njegog ora cetha karepe.
Embuh seneng, gething apa ngeleh, apa
"manembah" bisane njegog sing ora dimudhengi
liyan. Ora cetha sing mempengaruhi wong cilik ... eh
asu kikik iku wong sing
duwe encik Sala omahe Yogya. Mangga
dipenggalih piyambak.Kira-kira jaman iki
jaman wangwung apa ora ?
KSM----.
seikat syair Wedhatama
Bonggan kang tan merlokena
Mungguh ugering aurip
Uripe lan tri prakara
Wirya - Arta tri Winasis
Kalamun kongsi sepi
Saka wilangan tetelu
Telas tilasing janma
Aji godhong jati aking
Temah papa, papariman ngulandara
[Terserah bagi yang tak memerlukan,
(bahwa) pokok dari kehidupan itu,
hidupnya atas tiga perkara,
Wirya - Arta ketiganya Winasis
Jika sampai tidak punya ketiganya
hilang sudah jejak seorang manusia
lebih berharga daun jati kering
Maka akan hidup sengsara selamanya
terlunta-lunta) Ya, Wirya adalah terhormat,
bermartabat karena telah berguna bagi
masyarakatnya, pantas menjadi suri tauladan
dan jadi seorang pemimpin.
Orang wirya dihormati dan dihargai.
Arta (sering juga disebut Kerta) adalah
berkecukupan dalam hal harta kepemilikan.
Jaman sekarang *arta*
menjadi sepadan dengan uang atau dana.
Winasis adalah terpelajar. Intelektual yang arif
bijaksana. Maka wajar kalau sampai seseorang
tanpa ketiganya, ibaratnya lebih berharga daun
jati kering yang (jaman itu) dapat dijadika bungkus
tempe...;p. Lha kalau ornag, buat bungkus apa?
Ah ternyata dalam wedhatama, yang konon
adalah kritik terselubung dari Wulangreh, ter-
kandung semangat kewiraswastaan. Apalagi dalam
salah satu pupuh pucungnya sebagai berikut:
Ngelmu iku
Kalakone kanthi laku
Lekase lawan khas
Tegese khas nyantosani
Setya budya pangekesing durangkara
(Pengetahuan itu bermanfaat bila dilaksanakan
mulainya dengan semangat (antusias)
yang maksudnya memperkuat
niat dan usaha untuk "membungkam" nafsu angkara)
Ya pengetahuan tanpa pelaksanaan adalah
perbuatan orang bodoh, kata Bapak Manajemen
Peter Drukker (1985). Pikiran baik tanpa realisasi
dan implementasi tinggalah sebagai ide-ide saja.
Seperti konsep dan sketsa helikopter, kapal
selam dan mesin penempa otomatis buatan
Leonardo Davinci.....
Bahwa ada semangat yang berlawanan dengan
yang dipersepsikan banyak orang sekarang.
nuwun,
KDP
-------------------------------------------
Ngluwari Cakra Manggilingan
Dening Sindhunata
-----------------
ESUK mau kembang puring iku isih ijo kuning.
Sore iki kembang puring
mau wis ngalinthing garing. Dakawe-awe tekamu,
kang teka mung ayang-ayangmu.
Jebul urip iki dawane mung saumure kembang
puring; esuk sumringah mekar ijo
kuning, sore mingkup garing angalinthing.
Katone, kaya kembang puring mau, urip iki
bakal sirna. Nanging
sejatine, urip iki ora bakal sirna. Urip iki
mung kudu bali menyang asale. Mula
ana tembang dhandhanggula kuna,
warisane para leluhur, kang nganti saiki
tansah ngumandhang:
Kawruhana sejatining urip/
urip ana jroning alam donya/
bebasane mampir ngombe/
umpama manuk mabur/
lunga saka kurungan neki/
pundi pencokan benjang/
nyawa kongsi kaleru/
umpama lunga sesanja/
njan-sinanjan ora wurung bakal mulih/
mulih mula mulanya.
Ana ing ngendi paranku, sarampunge aku
mampir ngombe ing donya iki?
Endi pencokanku, sawise aku mabur saka
kurunganku ing donya iki? Menyang
ngendi aku bakal mulih, sawise aku njan-
sinanjan ing donya iki?
Pitakonan-pitakonan iku mratelakake
menawa donya iki dudu papanku kang
langgeng, lan uripku ing donya iki mung
sawetara wae. Mula tembang Seh
Sitijenar gubahan Raden Panji Natara
kang banjur ginubah maneh dening
Bratakesawa ngendikake mangkene:
"Kowe padha kuwalik panemumu,
angira donya iki ngalame wong urip,
akerat kuwi ngalame wong mati;
mulane kowe pada kanthil-kumanthil marang
kahanan ing donya, sarta suthik aninggal donya."
Yen donya iki dudu ngalame wong urip,
banjur ngalame sapa? Wangsulane
tembang Seh Sitijenar: "Sanyatane,
donya iki ngalame wong mati, iya ing
kene iki anane swarga lan naraka, tegese,
bungah lan susah. Sawise kita
ninggal donya iki, kita bali urip langgeng,
ora ana bedane antarane ratu karo
kere, wali karo bajingan."
Piwulang ing dhuwur iku ora negesake
menawa uripku ing donya iku mung
muspra, tanpa tanja. Babar pisan ora.
Kang dadi surasane, aja nganti
uripku ing donya dadi kurungan kang
ngunjara aku nganti aku ora bisa mabur
mulih ing pencokanku kang langgeng,
ya taman pirdus, papan panggonanku kang
murugake aku ora kaontang-anting dening
prahara bungah lan susah kang tan ana enteke.
Aku ora bakal kuwat yen uripku tansah
digiling cakra manggilingan kang
tanpa kendhat: sedhela susah, sedhela bungah;
sedhela mukti, sedhela kere;
sedhela menduwur, sedhela mengisor;
sedhela tentrem, sedhela bingung. Sepira
kapenake kabungahan yen aku weruh sedhela
maneh aku bakal kelindhih ing
kesusahan? Sepira enake kamukten, yen aku
weruh sewektu-wektu aku uga
bisa dadi kacingkrangan?
Aku kepengin uwal saka cakra manggilingan mau.
Anteng, tanpa bungah lan
susah. Cukup, tanpa mukti lan kecingkrangan.
Meneng, tanpa tentrem lan
kabingungan. Rasa kaya mengkono iku bisa
kagayuh menawa aku ngrumangsani,
kabeh kahanan ing donya iki padha njaluk balik
ing purwane.
Isi kuwi ana merga ana suwung. Mula kabeh
kang mengku isi, ya njaluk bali
menyang suwung. Ana kuwi ana merga ora ana.
Mula kabeh kang ana ya njaluk
bali menyang ora ana. Rame kuwi saka sepi.
Mula kabeh kang rame uga bakal
bali menyang sepi. Manungsa kuwi asale
saka lemah. Mula manungsa uga bakal
bali menyang lemah.
Mula sejatine pati utawa mati iku ora ana.
Urip iki ora bakal mati.
Urip iki mung bakal mulih asale wiji.
Yen mengkono, isine urip iki ya pangarep-arep.
Aku kudu matur nuwun diparingi urip,
merga srana lan sajroning urip, aku
dadi bisa katuwuhan pangarep-arep,
menawa aku bakal diparingi kanugrahan
kang mulyane ngungkuli urip.
Dadi, urip iki sejatine mengku janji,
ing mengko pengarep-arepku bakal
dijangkepi. Apa kang ora bisa ginayuh saiki,
bakal kagayuh mengko.
Mubeng sesere cakra manggilingan
bakal kandeg, aku ora sah krengggosan maneh,
kumudu-kudu ngoyak apa kang sejatine ora kudu
dioyak. Yen aku gelem ngrungkebi pangarep-
arep iku, aku ora sah ngenteni sesuk, saiki aku wis
bisa ngalami, piye rasanya luwar saka kurungane
cakra manggilingan iku. Ya
ngrungkebi pangarep-arep mau sejatine sari
patining piwulang kang unine
"urip iki mung mampir ngombe".
NB. Urip iki mung mampir ngombe-hidup ini cuma numpang minum, waktu utk
memperbanyak bekal utk kehidupan akhirat yg kekal.
Kebahagiaan dunia itu hanya sedikit, tidak sebanding dgn kebahagiaan
akhirat. Karenanya jgn samapi kita mengejar kenikmatan dunia yang
sementara,
dengan mengorbankan kenikmatan akhirat yang lebih besar dan kekal di
dalamnya.
Kesuwun Gusti
Iwan sctv
(Banyuwangen / Osing)
Kesuwun ya Gusti
Lebaran saiki isun diweni rejeki
Cukup nggo tuku seluar ambi klambi
Ngganteni hang wis amoh dipangan srengenge, diwejek ring kali
Kesuwun ya Gusti
Lebaran saiki ono jenang selo ring mejo
Biso nyuguhi tamu-tamu hang teko
Silaturahmi ngelebur kabeh dosa-dosa, kelebur koyo banyu mili nung segoro
Kesuwun ya Gusti
Lebaran saiki isun magih diweni panjang umur
Biso nyekar kuburane mak bapak, ndeprok lungguh tepekur
Macakaken Fatihah mugi-mugi biso sampe ring Gusti, senenge ati hing kaukur
Tapi kelendi ya Gusti
Anake Kang Bodos magih durung duwe seluar anyar, sekolahe durung mbayar
Kang Buwang magih mbecak hing biso sholat Ied, golet setoran
Atin kulo koyo dikeruk ndeleng Mbah Ujah, lungguh ring pelonco, mikir bayar utangan
Duh Gusti,
Mugi-mugi rejeki lebaran mampiro ring kono pisan
Chuck Ambaloing
Nov 04Jarkoni = ya ngajar ya nglakoni
Anakku lanang sing isih SD entuk tugas saka guru kelase, mula senajan
ngantuk banget aku kepeksa ngancani deweke ngrungokne kutbah. Gragapan
sithik nalika anakku njaluk didikte ringkesan isine kutbah, masiyo gak
nyemak tuntas tetep percaya diri ngajari si thole:
"Wis tulisen ngene ae, ngajak utawa marahi wong liya tumindak apik
bakal
entuk ganjaran pada karo nglakoni dewe".
Thole banjur nulis ing buku tugas sekolahe, dumadakan komentar:
"Berarti.... ganjarane lik Wagimun sopir bis kae luwih gedhe tinimbang
pak
ustad ya?"
Aku kaget, ora mudheng.
"Kok ngono sih leee...? Kowe ora ngerti apa.... mas Wagimun sopir kae
wis
kondang brangasan tur nek nyopir ya ugal-ugalan banget ngana kok!....".
"Lha tapi Pak... nalika pak ustad mau kutbah lan ngajak ndonga, tak
sawang para jamaah pada ngantuk kabeh malah ana sing turu contone bapak
dewe tooo... beda banget nalika aku karo simbok numpak bis sing
disopiri
Lik Wagimun, tanpa dikandhani penumpange padha khusuk ndonga ndremilil
ora
pedhot-pedhot wiwit saka Meguwo nganti tekan Tirtonadi weee..."
"Weleh!!!??"
Becik apa wong urip neng ngalam donya,
tinggal tata lawan budi utama,
yen digagas sing dawa urip mung sadhela, sing sabar narima.
Bebasane suwe angudhuh kalapa,
rugi-rugi gedhe yen nguja hawa nepsune,
nora-nora nganggo ditimbang bener lupute,
becik.... miliha dalan sing bener
aja mingar minger yen minger mundhak keblinger,
yen wis- yen wis kebacut mung thenger-thenger.
Ooo... ora wurung karo ra kleru, ora wurung -ora kleru
urip mung sedhela sing sabar narima.
mbah dul
Darmawiyatha Ing Surakarta, Cap-Capan Kang Kapindho
Wedalan Weltevredhen 1921