From: "Joshua Latupatti" joshualatupatti@hotmail.com
Date: Fri, 23 Nov 2001 12:11:42 +0000
BERDUSTA DI DALAM RAMADHAN (1)
download artikel in print friendly version Tanggapan-tanggapan Joshua Lainnya
Salam Sejahtera!
Saudara-saudara sebangsa,
Tulisan kotor ini adalah gambaran dari "akhlak iblis", yang menggunakan "bulan suci"
dan "hari raya" untuk melaksanakan "niat ja hat dan kebiadaban", dengan "menjarah
dan membakar "Rumah dan Gereja kami", lalu memuntahkan kebiadaban itu pada
kami!!! Sudara kami yang membawa bingkisan "kue lebaran" kepada "basudara
Pela-Gandong"nya, bukannya dijamu malah "disuruh segera pulang"!
Saudara-saudara kami yang "bersilaturahmi" tanpa curiga, akhirnya menjadi "korban
kebiadaban lebaran berdarah"!! Anak-anak kami yang melakukan Kebaktian
Kebangunan Rohani dengan sukacita, karena menyangka bahwa "Lebaran adalah hari
kemenangan atas iblis", ternyata terkepung dan tersembelih, oleh karena "Hari
Lebaran, 19 Januari 1999", ternyata adalah "hari kemenangan iblis"! Sakit hati atau
tidak ketika membaca introdusi ini? Jika sakit, "syukur"! Itu tandanya kamu masih
memiliki sifat kemanusiaan dan dengan itu, kamu bisa ikut merasakan apa yang kami
rasakan, bahwa setelah "dijarah, dibakar dan dibantai, kami masih difitnah sebagai
"penjarah, pembakar dan pembunuh rumah, Gereja dan saudara kami sendiri!
Kotoran yang paling berbau busuk dari tulisan ini, adalah bahwa seorang "peneliti di
Indonesian Society for Middle East Studies-ISMES", menganalisa Maluku dan
menghubungkannya dengan Barat! Mana mungkin "pengamat kotoran onta" seperti
ini, berbicara tentang "domba", jika bukan untuk "mendusta", "membodohi" dan
"menghasut" umat, dan menyembunyikan kebiadaban si iblis di dalam sarung???
Lagi-lagi, Ramadhan sudah dinistai, seperti ketika MUI-Maluku menyunat-resmikan
"Posko dan Tim Advokasi Lebaran Berdarah, pada tanggal "6 Januari 1999", di dalam
bulan Ramadhan! Mari kita lucuti moral sarung kumal ini, dimana yang saya anggap
hanya basa-basi pengecoh akal, sudah saya hapus!
SUARA MERDEKA; Rabu, 21 Nopember 2001
Analisis: Maluku Pascakonflik Horizontal BERTEPATAN dengan Bulan Suci
Ramadan, bangsa Indonesia, khususnya umat Islam, tentunya akan teringat pada
tragedi nasional konflik berbau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) di
Ambon, Maluku, 19 Januari 1999. Sampai detik ini, konflik itu belum juga selesai,
bahkan seperti menyimpan bom waktu.
JOSHUA:
Memang benar! Ada sebagian "Muslim asal Jawa yang tidak putus-putusnya
bersyukur, karena menerima "interlokal: segera meninggalkan Ambon", dari
saudaranya di Pulau Jawa! Ada sebagian "pembantu Muslim asal Buton yang sedang
bercerita saat ini, bahwa "untung teman-temannya saling mengingatkan untuk tidak
bersembahyang ke Al Fatah, sebab akan "baku Potong"! Tetapi ada pula yang amat
sangat berang, karena ucapan "Dalam beberapa jam, Ambon akan kita kuasai",
ternyata tidak terbukti, walaupun Rumah dan Gereja Kristen Mardika dan Silale sudah
menjadi abu, sore sekitar 16.00, 19 Januari 1999, dan "perwujud-nyataan Makalah
Utama Seminar HMI-Maluku, "Perjuangan belum selesai sebelum Maluku
di-Islam-kan", ternyata tak semudah ketika diorasikan! Yang paling merasa sakit di
antara mereka adalah Muslim Ambon asal BBM, karena setelah membakar rumah
warga Kristen, "Al Fatah membiarkan mereka manjadi tumbal, dengan sengaja
menarik pasukan putih dari wilayah Pasar Gambus, supaya Al Fatah bisa
merangsang kemarahan Muslim Indonesia, dengan puing-puing Pasar Gambus!
SUARA MERDEKA; Rabu, 21 Nopember 2001
Saat ini, kelompok-kelompok yang bertikai seakan-akan sudah memasuki tahap point
of no return, tidak ada lagi peluang untuk mundur. Ibaratnya ''membunuh atau
dibunuh'', ''membakar atau dibakar''.
JOSHUA;
Omong-kosong kotor dan murahan, untuk "merata-ratakan masalah"! Buka otak dan
akhlak ontamu, dan lihat "siapa yang berdoa dan berkabung dan siapa yang tetap
melakukan pengeboman, penembakan, pemutar-balikkan fakta dan kebusukan
lainnya!
SUARA MERDEKA; Rabu, 21 Nopember 2001
Beberapa waktu lalu Pengajian Keluarga Muslim Maluku Yogyakarta dan Himpunan
Pelajar dan Mahasiswa Muslim Maluku di Yogyakarta menyelenggarakan seminar
bertema ''Masa Depan Ummat Islam di Maluku''. Dari berbagai pendapat yang
terlontar dalam seminar tersebut, ada beberapa hal yang bisa dikaji dan semoga
menjadi masukan bagi upaya perdamaian di Ambon.
JOSHUA:
Tidak ada yang bergiszi di dalam "seminar munafik putar-balik kebenaran" seperti itu!
Yang ada hanya "racun dibalik symbol dan semboyan agama", yang anjing saya juga
mampu mengendusnya! Inilah buktinya!
SUARA MERDEKA; Rabu, 21 Nopember 2001
Umat dan Pendidikan
Ketua MPR Prof Dr Amien Rais ketika mengawali seminar mengungkapkan,
sebenarnya kunci penyelesaian masalah Ambon dan konflik Maluku yang lain adalah
penegakan rasa keadilan untuk semua kekuatan sosial, politik, dan agama di provinsi
seribu pulau tersebut.
JOSHUA:
Masakan "seminar yang berbau agama", menghadirkan "seekor siluman"? Bukankah
Ketua M-ajelis P-elacur R-akyat ini yang berdiri di depan "tabliq iblis" untuk
menghalalkan penyusupan si "laskar biadab beriman" ke Maluku? Hidung dan
mulutnya saja sudah sedemikian "bengkok", apalagi akhlaknya? Bukankah si
"siluman politik murahan ini, yang meludahi Megawati dengan fatwa "perempuan", lalu
menjilatnya kembali"? Seantero dunia sudah mengenal "moral silumannya", mengapa
kita harus tetap mendengarkan omong-kosongnya? Ke atas dirinya dan keluarganya,
akan tertanggung darah dan nyawa manusia yang melayang karena "permainan
politik siluman"-nya!
SUARA MERDEKA; Rabu, 21 Nopember 2001
Pendapat itu dibenarkan Sekretaris Majelis UlamaIndonesia (MUI) Prof Dr Din
Syamsuddin yang juga salah satu panelis dalam diskusi. Menurut Din, menegakkan
keadilan tidak semudah mengatakan, sebab konflik di Maluku sudah dimasuki
provokator internasional (selanjutnya baca tulisan ''FKM (RMS) dan Misi-Visi Barat di
Maluku'').
JOSHUA:
Masakan "seminar yang berbau agama", menghadirkan "seorang pemeras Ayinomoto
atas nama Agama"? Karena MUI itu adalah Majelis Urusan Iblis, maka MUI
"menghalalkan Perwira Polisi aktif, Let.Kol. (Pol) R. Hasanussi, untuk menjadi Ketua
MUI-Maluku, demi mempersiapkan dan mengeksekusi rencan iblis" di dalam "bulan
suci Ramadhan" dan dengan "menumpang hari kemenagan, Lebaran"! Tanyakan si
profesor ahli MSG ini, dan lihat bagaimana lidahnya menjadi kaku, dan matanya liar
berputar-putar!
SUARA MERDEKA; Rabu, 21 Nopember 2001
Thamprin Ely, salah satu tokoh umat dan politik di Maluku mengatakan, konflik antara
kelompok putih dan merah di Maluku adalah kelanjutan konflik antara Portugal dan
raja-raja Maluku yang muslim selama 70 tahun.
JOSHUA:
Manusia munafik tak berguna ini, pernah "terisak-isak di depan warga Kristen, karena
rumahnya tidak disentuh, lalu mengaku: "Saya terpaksa menandatangani semua
berita dusta di Al fatah, karena saya diancam akan dibunuh, jika tidak
melakukannya"!! Sepak-terjangnya setelah itu menunjukan bahwa dia sebenarnya
adalah "salah satu iblis yang bersarang di Al Fatah, sebagai kaki tangan "siluman
PAN"! Manusia tak layak ini sengaja menoleh ke zaman Portugis yang hanya
"sejenak", dan tidak sedikitpun menyinggung masalah di zaman Belanda, yang
berlangsung selama 350 tahun! Dia tidak ingin berhadapan dengan kenyataan bahwa
"warga Kristen dan Muslim Maluku berperang bahu-membahu melawan panjajah"!
Walaupun "hanya satu", "Said Parintah yang Muslim, ada bersama "tiga rekan
seperjuangan yang beragama Kristen, dari "Thomas Matulessy", atau "Kapitan
Pattimura", yang juga beragama Kristen! Pendusta murahan ini menggunakan zaman
Portugis, padahal saat itu "belum ada umat Kristen Protestan di Maluku", dan sejarah
tidak pernah mencatat adanya pertempuran antara Umat Kristen-Katolik dan Muslim
di Maluku!
SUARA MERDEKA; Rabu, 21 Nopember 2001
Hal ini sama dengan konflik Irlandia dan Inggris (Kristen Katolik dan Kristen Anglikan).
Seperti pula dalam konflik tersebut yakni umat Katolik mayoritas namun berada di
pinggiran, umat Islam di Ambon juga begitu (lihat tabel). Posisi umat Islam di Maluku
mayoritas, tetapi berada di pinggiran. Untuk menghentikan konflik, prinsip keadilan
harus ditegakkan dan umat Islam harus menyadari, harus berjuang keras untuk
meraih itu.
JOSHUA:
Dengan mengambil contoh "Irlandia dan Inggris", si sidot ini hendak mengatakan
bahwa "konflik terjadi, karena ada yang merasa terpinggirkan"! Dengan mengatakan
bahwa "umat Islam Maluku terpingirkan", berarti "umat Islam Malukulah yang memiliki
motivasi untuk menimbulkan konflik"! Tentang ungkapan "mayoritas", kita harus
melihat "perkembangan penduduk yang menggila di Ambon, yang dikenal dengan
istilah "banjir Muslim luar Maluku", sebagai akibat dari usaha "penghijauan
Habibie-ICMI" atas Maluku!
Ketika anda mendengar argumentasi dari si "sisiolog bego –Imam Prasodjo", anda
akan dibawa kearah "kecemburuan sosial sebagai alasan timbulnya Konflik Maluku"!
Menurut si "sosiolego-Imam Prasodjo", Konflik Maluku justeru timbul, karena "Warga
Kristen Maluku mencemburui kemajuan dan tingkat penghidupan Muslim Pendatang,
yang lebih baik"! Oleh sebab itu, saya pernah membantahnya dengan
mengemukakan salah satu kenyataan, bahwa "warga Kristen Maluku bukan
gelandangan yang tidur di emper-empar toko dan di lorong-lorong pasar"! Siapa
"pendusta" dan siapa "penipu" di sini?
SUARA MERDEKA; Rabu, 21 Nopember 2001
Dengan demikian, pembangunan dunia pendidikan khususnya untuk memberdayakan
potensi umat di Maluku harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat,
tapi tetap memperhatikan bahwa dunia sekarang sudah memasuki globalisasi,
liberalisasi, dan demokratisasi. Para pemimpin umat harus menyadari, dirinya dan
umatnya tidak bisa hidup sendiri.
JOSHUA:
Jika warga Kristen Maluku yang dituduh sebagai "banyak dipengaruhi oleh Barat",
sementara "globalisasi membawa liberalisasi dan demokratisasi", maka seharusnya
si idior pengamat kotoran onta ini, tidak melirik warga Kristen Maluku, ketika
berbicata tentang "sumber Konflik"! Lihatlah "perilaku" FKM dan FPI, misalnya, dan
katakanlah, mana yang lebih bersikap demokratis dan intelek, serta mana yang lebih
berikap barbar dan membabi-buta? Apalagi jika "pendidikan umat model Taliban yang
diidam-idamkan dan "Osama bin Laden" yang diidolakan?!
SUARA MERDEKA; Rabu, 21 Nopember 2001
Masa Depan
Padahal konflik berbau SARA di Ambon tidak akan selesai bila kita hanya memahami
dari segi SARA, tetapi kita harus mengkaji juga dari budaya, histori, kepentingan elite
dan militer, serta aktor-aktor internasional.
JOSHUA:
Histori yang hanya melihat "zaman Portugis" tanpa menyinggung "zaman Belanda",
adalah histori kotoran onta, yang juga dipakai si "Ustadz Jarah", untuk "menghalalkan
perampokan atas Desa Adat Kristen-Waai", sebagai "anugerah Allah"! Menyinggung
masalah "budaya", tanpa mempedulikan "tatanan Adat Persaudaraan Pela-Gandong,
Salam-Sarani", adalah juga analisa kotoran onta yang sudah digunakan Negara
PENJAHAT ini, untuk mengubah Desa Adat (Negeri) di Maluku, menjadi "Kelurahan",
agar "tanah Adat Maluku bisa dirampok Negara", "dan orang luar Maluku bisa
dijadikan "alat pengeruk dan pemecah Maluku", melalui jabatan Lurah atau Kepala
Desa!
Penjahat elit politik yang turut melaknati Maluku adalah "Amien Rais", "Hamjah Haj",
"Soemargono", seisi "Partai Keadilan", dll! Tokoh militer yang membiadabi Maluku,
adalah "Suaidi Marasabessy", "Wiranto", "Sudi Silalahi", "Djadja Supraman",
"Hendropriyono, si "kopral dungu"-Rustam Kastor, dll! Badan Agama yang juga
mengotori Maluku adalah MUI, FPI, "laskar biadab ber iman", FPIM, KISDI, dll! Tidak
ketinggalan, para "Teroris Internasional" seperti KMM-Malaysia, MNLF-Pilipina,
Mujahiblis Afghanistan, dll! Coba tanyakan si pengamat kotoran onta ini, apa dia
mampu menyebut tokoh atau badan provokator internasional yang disebutkannya,
karena saya yakin bahwa dia cuma asal sebut "provokator internasional" untuk
mengaburkan masalah dan meloloskan "para teroris internasional yang mengaku
sangat Islam tsb!
SUARA MERDEKA; Rabu, 21 Nopember 2001
Sebaliknya, mereka yang kooperatif dengan penjajah dan pupus adat istiadat merasa
perlu membangun solidaritas etnis, hanya untuk kepentingan politik sempit.
JOSHUA:
Satu-satunya "wanita Maluku yang bangkit melawan Penjajah Belanda adalah "wanita
Kristen" yang bernama "Christina Martha Tiahahu"! Yang mencincang Penjajah
hingga sehalus "perkedel" adalah pria Kristen yang bernama Thomas Matulessy!
Lagipula, "adat-istiadat Maluku, tidak ada hubungannya dengan "etnis kotoran
ontamu" itu! Maluku tidak akan didiami oleh "pendatang asal Buton selama ratusan
tahun", jika Maluku tidak memiliki semangat solidaritas beradasarkan Adat
Pela-Gandong, adat orang Alif Ur! Ketika nenek-moyangmu masih hidup di dalam
zaman barbar, orang Alif Ur sudah memiliki masyarakat majemuk yang hidup di
dalam suasana persaudaraan, dan jauh dari keserakahan, sebab Maluku
menyediakan kelimpahan bagi kami! Kelimpahan itulah yang membangkitkan sifat
rakus kalian, yang mengaku beriman!
SUARA MERDEKA; Rabu, 21 Nopember 2001
Implikasinya, gerakan separatis disintegratif ekstrem yang memiliki ambisi one
territory one faith di Maluku dibangun di atas kerangka berpikir yang rapuh.
JOSHUA:
Bacalah "makalah HMI-Maluku" sebelum kerusuhan, supaya kamu sadar, bahwa
kami, warga Maluku, bukan kotoran onta yang sama busuk akhlaknya dengan kamu!
Bacalah isi semua Konvensi dari "linggarjati" hingga "Meja Bundar", supaya tahu
bahwa orang Maluku bukanlah "penjahat busuk yang lapar" seperti kalian, anak-anak
kebanggaan RI!
SUARA MERDEKA; Rabu, 21 Nopember 2001
Sebelum berhadapan dengan negara, kelompok separatis disintegratif telah diadang
kekuatan sipil nasionalis tulen yang bermodal takbir dan tablig akbar.
JOSHUA:
Ya benar! Nasionalis tulen yang "bertabliq iblis", sambil mengundang "teroris
internasional" untuk menjaga keutuhan Negara! Nasionalis sampalan yang mencoba
"menggeserkan Pancasila, dan mengantinya dengan hukum barbar dari padang
pasir"! Nasionalis munafik kotoran onta, hanya membelalak dengan mulut membisu,
ketika Muslimah Indonesia saudaramu diperkosa dan dianiaya lahir-bathin oleh nafsu
durjana junjungan Arabmu di padang pasir sana!
SUARA MERDEKA; Rabu, 21 Nopember 2001
Jadi, yang bisa diangkat di sini dua aliran budaya (Acang dan Obet) untuk waktu yang
cukup lama ke depan masih tepat mewarnai perpolitikan daerah Maluku.Tetapi tidak
akan mungkin berlangsung jika terjadi dominasi mutlak di antara keduanya, termasuk
tidak akan mungkin mendirikan negara sendiri tanpamelibatkan salah satunya.
JOSHUA:
"Acang dan Obet itulah "inti RMS", yang sama berjuang menurut "kebenaran dan
keadilan internasional", untuk mendirikan Republik Maluku Selatan (RMS) yang
bukan RMS-Belanda, ataupun RMS-Indonesia! RMS milik "Alif Ur" atau "Alif’uru",
yang kemudian dirampok oleh RI, karena "rakus" pada kekayaan Maluku! Lalu kalian,
kotoran onta yang tidak kalah rakusnya, "merusak Adat Pela-Gandong Maluku"
dengan "racun iman iblis"-mu, supaya bisa menjarah dan merampok Maluku untuk
menyuapi umat Allah yang kelaparan (tanyakan si Ustadz jarah dari Yaman itu)!
SUARA MERDEKA; Rabu, 21 Nopember 2001
Pluralisme kutub pemikiran di kalangan umat Islam adalah kekayaan khazanah
demokrasi yang menjadi pendorong dinamika. Dibutuhkan pula pemahaman agama
yang mendalam dan merata. Perangkat adat dan budaya yang bersifat mikro,
khususnya di Maluku Tengah, tidak bisa menjadi alat untuk mengatasi persoalan
makro.
JOSHUA:
Hei kotoran onta, "Negara terdemokratis di dalam dunia ini adalah Israel atau Yahudi",
yang kalian benci setengah mati itu! Perangkat makro yang kaya dengan khazanah
demokrasi adalah seperti yang dipraktekkan "rezim Taliban" atas umat Islam
Afghanistan! Jangan peanah menjual "teori murahan" ini di luar Indonesia, sebab
kamu akan disebut "lunatik yang lagi bermimpi"!
SUARA MERDEKA; Rabu, 21 Nopember 2001
Hanya dengan memahami secara benar tradisi pluralisme, demokrasi, dan toleransi
dapat dikembangkan ciri masyarakat madani Maluku yang sedang terkoyak dan
berusaha setapak demi setapak harus melupakan dendam kesumat antara Acan dan
Obet, yang ternyata tidak mampu membuat Maluku lebih baik akan tetapi mundur ke
belakang puluhan tahun.
JOSHUA:
Masakan turunan barbar dan pencinta teroris beriman, mau mengajar Maluku tentang
pluralisme? Sekali lagi, Maluku sudah hidup pluralistik sejak ratusdan tahun, dimana
Acang dan Obet adalah saudara yang saling membangun Gereja dan Mesjid, dan
Maluku akan tetap seperti itu, jika tidak "dilaknati oleh pendatang rakus dan
kelaparan", yang datang dengan membawa "racun iman" buatan ICMI-Habibie dan
MUI! Acang dan Obet tidak pernah berpikir tentang "paham idiotik mayoritas", dan
tidak pernah memiliki "dendam kesumat", jika tidak "diracuni dari luar cerara sis
tematis", oleh manusia-manusia bermoral busuk, sama seperti yg. sedang kamu
lakukan dengan "analisa kotoran onta"-mu ini!
SUARA MERDEKA; Rabu, 21 Nopember 2001
Masa depan umat Maluku tidak bisa ditentukan oleh umat Islam di provinsi dengan
seribu pulau tersebut, sebab Maluku adalah bagian dari NKRI dan ada umat Islam
yang juga berhak menata masa depannya. Dengan demikian, hanya dengan dialog,
penegakkan keadilan, dan melupakan masa lalu yang pahit, Maluku akan mempunyai
masa depan.(Eddy Maszudi, peneliti di Indonesian Society for Middle East
Studies-ISMES-70c)
JOSHUA:
Maluku adalah "rampokan RI", yang kemudian menjadi NKRI secara ilegal
(bertentangan dengan hukum Internasional) oleh selembar "dekrit presiden"! Maluku
adalah "korban kerakusan Jakarta", dan korban "kerakusan iman iblis", yang
mengaku dari Allah, seperti yang sekarang kamu coba "halalkan" secara licik melalui
tulisanmu, khususnya pada bagian di atas ini! Orang Maluku terlalu pandai untuk
jenis kecoak seperti kamu, dan bisa melihat moral kotoran ontamu di dalam usaha
"menghalalkan penyusupan si "laskar biadab beriman" ke tanah leluhur kami, Maluku!
"laskar biadab beriman" itu sekarang datang dengan "keluarganya yang kelaparan"
untuk mengais gizi di Maluku! Mereka membawa keluarga mereka, sebab katanya,
"tanah leluhur kami telah diberikan Allah kepada mereka!
Kalian ini masih punya rasa malu atau tidak? Berdusta dan menipu di dalam bulan
Ramadhan lagi!? Dasar kotor!
Salam Sejahtera!
JL.
|