
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67
Copyright ©
1999/2001 -
1364283024
& 1367286044
|
|
From: "Joshua Latupatti" <joshualatu@hotmail.com>
Date: Mon, 15 Oct 2001 11:01:25
"Yudas Sahuburua" berbicara tentang Maluku
download artikel in print friendly version Tanggapan-tanggapan Joshua Lainnya
Salam Sejahtera!
Saudara-saudara sebangsa,
Mau tidak mau, kebenaran ujar-ujar di Ambon menyangkut Kerusuhan Maluku, bahwa "Yudas
tidak ada didalam Islam", harus saya benarkan! Tidak sedikit Yudas-Yudas Kristen yang
merajalela untuk meraup keuntungan bagi diri pribadi. Ada yang menjadi Yudas dengan
imbalan uang jutaan, dan ada yang menjadi Yudas karena menggelapkan atau
menyalah-arahkan "isi pundi-pundi bantuan"! Ada yang tidak mau berkata benar, karena tidak
mau kehilangan muka, dan ada yang menutup-nutupi kebenarana karena takut kehilangan
"kursi empuk"! Saya mengajak anda untuk melihat salah seorang dari mereka, yang turut
memberi andil bagi berlarut-larutnya penyelesaian Konflik Maluku!
SOURCE: DETIKCOM ; DATE: 2001-10-10
Bahas Penanganan Pengungsi, Muspida Maluku Temui Presiden
Reporter: D. Sangga Buwana
detikcom-Jakarta, Pasca meletusnya konflik SARA di Maluku, masalah yang hingga kini
masih menggantung adalah soal penanganan pengungsi. Untuk itu, jajaran Muspida Maluku
menemui Presiden Megawati Soekarnoputri untuk membicarakan hal tersebut.
JOSHUA:
Kita belum tiba pada masa "pasca Konflik", tetapi masih berada di dalam masa konflik, yang
diwarnai dengan keamanan yang belum terjamin, peledakan bom di mana-mana, dan
tembak-menembak antara perusuh dan Aparat Keamanan! Sangat aneh jika DPRD-Maluku
mampu berasumsi sudah berada pada keadaan "pasca Kon flik", sementara mereka tidak
berbuat apa-apa untuk itu, dan bom baru saja diledakkan perusuh di halaman Gereja
Maranatha! Zeth Sahuburua dkk. menemui Megawati demi masalah pengungsi yang katanya
masih menggantung! Orang akan berpikir bahwa hal-hal yang berkaitan dengan pengungsi
hanya terbatas pada soal dana bantuan, program relokasi dan rehabilitasi! Saya tidak
membantah adanya masalah-masalah tersebut, tetapi itu "bukan masalah inti"-nya!
Masalahnya bukan terletak pada "bagaimana mereka bisa kembali dan menempati desa
asalnya", tetapi "mereka belum bisa kembali ke desa asalnya", karena desa-desa tersebut
masih dikuasai oleh perusuh dan perampok yang bernama "laskar jahad"! Jika DPRD-Maluku
dan PDSD-Maluku benar-benar bekerja keras, tegas dan jujur, maka yang dibicarakan dengan
Megawati adalah masalah "desa-desa rampokan" yang masih belum dikembalikan, dan "biang
rusuh-laskar jarah" yang masih tetap "membenalu" di Maluku!
SOURCE: DETIKCOM ; DATE: 2001-10-10
Demikian disampaikan Ketua DPRD Maluku, Zeti Sahuburua, usai diterima Presiden di Istana
Negara, Jakarta Pusat, Rabu (10/10/2001). Dalam kesempatan itu Zeti didampingi Gubernur
Maluku Saleh Latuconsina, Sekretaris Daerah (Sekda) Maluku Soulisa dan jajaran Muspida
Maluku lainnya. "Tujuan bertemu Presiden antara lain untuk membicarakan agar pemerintah
pusat segera menangani secara serius terhadap pengungsi Maluku yang berjumlah ribuan
jiwa," ujar Zeti.
JOSHUA:
Saya tidak tahu apa pentingnya membawa rombongan yang besar hanya untuk berbicara
dengan Presiden, jika bukan sekedar bonus jalan-jalan dengan menggunakan dana Daerah!
Atau mungkin saja terjadi bahwa rombongan tersebut harus berupa presentase dari jumlah
pengungsi? Saleh Latuconsina sendiri entah sudah berapa puluh kali bolak-balik
Jakarta-Ambon, tanpa hasil yang memuaskan. Pemerintah akan terus memberi makan
puluhan, atau bahkan ratusan ribu pengungsi, karena pengungsi tidak bisa berusaha utk.
memberi makan diri mereka sendiri, jika mereka tidak kembali ke desa asal mereka!
Bagaimana mereka bisa kembali ke desa asal mereka, jika Pemerintah tidak menghalau
"laskar rampok" itu dari sana? Saya kuatir, DPRD-Maluku dan PDSD-Maluku tidak memiliki
kapasitas yang cukup untuk "mengembalikan para pengungsi ke tanah asal mereka", dan jika
Pemerintah masih bermain politik-politikan dengan masalah Maluku, maka Maluku akan
dipaksa untuk menerima "Peta kependudukan atau kepemilikan yang baru, dan memberikan
"sertifikat" kepada "para perampok-laskar jahad, atas tanah rampasan mereka"! Jika hal ini
sampai terjadi, Maluku tidak akan pernah lagi mengenal istilah "damai", kecuali jika Maluku
"merdeka", dengan jalan apapun, dimana orang-orang seperti Ety Sahuburua dan Saleh
Latucoinsina tidak boleh ada di Maluku!
SOURCE: DETIKCOM ; DATE: 2001-10-10
Mengenai status darurat sipil di Maluku, Zeti menjelaskan hingga kini pihaknya belum
membicarakan soal perlu tidaknya pencabutan status darurat sipil di sana. "Saya kira belum
dibicarakan di DPRD karena harus melalui persidangan dimana seluruh anggota harus
menyatakan sikap," kata dia.
JOSHUA:
Bagaimana DPRD-Maluku bisa membicarakan status DS di Maluku, sementara DPRD-Maluku
tidak pernah berbicara apa-apa tentang Maluku? Jika pernah, dimana hasil pembicaraan
mereka??? Selam ini, yang terlihat adalah "omongan, kunjungan, pembicaraan dan aksi
"pribadi", yang kebetulan adalah Ketua atau anggota DPRD-Maluku! Tanyakan saja pada Ety
Sahuburua, apakah masalah pengungsi yang dibicarakan dengan Megawati, adalah hasil
rumusan DPRD-Maluku, atau hanya "obrolan rumah kopi" antara beberapa individu di
DPRD-Maluku, atau dengan Saleh Latuconsina saja!? Bagaimana DPRD-Maluku akan
membicarakan status DS di Maluku, sementara "evaluasinya" saja hampir tidak pernah?
SOURCE: DETIKCOM ; DATE: 2001-10-10
Menurut Zeti, wacana perlu dicabut atau tidaknya status darurat sipil belum muncul baik di
legislatif maupun warga sipil. Namun ia menjelaskan kondisi Maluku saat ini sangat baik.
"Hanya yang masih menjadi masalah adalah soal pengungsi yang masih berada di sana,"
lanjut dia.
JOSHUA:
Bukankah si Ety Sahuburua ini yang menjamu "laskar jahad" bersama-sama dengan Saleh
Latuconsina? Jika kondisi Maluku saat ini memang "sangat baik", maka Maluku yang dulu
adalah sejenis "sorga"! Bagaimana "Yudas Sahuburua" ini mengatakan "kondisi Maluku sangat
baik", sementara bom meledak di dalam angkot, di pusat transaksi Salam-Sarani, di dalam
truk yang "berisi cengkeh", di kampus Unpatti-PGSD, di halaman Gereja Maranatha, di depan
Pabrik Roti Sarinda, sementara Halong Atas, Karpan dan Ahuru masih dirusuh oleh
tembak-menembak? Itu baru di Ambon saja! Bagaimana "Yudas Sahuburua" ini mengatakan
"kondisi Maluku sangat baik", sementara para pengungsi masih belum bisa kembali ke desa
asal mereka, dan sementara "laskar jahad" masih merajalela dengan "tindakan dan paham
sesat" mereka di Maluku? Saya jadi malu bahwa di Maluku ada politisi Kristen-Ambon munafik
dan pengecut seperti ini! Sisa-sisa sampah Orba dan Golkar yang tidak berguna!
SOURCE: DETIKCOM ; DATE: 2001-10-10
Dijelaskan Zeti, kewenangan darurat sipil memang berada di tangan penguasa daerah yaitu
Gubernur dan Pangdam Pattimura. "Tapi kewenangan dan koordinasinya tetap berada di
pemerintah pusat," jelas Zeti. (ani)
JOSHUA:
Dan rakyat Maluku tetap sengsara di dalam bisu, karena DPRD-Maluku yang impoten, dengan
seorang ketua jelmaan Yudas Iskariot, dan seorang Gubernur Maluku yang bencong! Belum
lagi ditambah dengan seorang Ketua Sinode GPM yang hanya bisa mengharamkan
anak-anaknya supaya disebut nasionalis!? Lalu, sebagian Jemaat yang memanfaatkan
kerusuhan ini untuk mengeruk keuntungan pribadi lewat korupsi bantuan pengungsi, jual-beli
maksiat, minuman keras dan perjudian serta aparat yang bisa dibayar untuk itu! Apakah Tuhan
tidak bosan terhadap Maluku dan masih bersedia mendengar jeritan anak-anak Maluku? Coba
renungkan semua itu basudara beta!
Salam Sejahtera!!!
JL.
Received via email from: Alifuru67@egroups.com

Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/baguala67
Send your comments to alifuru67@egroups.com |