|
|
REPORT POSO OKTOBER 2001UPAYA REKONSILIASI : Semenjak pertemuan tanggal 01 Agustus 2001 di desa Tomata, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali dan tanggal 02 Agustus 2001 di Taripa, Kecamatan Pamona Timur, Kabupaten Poso yang dihadiri oleh semua komponen masyarakat bersama-sama pemerintah dan aparat penegak hukum yang di beri judul "PAYUNG PERDAMAIAN". Dari sekian butir kesepaktan yang paling utama adalah penyelesaian masalah Korontowu ( kawasan hutan di Kecamatan Mori Atas), yang di pakai jihad sebagai basis dan markasnya untuk melakukan latihan militer dan operasi penyerangan ke desa-desa kristen sekitarnya yang oleh aparat keamanan di juluki gerombolan bersenjata. Pada tanggal 01 Oktober 2001 bertepatan dengan hari "KESAKTIAN PANCASILA" sekitar pk. 01.30 dinihari dengan menggunakan senjata api organik dan rakitan serta Bom jihad dari Korontowu kembali melakukan penyerangan ke desa kristen Tomata. Jihad membom sebanyak 3 kali sebuah gedung Gereja sehingga hancur termasuk satu rumah Konsistori, jihad juga membom dan membakar habis satu bangunan sekolah bersama perumahan guru, 66 rumah penduduk dan 11 unit sepeda motor. Jihad menembak mati satu orang warga atas nama DARMA MONINA (21), tewas di tempat akibat di tembak pada bagian kepala dan dada. Dua warga lain mengalami luka tembak ; ESTHER PAHOLAGU (30) kena tembak pada bagian tangan sebelah kanan, YULIUS WILELIKU (40) kena tembak pada bagian kaki kanan. PENYERANGAN -PENYERANGAN TERHADAP BUS PENUMPANG : Pada hari Jumat, 12 Oktober 2001, bus penumpang "PO OMEGA" jurusan Tentena Palu di hadang dan di lempari bom oleh jihad di daerah dusun Maranda desa Kilo Kecamatan Poso Pesisir. Akibatnya beberapa penumpang mengalami luka-luka dan mobil mengalami kerusakan. Peristiwa ini adalah yang kedua kalinya di alami PO OMEGA. Sementara itu sampai dengan saat ini jihad terus melakukan berbagai aksi penyerangan dan teror ke beberapa daerah kristen lainnya. Di tetangga desa Peleru yaitu : desa Era dan Mayumba di Kecamatan Mori Atas Kabupaten Morowali, jihad selalu meneror dengan cara melepaskan tembakan kearah desa-desa tersebut dengan maksud menakut-nakuti warga kristen. BUS ANTARIKSA DITEMBAK JIHAD, 1 TEWAS 7 LUKA. Palu, Minggu, 14 Oktober 2001. Bus penumpang, Antariksa DN 7725 A yang di kemudikan Son pada hari Minggu, 14/10 sekitar pk. 15.00 WITENG. dihadang dan di tembaki jihad di pendakian antara daerah Maleali-Sausu Kabupaten Donggala dalam perjalanannya ke Palu dari Tentena Kabupaten poso, Sulawesi Tengah. Daerah ini adalah daerah perkebunan dan hutan sehingga tidak ada pemukiman penduduk. Puluhan jihad membawa senjata api organik otomatis bersembunyi di kebun cokelat sebelah kanan jalan. Ketika bus yang berpenumpang 31 orang tersebut sedang mendaki melewati kebun coklat tiba-tiba di hadang jihad sambil melepaskan tembakan beruntun dengan senapan otomatisnya. Penumpang bus panik sambil merunduk dan histeris, ban mobil langsung kempes kena tembakan demikian juga seluruh kaca mobil hancur berantakan dan badan mobil berlubang-lubang kena tembakan. Jihad juga melempari bom namun jatuh sekitar 4 meter dari badan bus. Akibat tembakan tersebut jatuh korban satu orang tewas dan 8 orang luka-luka. Mereka antara lain:
Sementara tiga orang lainnya yang terluka tidak sempat teridentifikasi namanya namun mereka sempat berobat di RSU Parigi, 100 Km. dari Palu. Sejak berangkat dari Tentena pada pk. 10.00 WITENG. Bus tersebut di kawal oleh dua orang anggota Brimob namun pengawalan hanya sampai di desa Tambarana Kecamatan Poso Pesisir, yang berbatasan dengan Kabupaten Donggala karena aparat merasa situasi selanjutnya sudah aman karena sudah berada di luar wilayah Poso. Jihad telah mempelajari situasi ini dan memanfaatkannya dengan merasa aman karena tidak ada pengawalan dan mereka mempunyai senjata api organik sedangkan penumpang bus tidak memiliki senjata api. Di duga jihad melakukan pemantauan dan koordinasi melalui radio HT pada saat penumpang bus istirahat dan makan siang di Tambarana. Saat melepaskan tembakan jihad sangat mengincar sopir bus dengan harapan dapat segera menghentikan bus tersebut dan membunuh semua penumpangnya dengan mudah. Begitu di tembaki sopir langsung menghentikan mobilnya dan melompat ke pintu sebelah kiri namun telinganya sempat terserempet peluru sedangkan seorang wanita, NONA (22) yang duduk persis di samping kiri sopir tewas seketika di hujani peluru jihad. Begitu melihat sang sopir menghentikan mobil dan melompat menyelamatkan diri, Omus Muncai, Majelis GKST Imanuel Palu yang ikut menumpang bus tersebut segera mengambil alih kemudi dan membawanya sampai di tempat yang agak datar dan berlindung di balik dinding pegunungan karena bus sudah tidak bisa di jalankan lagi karena ban mobil kempes di tembaki jihad. Pada saat yang bersamaan lewat satu orang anggota TNI AD yang segera memberikan perlawanan dan perlindungan terhadap bus tersebut sehingga penumpangnya dapat di selamatkan sedangkan jihad melarikan diri ke hutan.
BARAK PENGUNGSI KRISTEN DI SERANG JIHAD Palu, 16 Oktober 2001. Puluhan jihad dengan di lengkapi senjata api otomatis menyerang barak pengungsi yang di huni sekitar 30 KK. /200 jiwa warga kristen di desa Madale ± 40 Km. dari kota Poso arah desa Lawanga pada hari Rabu, 16 Oktober 2001 sekitar pk. 03.15 WITENG. Jihad menyerang dari arah pohon-pohon kelapa yang berada di sekitar barak tersebut walaupun ada pos penjagaan TNI. Di desa ini terdapat 3 barak pengungsi dimana barak pengungsi kristen hanya satu dan diapit oleh barak pengungsi muslim. Pola penyerangan jihad adalah membakar ujung barak tersebut sehingga orang-orang keluar untuk mengetahui kebakaran tersebut, namun pada saat yang bersamaan mereka disambut dengan hujan tembakan sehingga mengakibatkan jatuhnya korban tewas dan luka-luka. Akibat penyerangan itu jatuh korban 1 orang tewas di tempat, satu orang luka berat.
Sebelum meninggal, Yambi sempat di bawa ke Puskesmas Tagolu namun nyawanya tidak tertolong. Sedangkan Lukas Salimpa dipindahkan ke RSU Tentena dari Puskesmas Tagolu karena lukanya sangat parah. Pihak Kapolres Poso via Kapolsek Tentena menghubungi Crisis Center agar mengevakuasi warga kristen tersebut. Tetapi tim evakuasi kembali dengan mobil kosong karena pihak keamanan setempat mencegah upaya evakuasi dan berjanji memberikan jaminan keamanan. Sementara pihak Crisis Center sangat menyesali sikap aparat keamanan yang memberikan jaminan keamanan namun tidak becus di lapangan. Mereka sudah korban, harta bendanya di jarah dan di bakar apakah harus mengorbankan nyawanya dengan jaminan keamanan yang tidak serius ?????????????????????? PEMBAKARAN BUS PENUMPANG TERUS BERLANJUT Penghadangan dan pembakaran bus-bus penumpang serta membunuh penumpangnya masih berlanjut di Poso. Berbagai peristiwa penghadangan bus dan penyerangan-penyerangan terhadap desa-desa kristen maupun perorangan membuat masyarakat kristen sangat gusar dan kecewa terhadap pemerintah khususnya aparat keamanan yang tidak mengambil tindakan tegas terhadap jihad yang jelas di ketahui keberadaannya dan penyerangan yang mereka lakukan. Apalagi mereka bukanlah penduduk poso melainkan pendatang yang semakin memperkeruh situasi di Poso. Rabu 17 Oktober 2001 kelompok warga kristen melampiaskan kegusarannya dengan mencegat bus penumpang jurusan Kolonedale-Palu di desa Kamba Kecamatan Pamona Timur. Seluruh penumpangnya di suruh keluar lalu bus tersebut di bakar. Kamis, 18 Oktober 2001 di mulai pagi hari massa muslim melakukan razia KTP di Poso. Mereka mencegat setiap mobil yang lewat dan memeriksa KTP setiap penumpangnya. Pada sekitar pk. 15.00 WITENG. Sebuah mobil jurusan Palu-Luwuk " PO Primadona di cegat dan di temukan seorang pria yang beragama kristen, langsung saja jihad membantai dan menembak perutnya sehingga tewas. Korban dilarikan ke RSU Poso dan dimakamkan di Kelurahan Kawua Kecamatan Poso Kota. Dua bus jurusan Palu-Toraja yaitu PO Buntu Ria dan Batutumonga dilempari massa muslim di dekat masjid Kelurahan Kayamanya yang juga dekat dengan Pos penjagaan keamanan dari satuan Brimob. Kaca- kaca bus hancur demikian juga dengan badan mobil rusak berat namun mobil berhasil melanjutkan perjalanannya sampai ke tujuan di Toraja Sulawesi Selatan. Selain itu sebuah mobil kijang juga di cegat massa muslim namun penumpangnya berhasil di selamatkan aparat keamanan. Sementara di Tabalu Kecamatan Poso Pesisir, jihad mencegat sebuah HardTop yang di tumpangi warga kristen, mobil di bakar dan penumpangnya tidak diketahui nasibnya. Jihad masih terus melakukan sweeping di Kota Poso dan sekitarnya sehingga hubungan darat dari Tentena ke Palu lewat Poso Kota untuk sementara tertutup bagi warga kristen. JIHAD DARI AMBON DITANGKAP Pada hari Jumat, 19 Oktober 2001 aparat keamanan berhasil menangkap 15 anggota jihad dari Ambon yang dipimpin oleh SERTU POL. ABDUL RAIS dari POLDA AMBON dengan dua senjata api dan bom ketika mereka sedang mengisi air ke Kapal Motor Ikan di perairan Balanta, Banggai Sulawesi Tengah dalam perjalananya pulang ke Ambon setelah menurunkan 30 jihad dengan ribuan amunisi dan persenjataan di Poso. DESA BETALEMBA DISERANG JIHAD Ratusan jihad bersenjata api otomatis kembali melakukan serangan ke daerah kristen di desa Betalemba Kecamatan Poso Pesisir pada hari Sabtu, 20 Oktober 2001 mulai pk. 21.00-Minggu, 20/10 pk. 07.00 WITENG. Warga kristen melakukan pertahanan apa adanya. Aparat TNI dan Brimob yang berjaga di desa tersebut ikut menjadi korban tembakan jihad sehingga jatuh korban dua orang meninggal dunia. Maka sejak itulah aparat menjadi sangat marah sehingga mereka berjibaku habis-habisan melawan jihad Aparat TNI dan BRIMOB yang berjaga melakukan perlawanan karena jiwanya ikut terancam. Selama ini penyerangan terhadap warga kristen hanya di biarkan saja dan kalupun ditangani tidak pernah serius dan tuntas, bahkan pihak keamanan terutama POLRI selalu mengatakan situasi aman terkendali dan kondusif walaupun jihad berulang-ulang melakukan penyerangan. Pihak keamanan hanya mengatakan itu gangguan gerombolan bersenjata. Namun setelah jatuh korban dipihak aparat dan beragama islam barulah mereka serius mengambil tindakan tegas. Sebelumnya sudah jatuh korban beberapa petugas keamanan namun karena mereka beragama kristen maka pihak keamanan hanya mengatakan itu adalah hal biasa dalam bertugas. Tidak pernah ada pengusutan yang serius dan tuntas. Seperti peristiwa peracunan anggota Brimob (kristen) Polda Sulteng atas nama Briptu Darius Paparang (26) yang bertugas di daerah muslim desa Tongko Kec. Lage tewas setelah minum kopi yang telah diberi racun. Mulut korban mengeluarkan busa dan badannya menjadi biru, walaupun demikian kadispen Polda Sulteng AKBP Drs. Agus Sugianto mengatakan kematian tersebut adalah hal yang wajar. Dalam penyerangan jihad baru-baru inilah terjadi pertempuran sengit semalam suntuk dengan melibatkan berbagai jenis senjata otomatis yang di pakai jihad. Aparat keamanan yang hanya beberapa orang dikepung ratusan jihad bersenjata api mampu menahan serangan jihad bahkan memukul mundur sampai ke desa Tabalu, Kasiguncu-Poso Pesisir. Namun jihad kembali mencoba menyerang desa kristen lainnya di Tangkura tetapi aparat yang berjaga melakukan penghadangan sehingga kembali terjadi tembak menembak hingga Minggu pagi sampai akhirnya jihad mundur, sedangkan warga kristen sama sekali tidak terlibat bentrokan kecuali hanya berjaga-jaga di belakang aparat keamanan. Namun demikian jihad berhasil membakar sekitar 30 rumah warga kristen dan menembak mati dua orang aparat keamanan yaitu : Bripda Pol. (BRIMOB) Ardiansyah dan satu anggota TNI AD yang belum teridentifikasi nama dan kesatuannya. Bripda Ardiansyah di naikkan pangkatnya menjadi Briptu. Dan sudah di kebumikan pada Minggu malam di pekuburan umum Wani, Kabupaten Donggala setelah sebelumnya dilakukan upacara pemakaman secara militer di markas Brimob Mamboro-Palu yang di pimpimpin oleh Kapolda Sulteng Brigjen Zainal Abidin Ishak. Sedangkan di pihak jihad 30 orang tewas dan 38 orang berhasil ditangkap dan ditahan. Kebanyakan yang tewas dan berhasil ditangkap (kini ditahan di POLDA PALU) berpostur tubuh besar, berjenggot panjang dan tidak bisa berbahasa Indonesia, jika melihat ciri-ciri mereka, mereka adalah orang Afghanistan jaringan AL QAEDAH pimpinan Osamah bin Laden/Taliban yang beroperasi di Indonesia. Mereka datang dari Ambon. (Semua anak buah Osamah bin Laden dan Taliban diharuskan memelihara jenggot). Akibat penahanan yang dilakukan aparat keamanan di POLRES Poso masa jihad lainnya melakukan demo ke Polres Poso pada Minggu siang 21 Oktober 2001 sampai sore untuk menuntut pembebasan 38 jihad yang di tangkap. Massa jihad meledakkan bom di halaman Polres Poso kelurahan Gebangrejo yang suara dan getarannya terasa sampai di kelurahan Kawua Poso yang jaraknya sekitar 3 Km. Karena situasi tidak mengijinkan maka ke 38 tahanan itu di bawa dan di tahan di POLDA Palu. Sumber-sumber informasi lainnya mengatakan bahwa yang di tahan ada 30 Orang , yang lain mengatakan 36 orang di tahan, dimana 6 orang sudah dinyatakan sebagai tersangka sedangkan yang 30 masih dalam pemeriksaan intensif sedangkan sumber lain yang dekat dengan pihak penyidik mengatakan bahwa yang di tangkap ada 38 orang namun yang 8 orang tidak diumumkan (disembunyikan) karena alasan-alasan tertentu, mungkin mereka adalah para komandan lapangan yang mempunyai jalur khusus dengan petinggi negara. 21 Oktober 2001 sekitar pk. 10.00 WITENG seorang warga kristen bernama AMBROSIUS REAKALE asal desa Tambaro Kecamatan Lage yang tinggal di desa Watuawu karena istrinya berasal dari desa tersebut. telah di tembak mati jihad dari belakang ketika sedang di bonceng oleh seorang anggota TNI yang bernama YONO yang sehari-harinya bertugas di pos penjagaan desa Watuawu. Saat itu mereka baru saja kembali dari mencari ikan di Kecamatan Tojo dan melintasi desa muslim Toyado, tiba-tiba mereka di tembak jihad dari belakang sehingga peluru tembus ke depan mengenai anggota TNI yang sedang membonceng tersebut. Keduanya meninggal dan jenasahnya di evakuasi ke puskesmas Tagolu oleh aparat TNI yang bertugas di Desa Tagolu. Sementara pada hari yang sama jihad juga membunuh satu warga kristen pantekosta peranakan china, atas nama ONI PAKAIYA (50) dari desa muslim Ampana yang akan mengambil hasil kebunnya (cengkeh, kelapa dan Kakao) di desa muslim Toyado Kecamatan Poso pesisir, korban tewas penuh luka bacokan karena dibantai jihad, terdapat luka menganga pada bagian mata kanan korban. Saat itu korban mengendarai mobil kijang warna merah melintasi desa muslim Toyado bersama dua orang lainnya, Vanya (perempuan) dan Mokodongan, seorang anggota TNI dari Kipan 711 Kawua. Mobil di cegat kemudian korban di seret lalu dibantai sedangkan dua orang lainnya dibiarkan pergi karena beragama islam. Pada hari itu juga sebuah bus "Super Motor" dari Luwuk tujuan Palu dihadang sekitar 50 orang jihad di desa muslim Labuhan Kecamatan Lage mobil di hentikan, mereka mencari penumpang warga kristen dan mereka menemukan satu ibu dan anak laki-lakinya berumur 8 tahun. mereka menarik keluar dengan sangat kasar anak berumur 8 tahun tersebut dari pangkuan ibunya dan menyeretnya diaspal karena anak itu menangis ketakutan dan menjerit memanggil-manggil ibunya, jihad terus menyeretnya dan membawa lari anak itu ke dalam hutan sementara ibunya juga menangis histeris hingga shock. Sampai sekarang belum diketahui nasib anak itu. Received via email from: JK @ Masariku@yahoogroups.com |