|
|
From: "Aurora Gold" <aurora_gold@asiamail.com> Imperialisme Arab di Indonesia Sudah Jelas Disadari atau tidak sudah semakin jelas bahwa kaum Arablah sebenarnya sekarang yang sedang menjajah Indonesia. Lihat, sebagian besar pemimpin alim ulama negeri ini adalah keturunan Arab. Gerombolan bolot yang ditangkap Polda Metro Jaya kemarin sore sebagi an besar bernama habib-habib. Para habib-habib ini disebut-sebut sebagai keturunan nabi Muhammad, dan gelar habib ini telah menjadi sebuah tiket untuk mendapat perlakuan khusus. Tidak tahu kenapa keturunan nabi harus dihormati walaupun perilakunya banyak yang tidak terpuji. Jenggot nabi saja ditiru konon pula keturunannya tidak disanjung tinggi. Syukurlah, pembawa agama-agama yang lain tidak mempunyai keturunan, sehingga arogansi karena mengklaim diri sebagai keturunan nabi tidak merajalela di bumi ini. Bayangkan, negara yang sudah dinyatakan merdeka lima puluh enam tahun ternyata masih dalam imperialisme ARAB, bukan BARAT. Selama ini issu-issu tentang neokolonialisme Barat ditiup-tiupkan dengan gencar, opini bangsa digiring untuk membenci Barat. Ternyat a ini semua pekerjaan musuh dalam selimut, selimut agama. Kemajuan teknologi dan perekonomian Barat dan perkembangan bisnis yang sedemikian pesat serta cara hidup ala Barat yang praktis sangat gampang ditiru. Hal ini telah diperhitungkan sebagai ancaman y ang mengerikan dalam pandangan imperialisme Arab ini, sehingga isu neokolonialisme Barat dan kristenisasi dihembuskan untuk keuntungan imperialisme Arab. Segala yang berbabu Barat dikelompokkan sebagai peradaban kaum kafir oleh karenanya menjadi sesuatu y ang haram. Orang tua termasuk guru-guru agama menjadi unjung tombak penyampaian keharaman yang berbau Barat ini. Sebagian besar orangtua di Indonesia memang relatif masih sangat muda-muda, baru punya jenggot sedikit laki-laki ! sudah boleh mengajak wanita bau kencur untuk menghadap penghulu. Tidak perduli apakah dia sudah matang atau belum untuk mendidik anak dan memberikan anaknya makan kelak. Mereka rata-rata tidak berpendidikan yang cukup sehingga tidak dapat berpikir rasiona l. Jadi begitu ada hasutan dari orang-orang yang mengaku ahli agama, mereka langsung tunduk sukarela, apalagi kalau disuplai uang pula. Perdebatan diharamkan, teristimewa perdebatan soal agama, tidak tersentuh. Melakukan sesuatu atas nama agama pokoknya h aram hukumnya, mereka seperti kerbau dicucuk hidup, tidak punya daya kritisi sama sekali. Melihat gampangnya sebagian besar anak bangsa ini dipengaruhi atas nama agama, adalah pengaruh indoktrinasi bahwa agama tidak boleh diperdebatkan. Para kaum Arab ini tidak mengajarkan agama itu sebagaimana seharusnya. Agama yang disampaikan tidak untuk m enjadi pencerahan otak bagi umat, tetapi cenderung menjadi pembodohan. Tujuan mereka memang adalah untuk menjajah, bukan untuk memanusiakan manusia dengan ajaran agama. Seandainya bangsa ini mendapat pendidikan agama dengan benar serta dari sumber yang benar, tidak akan mungkin ada yang bernama Front Pembela Islam, Gerakan Pemuda Islam, Hammas, Laskar Jihad, dan lain-lain gerombolan bolot yang lebih bangga menjadi anggot a kesatuan organisasi ekstrimis Islam Timur Tengah daripada sebagai Islam Indonesia. Tidak mungkin orang yang bernama habib-habib itu menjadi _alim ulama_ dan pemimpin gerombolan bolot di negeri ini. Sialnya, kesempatan untuk berpikir kritis terhadap agam a sudah dipunahkan sejak awal. Sehingga dengan gampang anak-anak bangsa yang kurang pendidikan dan hidup kekurangan ini digiring untuk menjadi ekstrimis dan tunduk sukarela menjadi budak para Arab untuk mewujudkan ambisi mereka untuk meng-Arab-kan Indonesia. Kemiskinan dan kebodohan ini telah dimanfaatkan, sebagian besar anak bangsa ini sudah lebih bangga mampu berbahasa Arab daripada mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Lebih bangga memakai daster putih di jalan-jalan daripada memakai pakaian tradi sional yang diwariskan nenek moyang bangsa Indonesia. Apakah kita sudah sangat terlambat untuk membuang semua peradaban Arab dari bumi Indonesia ini? Saya pikir tidak ada istilah terlambat untuk membuang kebolotan. Kta tidak boleh menjadi bangsa yang bolot. Saya melihat tidak satupun peradaban Arab yang memb erikan kontribusi terhadap pembangunan bangsa ini dalam bidang apapun. Yang diberikan mereka hanyalah pembodohan, pembolotan, membuat orang tinggal manut. Jika kita bandingkan dengan kehidupan orang Kristen Indonesia. Mereka boleh menjadi orang yang sangat taat beragama, tetapi hidup kesehariannya tetap menjadi orang Indonesia. Mereka tidak langsung mengubah cara hidupnya seperti bagaimana dulu Jesus hidup secara lahiriah. Padahal seharusnya, sosok Jesus yang gambarnya ada dimana-mana sangat mudah untuk ditiru, tetapi tidak satupun penganut agama Kristen meniru cara berpakaian Jesus, meniru jenggotnya atau keriting rambutnya. Yang mereka praktekkan adalah k asih sayang yang diajarkan Jesus, bukan tampilan Jesus secara lahir. Orang Bali Kristen tetap dengan budaya Balinya, demikian juga Batak, Toraja, Jawa dll. Mereka tetap tampil sebagai orang Indonesia, mereka beribadah dalam bahasa asalnya masing-masing, bahasa China, Batak, Sunda, Bali, Jawa, dll. Malah tidak ada gereja ya ng berbahasa Ibrani di Indonesia, sebagaimana dulu Jesus mempergunakan bahasa itu mengajar murid-muridnya. Kristen tetap menghargai budaya asal pemeluknya tanpa sama sekali menerapkan budaya Jesus (budaya Yahudi). Pemeluk Kristen dari suku apapun diterima sebagai pribadi yang merdeka, secara lahir mereka tetap sebagaimana asalnya, yang diubahkan adalah kehidupan spiritualnya, jiwanya. Sebelum bangsa ini benar-benar hilang, sebelum identitas kita sebagai bangsa Indonesia tergantikan oleh identitas Arab, mari kita berbenah. Mengikis segala bentuk penjajahan dalam setiap bentuknya di bumi Indonesia ini. Jangan lengah dengan penjajah yang bertopeng agama, bercerminlah kepada penganut agama-agama lain di Indonesia, mereka lebih hidup merdeka sebagai bangsa Indonesia walaupun mereka menganut salah satu agama yang semuanya adalah agama import. Jangan biarkan Arab-arab itu memimpin kerohanian anda, bangsa ini sudah mengenal Islam ratusan tahun, sudah seharusnya ada Islam yang berkepribadian Indonesia, bukan berkepribadian Arab. Indonesia dengan wilayah yang luas serta jumlah penduduk yang sedemikian besar memang adalah sasaran empuk untuk dijadikan sekutu. Bangsa Arab dan segala bangsa-bangsa di dunia sadar akan hal itu. Bangsa-bangsa besar di dunia ini melihat potensi yang dimi liki Indonesia. Dahulu Belanda datang dengan cara kasar menjajah Indonesia, demikian pula Jepang. Amerika belum dapat kesempatan, tetapi saya pikir Amerika tidak berniat untuk menjajah Indonesia, mereka lebih ingin menjadikan Indonesia sebagai partner. Nah, bangsa Arab, dengan sangat licik masuk menjajah Indonesia dengan memperalat agama Islam, dengan sifat religius yang dimiliki Indonesia, bangsa ini begitu saja mengamini semua apa yang dikatakan bangsa Arab sehingga banyaklah bangsa ini menjadi orang-orang tersesat. Mereka berpikir telah menganut agama Islam yang benar, tidak tahunya hanya menganut budaya Arab yang sarat dengan kekerasan, keberingasan. Musuh yang menikam dengan senyuman manis adalah lebih berbahaya daripada yang menikam dengan amarah. Hapuskanlah segala fatwa yang mengharamkan memperdebatkan kebenaran yang diseru-serukan oleh agama supaya anda benar-benar mendapatkan kebenaran yang sesungguhnya. Seharusnya semakin manusia mengenal Tuhan (lewat agama yang dianutnya) maka sifat-sifat Tuhanpun akan menjadi denyut hidupnya. Menyeru-nyeru kebesaran Tuhan dengan pedang terhunus dan amarah yang membara di dada adalah penghinaan kepada Tuhan itu sendiri. Terpulang pada anda, apakah anda merasa dijajah kaum Arab atau tidak. Perlu dipikrikan, ke napa membiarkan habib-habib memimpin anda, padahal kita punya Pak Nasution, Siregar, Tengku Hasan Daud, Bagindo Rajo, Tuanku Soleh, Suparno, kang Jali, dll. Bangunlah agama Islam yang berkepribadian Indonesia - anti kekerasan, anti keras kepala, anti benar sendiri, anti brutalisme, anti daster putih - karena kita punya budaya sendiri, budaya Indonesia. Kepada aparat Kepolisian RI, jangan ragu-ragu mengamankan para gerombolan bolot itu, demi kedamaian di bumi Indonesia tercinta. Mereka telah menjadi momok yang menakutkan dan telah mencoreng wajah bangsa ini dalam pandangan dunia internasional. Salam damai as always,
|