„Maaf, saya nggak bisa memaafkan diri saya sendiri. Apa yang harus saya lakukan?"
Kotbah tgl. 23.08.97



Siapa pernah merasa menyesal, sampai kayaknya dunia ini mau runtuh? Mazmur 38:4. Mis. berkaitan dgn pekerjaan penting yg kita gagal lakukan, atau kesempatan emas yg kita sia-siakan, atau hidup masa lalu yg begitu rusak dan penuh dosa, atau keluarga yg berantakkan karena kelalaian kita sbg orang tua di masa lalu, dll. Dalam penyesalan/ kekecewaan pada diri sendiri itu, kita bilang „Saya nggak bisa mengampuni diri saya sendiri", atau „Saya belum selesai dgn diri saya sendiri. Tinggalkan saja aku sendiri dulu", atau „Tuhan belum bisa pakai saya, kalau saya belum bisa berdamai dgn diri saya sendiri." Mungkin kita lalu menghukum diri kita sendiri, dgn cara: memukul2/ marah pada diri sendiri, belajar/ bekerja lebih keras, mengisolasi diri, memutuskan hubungan dgn orang2 yg kita sayangi/ yg mencintai kita.

Tuhan nggak pernah bilang bahwa dosa kita itu baik/ tidak apa2. Setiap dosa kita menyakiti hati-Nya. Tapi Alkitab berkata bahwa Tuhan mengampuni dan menebus dosa kita lewat Yesus (Ibrani 8:12, Kol 2:13). Maka kita juga diperintahkan untuk mengampuni sesama yg bersalah pada kita (Kolose 3:13). Tapi Alkitab tidak pernah mem-bahas tentang „mengampuni diri sendiri"! Mengapa?

Semua dosa itu duri di hati Tuhan, entah besar/ kecil, entah itu dosa orang lain pada kita yg bisa kita maafkan, atau yg tidak bisa kita maafkan. Jadi kesalahan/ dosa yg kita lakukan juga nggak lebih baik/buruk di mata Tuhan dibandingkan dgn kesalahan orang lain yg sudah kita maafkan. Tuhan ingin supaya kita datang pada Dia dgn kepercayaan atas janji-Nya dan kesetiaan-Nya yg telah mengampuni dan membersihkan hidup kita (Ibrani 10:22-23, 1 Yoh 1:9). Cuma kita sering sulit menerima hal ini, karena si pendakwa besar (Wahyu 12:10) menuduh kita terus dgn perasaan2 bersalah supaya hubungan Tuhan dgn kita anak2-Nya rusak terus. Tanpa disadari kita lalu merasa seakan2 penebusan Kristus itu belum cukup, kita meletakkan diri kita lebih tinggi dari Tuhan „Mungkin buat kamu yg nggak mengalami sendiri, gampang bicara. Tapi saya yg mengalami, harus menanggung rasa bersalah/ menyesal ini, dan nggak ada orang yg bisa menyelesaikannya, kalau bukan saya sendiri. Maaf, bukannya saya tidak menghargai pengorbanan Yesus di kayu salib. Saya percaya dan sangat bersyukur untuk itu, tapi kalau saya belum bisa memaafkan diriku sendiri, maka masalahnya pun belum beres."

Rasa bersalah itu tidak selalu jelek, bahkan rasa bersalah yg sehat dipakai Roh Kudus untuk membawa kita kembali pada Tuhan dgn pertobatan. Tapi kalau sesudah kita mengaku dan bertobat, rasa bersalah itu tetap ada, itu bukan dari Tuhan! Akibatnya, kamu bukannya hidup dengan kuasa Roh Kudus yang mengubah hidup dan membebaskann itu, melainkan terus dihantui/ dibebani kesalahan/ kegagalan/ penyesalan di masa lalu.

Yesus bilang bahwa kalau kita menemukan kebenaran, maka kebenaran itu akan membebaskan kita (Yohanes 8:32). Tapi kadang2 di tengah penyesalan/ kegagalan, kita sering menganggap ujian kita, pekerjaan/ tugas, masalah kita, dosa kita, kesempatan emas, perkawinan kita dll. itu lebih besar daripada Tuhan.

Semua ini mungkin bukan hal yang baru lagi bagi kamu, tapi begitu kamu sadar akan kuasa kebenaran ini dalam hidupmu, KEBENARAN INI AKAN MENGUBAH HIDUPMU! Pertimbangkanlah hal2 berikut ini:
  1. Terimalah hadiah penebusan Kristus, termasuk untuk dosa/ perasaan bersalah yg menghantuimu itu.
  2. Akuilah bahwa perasaan bersalah yg menghantui itu datangnya dari si pendakwa besar, bukan dari Tuhan
  3. Bawalah rasa bersalahmu pada Tuhan dalam doa. Dgn agak terperinci.
  4. Kalau kamu orang yg konkret tipenya: tulis beban itu di atas kertas, lalu bakar kertas itu. Kalau kamu orang yg visual, bayangkan kamu sedang mengangkat beban itu dan menyerahkannya pada Tuhan. Tujuannya: seba-gai tanda untuk satu saat khusus dalam hidupmu, dimana kamu meletakkan perasaan bersalahmu di tempat yg seharusnya, yaitu tangan Yesus yg kuat.
  5. Kalau pikiran bersalah itu datang lagi, mintalah bantuan Tuhan dan perangilah dalam doa.
  6. Ketahuilah bahwa pengetahuan akan kebenaran tidak langsung membuat perasaan2 bersalah itu langsung pergi. Kita juga perlu melatih diri kita untuk hidup dalam kebenaran. Ibrani 5:14.
Kamu yg telah dilahirkan kembali, terimalah apa yg sudah jadi milikmu. Jadilah saksi-Nya yang dibebaskan oleh kebenaran. Dan bagi mereka yg belum percaya, renungkan dan ujilah semuanya ini, apakah semuanya benar demikian, karena Tuhan memberi kebebasan bagi kamu untuk menyelidiki-Nya.


Kalau saudara punya pertanyaan/ masukan atau ingin didoakan mengenai hal ini atau butuh bantuan lain, silakan menghubungi JEMAAT INDONESIA MÜNCHEN, Tel. 089/ 311 10 11.
Kami ingin membantu saudara.

Winword Dokument