From: "Joshua Latupatti" joshualatupatti@hotmail.com
Date: Mon, 12 Nov 2001 13:29:24 +0000
KEJAHATAN NEGARA ATAS MALUKU (1)
download artikel in print friendly version Tanggapan-tanggapan Joshua Lainnya
Salam Sejahtera!
Saudara-saudara sebangsa,
Bom kembali meledak di dalam Gereja, dan kali ini Gereja Petra, Jakarta Utara,
dimana "orang asal Maluku" sedang beribadah di dalam rangkaian kegiatan "Maluku
Berdoa"! Entah sudah berapa Gereja yang dibom sampai dengan saat ini, saya tidak
menghitungnya! Yang saya tahu persis adalah bahwa "tidak satupun dari kasus
pengemboman Gereja tersebut yang diselesaikan dengan tuntas"! Hal ini tidak
memberikan gambaran lain kepada saya, selain dari gambaran tentang KEJAHATAN
NEGARA, yang kali ini, berada di dalam RANGKAIAN KEJAHATAN NEGARA ATAS
MALUKU! Karena Negara ini JAHAT, maka dapatlah dimengerti bahwa segala bentuk
KEJAHATAN akan terpelihara dan berkembang di dalam negara ini!
Perlu saya jelaskan bahwa KEJAHATAN NEGARA yang saya maksudkan, tidak
terkait dengan "seluruh rakyat Indonesia", tapi "Kejahatan yang terkait erat dengan
PEMERINTAH, sementara sebagian rakyat hanyalah alat atau tunggangan mereka!
Anda cukup melihat Ketua MPR dan Ketua DPR, Wakil Presiden, berapa Menteri,
seperti Menkopolsoskam dan Kepala Intelijen, serta Pejabat Militer/Polri dan politisi
seperti AM. Fatwa, dll, maka anda akan paham tentang apa yang saya maksudkan
dengan "kejahatan Negara"!
SOURCE: KOMPAS; DATE: 2001-11-10
Bom di Gereja Petra Meledak Saat Berlangsung Kebaktian "Kami adakan acara itu
secara rutin, karena selama ini sudah berusaha menyampaikan aspirasi kepada
pemerintah, tapi sampai sekarang belum juga selesai. Maka kami mempunyai inisiatif
membuat doa keselamatan untuk keselamatan masyarakat di Maluku," ungkap Chris
Patikawa. Menurutnya, seharusnya acara itu berlangsung pukul 18.00 Wib, tetapi
karena adanya kemacetan lalu-lintas, akhirnya baru bisa dimulai pada pukul 19.00
Wib dengan dipimpin oleh Pendeta Noya.
JOSHUA:
Apapun alasan yang dikemukakan, "membom sebuah Gereja ketika ibadah sedang
berlangsung" adalah tindakan BIADAB! Padahal, para pelaku tindakan biadab inilah
yang paling sering ribut untuk menuntut keadilan, jika "bom AS mengenai rumah
penduduk, rumah sakit dan Mesjid", padahal Taliban sengaja memarkir kendaraan
tempur mereka di sana, agar paling tidak, serpihan-serpihan bom bisa menggores
banguna-bangunan tersebut! Warga Maluku, terutama yang Kristen sepertinya harus
pasrah dibiadabi! Jika melawan dituduh "separatis", tetapi jika tidak melawan dan
berdoa, warga Maluku yang Kristen lalu "dibom"!
SOURCE: KOMPAS; DATE: 2001-11-10
Dalam acara kebaktian itu, peserta yang hadir di gereja sedang mendengarkan
kesaksian pendeta Diana Akiwen yang tengah menceritakan bagaimana pengalaman
hidupnya ketika Tuhan menyelamatkan umat di kampung Wae Ambon setelah lima
hari lima malam. "Setelah itu kami baru saja mau mendengarkan khotbah dari
Pendeta Noya. Tetapi tiba-tiba kami mendengar kaca pecah. Kalau tidak salah itu
sekitar pukul 20.20 Wib," ungkap Chris.
JOSHUA:
Pendeta "Diana Akywen", adalah "Pendeta Jemaat di Desa Adat Kristen-Waai", yang
memimpin pengungsian Jemaat Waai, melalui gunung berhutan lebat, menuju desa
Adat Kristen, Passo! Di dalam pengungsian itulah, mereka mengalami "mijizat
tuntunan langsung dari Tuhan Yesus Kristus", dan kejadian ajaib itulah yg. akan
disaksikan beliau di dalam Kebaktian "Maluku Berdoa" saat itu!
Jika Negara ini adalah "Negara yang BAIK", maka peristiwa "pengboman Ibadah
Maluku Berdoa di Gereja Petra" tersebut, sudah memberikan "gambaran jelas tentang
siapa sebenarnya perusuh Maluku"! Tetapi karena "Negara ini JAHAT", dan
sebenarnya adalah "pemrakarsa kerusuhan Maluku", maka Negara ini tetap
"memelihara kejahatan", sambil berlindung dibalik "tuduhan separatis", yang "tidak
mampu dibuktikannya sendiri"! Negara yg. JAHAT ini tetap menganggap "laskar
biadab" itu sebagai "yang diridhoi Allah", padahal "mereka tidak pernah sekalipun
mengalami keajaiban mujizat, seperti yang dialami oleh Pdt. Diana A. dan Jemaatnya
yang mengungsi! Apakah karena "miskin mujizat", maka Gereja Petra harus dibom,
agar "mujizat Waai" tidak tersebar ke luar?
Anda akan mengerti nanti, mengapa saya menyebut Desa Waai, dengan sebutan
lengkap, "Desa Adat Kristen Waai"!
SOURCE: TEMPO; DATE: 2001-11-10
Tersangka Peledakan Gereja Petra dari Mujahidin Kompa Kapolda sangat yakin
konflik Maluku menjadi latar belakang pelemparan bom rakitan itu. Ini meniliki jemaat
GPIB Petra yang ketika itu tengah menggelar kebakitan bertema ‘Maluku Bedoa’
tersebut. "Ini bisa bisa dilihat kenapa mereka tidak menyasar gereja lain, tapi Gereja
Petra yang doa-doanya bertema Maluku, dipimpin pendeta asal Maluku," ujar
Kapolda. Kendati demikian Sofjan tak mau terburu-buru menilai peledakan tersebut
berlatar belakang politik. "Polisi masih mengusut terus. Kita tidak bisa mengatakan
demikian," ujarnya.
JOSHUA:
Hanya baru kali ini saja, peledakan Gereja di luar Maluku, berhubungan langsung
dengan masalah Maluku", tetapi "pengeboman Gereja St. Anna dan Atrium Plaza",
adalah tindakan biadab dari "laskar mujahiblis", yang lari dari Maluku, karena
ketakutan yg. amat-sangat terhadap YonGab! Jika Kapolda Metro Jaya memang
bersih dari KEJAHATAN Negara, atau lebih baik jika saya katakan, "berani
menentang KEJAHATAN Negara, maka dia seharurnya sudah melihat "latar belakang
politik" di balik tindakan biadab tersebut, sebab "Kerusuhan Maluku adalah
Kerusuhan Rekayasa Politik yang berbaju agama"!
SOURCE: MEDIA INDONESIA; DATE: 2001-11-11
Pelaku Peledakan Mengaku Anggota Laskar Mujahidin "Saya menjadi anggota
Laskar Mujahidin di Ambon sejak awal 2001 dan pulang ke Jawa pada Agustus
2001," kata Ujang Haris, 17, salah seorang tersangka, kepada beberapa wartawan
termasuk Media, di Mapolres Jakarta Utara, kemarin. Kepada polisi, Ujang dan
Wahyu memberikan kesaksian yang berbeda. Saat diperiksa malam hari, Wahyu
mengaku dia dan Ujang pernah menjadi anggota Mujahidin Kompak. Namun, saat
diperiksa siang harinya dia mengaku anggota Laskar Mujahidin pimpinan Abu Dzar di
Ambon. Sedangkan Ujang, kepada wartawan mengatakan dirinya pernah menjadi
anggota Laskar Mujahidin pimpinan Abu Dzar dan tidak tahu-menahu soal Mujahidin
Kompak. Ujang juga mengaku Abu Dzar telah meninggal dalam sebuah konflik di
Maluku beberapa waktu lalu. Pimpinan Laskar Mujahidin, lanjutnya, diambil alih oleh
Aryanto Haris.
JOSHUA:
Beginilah yang akan kita perolah, ketika berbicara dengan "anak-anak iblis"!
Kejahatan mereka mencapai langit, tetapi dusta dan kemunafikan mereka malah lebih
tinggi menembusi langit! Jika kebetulan diperiksa oleh Polisi yang membela
kejahatan, maka si "mujahiblis" ini akan terus dibiarkan berputar-putar, tanpa adanya
usaha Polisi untuk mencari kebenaran, lalu "kasusnya kemudian raib, tak berbekas"!
Namanya juga "mujahiblis", mana ada "iblis yang berkelakuan baik"? Sayangnya,
"mujahiblis" pelaku teror dan pembuat keonaran ini, tetap dibiarkan bebas merajalela,
sebab keberadan mereka adalah "halal, sebagai wakil agama"!? Entah "mujahiblis
kompak" atau "mujahiblis tak-kompak", yang namanya "mujahiblis" di dalam Negara
JAHAT ini, semua sama, "anak-anak iblis"!
SOURCE: MEDIA INDONESIA; DATE: 2001-11-11
Pelaku Peledakan Mengaku Anggota Laskar Mujahidin Kapolda Metro Jaya Irjen
Polisi Sofjan Jacoeb, membenarkan pihaknya mendapatkan pengakuan dari
tersangka bahwa mereka adalah anggota Laskar Mujahidin Ambon. "Mereka ingin
membunuh pendeta Diane Akyuwen, karena yang bersangkutan pernah bertugas di
Maluku dan sempat memberi dorongan kepada sebagian masyarakat di sana
sebelum ke Jakarta," kata Kapolda.
JOSHUA:
Saya tidak tahu apakah "Media Indonesia" menyalin ucapan Sofjan Jacoeb dengan
benar, tetapi sebagian pernyataan yang akan saya bicarakan ini, "terdengar seperti
semacam alasan untuk membenarkan tindakan biadab, peledakan bom di Gereja
Petra tersebut"! Coba simak kalimat kedua dari pernyataan di atas, khususnya pada
ungkapan "sempat memberi dorongan kepada sebagian masyarakat di sana"!
Dorongan dalam hal apa, atau dorongan untuk melakukan apa? Pendeta Diana
Akywen bukan pemimpin Jemaat Kristen, "sekelas ustadz dan habib model si
Yaman, Jaffar Umar Thalib dan si Arab, Risieq Shihab", yang "mengisi dakwah
dengan firman iblis untuk membenci dan membunuh sesama manusia, karena yang
tidak seiman dengan mereka, bukan manusia", kata Allah mereka! Pendeta Diana
Akywen tidak berkeliaran menipu umat dengan mengaku "dilindungi Allah",
sementara dia tak pernah bertempur di hgaris depan, dan selalu dikelilingi oleh
pengawal bersenjata"! Pendeta Diana Akywen tidak menipu umat atas nama Allah,
dengan "mengaku barang jarahan dan rampokan sebagai berkat Allah"!
Yang dilakukan Pendeta Diana Akywen adalah "membagi pengalaman rohaninya
kepada sesama umat Kristen, tentang "mujizat" yang dialaminya bersama dengan
Jemaat Kristen Waai, (sebagai saksi)! Yang ingin didorong oleh Pendeta Diana
Akywen adalah "semangat penyerahan di dalam doa dan pergumulan, yang diterangi
oleh pengharapan dan iman kepada Tuhan Yesus Kristus"! Mengapa Pendeta Diana
Akywen, penganjur kedamaian di dalam iman pada Tuhan dan notabene adalah
seorang "perempuan", harus dibunuh, sedangkan si "Dustadz Jarah yang menyebar
kebencian dan maut", DIHALALKAN dan DILINDUNGI oleh Negara, jika Negara ini
bukan Negara yang penuh dengan KEJAHATAN?
Di samping semua alasan "jahat" yang macam-macam, saya melihat adanya "dua
hal lain" yang mungkin sekali menjadi penyebab timbulnya usaha pembunuhan
terhadap Pendeta Diana Akywen! Pertama adalah "Ketakutan yang berar pada
Mujizat"! Jika anda bisa menyaksikan apa yang saya saksikan, berulah anda akan
benar-benar memahami istilah "takut mujizat" ini! Berbagai "mujizat" yang terjadi
selama kerusuhan, tidak saja telah "mengubah begitu banyak orang, terutama aparat,
tapi juga berakibat berbaliknya sebagian anggota "laskar jahad"! Jika tidak percaya,
itu urusan anda! Yang kedua adalah "ketakutan pada kebenaran Desa Waai"! Hal ini
akan saya ulas kemudian, tetapi anda bisa menggunakan logika untuk menanyai diri
sendiri, "Jika warga Kristen Waai adalah perusuh, mengapa "mujizat" terjadi atas me
reka, dan jika "laskar jahad" dan "mujahiblis" adalah pejuang integrasi yang memiliki
kebenaran dijalan Allah, mengapa mereka ingin "membunuh mujizat" yang tidak
diperoleh mereka?
SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-11
Polisi Tuding Mujahiddin Kompak, Pelempar Bom Gereja Petra JAKARTA--Kendati
hingga Sabtu pagi (10/11) kedua tersangka Ujang Aris dan Wahyu Handoko
bungkam, Polda Metro Jaya menuding, pelaku pelemparan bom Gereja Petra Jl
Ciampea 44 Tanjung Priok Jakarta Utara adalah kelompok Mujahidin Kompak.
JOSHUA:
Kita tinggalkan masalah "Desa Adat Kristen Waai" sejenak, dan mari kita lihat,
bagaimana "media iblis" mencoba "menutupi kebidaban di dalam sarung idiot"
mereka! "media iblis" mengatakan bahwa Polda Metro Jaya "menuding" Mujahidin
Kompak sebagai pelaku kebiadaban tersebut! Mari perhatikan terus!
SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-11
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Sofjan Jacoeb mengaku kalau tudingan itu berasal dari
pengakuan kedua tersangka saat diperiksa Polres Jakarta Utara. Dalam
keterangannya, mereka disuruh mengacaukan gereja-gereja di Jakarta. Terutama
yang ada hubungannya atau bernuansa Maluku. "Memang kelompok itu sering
membuat onar Jakarta dengan cara menyeret masalah Maluku ke Ibukota. Dengan
harapan supaya masyarakat Jakarta juga memusuhi Maluku," jelas kapolda, Sabtu.
JOSHUA:
Apakah ada "orang waras" yang "menuding seseorang berdasarkan pengakuan orang
tersebut"? Apapun jenis "mujahiblis" yang sebenarnya, mereka tetap perusuh dan
pengacau, jadi tidak perlu ada tindakan "tuding-menuding" ke mereka! Jika "media
iblis" ini jujur (misalkan saja), seharusnya mereka bertanya, "Mengapa gerombolan
iblis beriman ini tidak ditumpas oleh Negara?" "Kenapa gerombolan iblis beriman
seperti ini, bisa bebas membom dan meledakkan Gereja dari Maluku sampai Jakarta,
sementara warga Kristen Maluku tetap difitnah sebagai "perusuh Maluku"? Tapi,
dasarnya juga sebuah "media iblis", mana mungkin andaian saya bisa terjadi? Atau,
dapatkah Pak Sofyan Jacoeb mewakili Negara yang JAHAT ini untuk menjawab dua
pertanyaan di atas?
SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-11
Menurut Anton (Kadispen Polda Metro Jaya Kombes Pol Anton Bachrul Alam),
kelompok Mujahiddin Kompak sengaja mencari Pendeta Maluku Alex Manuti yang
memang pada waktu itu sedang berceramah di gereja itu. Rencana pengeboman
dirancang di Cimahi Bandung.
JOSHUA:
Entah "Kombes Pol Anton Bachrul Alam" ini yang "bahlul" atau si "media iblis" yang
bermain ular, mulut mereka yang tidak pernah bisa dibersihkan "liur fitnah tentang
separatisme", akhirnya memanipulasi nama "Alex Manuputty", yang Ketua FKM,
sebagai "Pendeta Maluku" yang bernama "Alex Manuti"!
Melihat nama "Kombes Pol Anton Bachrul Alam", saya teringat pada pernyataan
dusta dan idiot yang dia buat melalui media TV! Dia mengatakan bahwa: "bom biadab
itu ditujukan kepada Pendeta Noya, yang asal Waai"! Padahal, marga "Noya" atau
"Noija" itu berasal dari Desa Kristen Hulaliu di Pulau Haruku! Selain dari itu, Pendeta
Noya-pun bukan Pendeta yang pernah bertugas di Jemaat Kristen Waai!
Kombes Pol Anton Bachrul Alam, kemudian melanjutkan: "Waai adalah daerah
startegis yang diperebutkan kedua pihak di Maluku/ Ambon"! Inilah sebabnya,
mengapa saya menuliskan "Desa Adat Kristen Waai"! Waai itu BUKAN "daerah
strategis yang diperebutkan", tetapi "Desa Adat Kristen yang dirampok" oleh "laskar
jarah"! Pendeta Diana Akywen adalah "korban dan saksi" dari peristiwa "perampokan
beriman" atas Desa Kristen Waai, yang bisa "bercerita banyak" tentang Desa Adat
Kristen Waai! Siapakah yang "takut pada kebenaran", kalau bukan "iblis"? Desa Adat
Kristen Waai, adalah salah satu bukti KEJAHATAN Negara atas Maluku, dengan
"menghalalkan perampokan laskar jarah"!
SOURCE: REPUBLIKA: DATE: 2001-11-11
Bukan Milik Mujahidin Kompak-8 Bom Ditemukan di Hotel Mega;
Laporan: Lukmanul Hakim
Jakarta-RoL--Setelah polisi menuding kelompok Mujahidin Kompak sebagai pelaku
peledakan Gereja Petra, delapan buah bom rakitan ditemukan petugas kebersihan di
Hotel Mega. Pemiliknya Adventius Yupiter Kocang (30) yang mengaku salah seorang
mahasiswa PTS terkenal di Jakarta warga Ambon dan Krisman (38) mantan
wartawan, warga Jl Merpati I No 10 RT 06 RW 6 Pesanggrahan Kebayoran Lama.
JOSHUA:
Kembali saya katakan, menuding atau tidak menuding, yang melakukan
"pengeboman Gereja" adalah kelompok "mujahiblis"!!! Karena merupakan "rekan
sekerja", maka si "media iblis" harus berusaha membuang tindakan biadab tersebut
kepada orang lain, sambil menipu umat dengan memasang "topeng malaikat di wajah
para mujahiblis"-nya!
SOURCE: REPUBLIKA: DATE: 2001-11-11
Penemuan itu terjadi Sabtu (10/11/01) pukul 14.00 di hotel yang berada di Jl
Proklamasi No 40 Menteng Jakarta Pusat tersebut. Waktu itu, Rahmad (40) salah
seorang karyawan hotel bagian kebersihan sedang membersihkan kamar nomor 105
yang sedang diinapi kedua tersangka. Karyawan hotel itu berani masuk kamar dan
membersihkannya karena menurut rencana, kedua orang tersebut akan cek out siang
itu juga. ''Itu memang batas akhir keluar,'' ujarnya pada wartawan seusai didengar
kesaksiannya di Mapolsek Menteng, Minggu (11/11/01).
JOSHUA:
Hanya orang dungu dan terkebelakang yang tidak tahu bahwa, "pembersihan kamar
hotel dilakukan rutin setiap hari, dan tidak perlu menunggu sampai hari terakhir,
penghuni akan check out! Si "media iblis" ini hanya menggunakan "hari terakhir"
sebagai bumbu untuk membodohi orang banyak!
SOURCE: REPUBLIKA: DATE: 2001-11-11
Dia ketika itu melihat sebuah tas hitam yang tergeletak di sudut kamar bawah.
Karena hanya itu satu-satunya barang yang tertinggal, dia penasaran ingin isinya.
Namun setelah dibuka, ternyata isinya delapan buah kaleng susu. Terdiri atas lima
kaleng ukuran besar (diameter 10 centimer) dan tiga kaleng ukuran kecil (3
centimeter). Barang tersebut dianggap mencurigakan karena ada beberapa kabel dan
besi kecil-kecil ada di dalamnya..
JOSHUA:
Keganjilan yang pertama adalah bahwa "pembersih kamar hotel berani membuka tas
milik penghuni"! Keanehan kedua adalah bahwa "penghuni belum pergi, tetapi sudah
ada barang yeng tertinggal", dan "satu-satunya" pula! Setiap hotel biasanya memiliki
"lemari yang bisa dikunci" di dalam setiap kamar! Apakah seorang "pembom Gereja"
akan meninggalkan "tas berisi bom" di dalam kamar hotel yang setiap pagi dimasuki
petugas pembersih?
SOURCE: REPUBLIKA: DATE: 2001-11-11
Disamping masih menginterogasi mereka, saat ini keberadaan bom-bom tersebut
sedang diteliti ke Puslabfor Mabes Polri untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dia
(Kapolsek Menteng Kompol Eky Fest Yanto, JL) menduga kuat penemuan bom di
wilayah Polsek Menteng ini ada kaitannya dengan kasus sebelumnya yakni di Gereja
Petra Jalan Ciampea 44 Tanjung Priok Jakarta Utara.
JOSHUA:
Walau sudah "mengaku", Kapolda Metro Jaya tetap dikatakan "menuding mujahiblis",
tetapi walaupun "jenis bomnya berbeda, dan masih diteliti", si "media iblis" ini
menghalalkan kebodohan seorang Kapolsek, dan menamakannya "menduga keras"!
Coba tanyakan si Kapolsek bego itu, apakah yang bisa dijadikan "penghubung antara
kedua peristiwa" tersebut? Jenis bom yang sama, atau jenis "mujahiblis" yang sama?
SOURCE: REPUBLIKA: DATE: 2001-11-11
Kadispen Polda Metro Jaya Kombes Anton Bachrul Alam menambahkan, kesamaan
dengan kasus yang di Gereja Petra adalah sama-sama pernah ke Ambon. Sedang
mengenai bomnya, dia belum bisa memastikan karena sedang diteliti.
JOSHUA:
Tolong tanyakan kepada si Anton ‘Bahalul’ Alam, "Ada berapa banyak orang yang
sudah pernah ke Ambon?" Si "pembom Gereja St. Anna dan Atrium Plaza", adalah
"mujahiblis Malaiysia" yang juga pernah "merusuh di Ambon" bersama "laskar biadab
beriman"! Apakah ketiga "pengeboman Gereja" ini punya kaitan? Bukankah kalian
hanya berusaha untuk mengaburkan fakta untuk "melindungi KEJAHATAN"? Jika
sorang Pejabat Tinggi Keamanan Negara seperti ini, bagaimana mungkin Negara ini
tidak menjadi JAHAT, dan lalu menanamkan dan mengembang-biakkan
KEJAHATAN-nya di Maluku?
SOURCE: REPUBLIKA: DATE: 2001-11-11
Namun yang jelas, Anton tidak lagi menuding Mujahidin Kompak lagi sebagai pemilik
bom itu.ian
JOSHUA:
Inilah sebenarnya tujuan dari "cerita dongeng anak kecil" yang dilakoni oleh Anton
‘Bahlul’ Alam dan "media iblis", agar umat menjadi bingung dengan "demikain banyaknya
jenis mujahiblis" yang merajalela di dalam Negara ini! Orang lantas bertengkar
memperdebatkan "jenis mujahiblis", sementara "kebiadaban mereka di dalam
mengebom Gereja", terlupakan dan kemudian terulang kembali secara "alamiah",
yang lama kelamaan dianggap seperti banjir dan gempa yang harus diterima dengan
pasrah! Itulah juga "kehidupan Maluku, yang ditimpa oleh KEJAHATAN NEGARA,
semenjak Tahun 1950, tetapi yang sekarang diberi BERSARUNG AGAMA dan
BERWAJAH NASIONALIS!
SOURCE: DETIKCOM; DATE: 2001-11-11
PK Kecam Aksi Peledakan Bom; Reporter: Arifin A detikcom-Jakarta, Maraknya aksi
peledakan granat dan bom di Jakarta dikecam Partai Keadilan (PK). Partai berbasis
massa Islam ini mengecam aksi-aksi peledakan seperti di Australian International
School (AIS) dan Gereja Petra, Jakarta Utara. Hal ini disampaikan Presiden Partai
Keadilan (PK) Hidayat Nurwahid kepada detikcom, sesaat sebelum menyampaikan
ceramah dialam tablig akbar menyongsong bulan Ramadan di Masjid Al Husna,
Jakarta Utara, Minggu (11/11/2001).
JOSHUA:
Hah!!! Menjelang Puasa, iblis berganti kulit menjadi Jibrail!!! Coba anda buka file-file
"laskar biadab ahlus sundal wal jarah" dan "file-file saya tentang Maluku", maka anda
akan melihat bagaimana sebenarnya "ujud" dari Partai Keadilan yang "tidak pernah
menherti arti kata ‘adil‘itu sendiri"! Mereka menebar dusta dan hasutan, biarpun
sedang ber-Puasa dan ber-Lebaran, melalui pemutar-balikkan fakta dan kebenaran!
Silahkan anda baca tulisan Dr. GJ. Aditjondro, dan anda akan melihat bahwa Partai
Keadilan adalah "salah satu pelopor kerusuhan Maluku"!
SOURCE: DETIKCOM; DATE: 2001-11-11
"Kita tidak setuju dengan pendekatan itu (peledakan-Red), karena tidak sesuai
dengan nilai agama. Karena hal ini akan menumbuhkan masyarakat yang saling
bermusuhan dan merusak umat Islam," kata dia. Hidayat juga mengatakan, pelaku
peledakan bom di gereja Petra baru-baru ini tak bisa dikaitkan dengan nama Islam.
"Itu perilaku oknum yang tak bisa dilekatkan dengan Islam. Kita menolak teror bom,
apalagi ini mendekati Ramadan yang seharusnya menyambutnya dengan damai,"
kata dia.
JOSHUA:
Ya habib, ya Habibi! Benar sekali kata orang teramat jujur ini! "Kelompok mujahiddin"
atau yang saya namakan "mujahblis" itu adalah "laskar Kristen" atau "laskar
non-Islam" yang sesat dan luar biasa biadab! "Ujang Haris dan Wahyu" itu adalah
"anggota GPM" yang menyamar ke Jawa untuk membakar Gereja yang bukan
sealiran dengan "Gereja Al Fatah"! Dasar pendusta beriman murahan, yang hanya
pandai berlagak suci dengan jubah dan sorban putih serta jenggot kambing, padahal
dibaliknya penuh "panu dan kudis bernanah"! Hebatnya, "mereka adalah anak emas
Negara ini"! Hebat kan?
Salam Sejahtera!
JL.
|