The Cross
Under the Cross

Listen to the News
English
Indonesian
Search
Archives
Photos
Pattimura
Maps
Ambon Info
Help Ambon
Statistics
Links
References
Referral

HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67

Copyright ©
1999/2001 -
1364283024
& 1367286044


Ambon - Island 

 

AMBON Berdarah On-Line
About Us

 

 

  Ambon Island

  Ambon City

 

 

   Latupatti

  Want to Help?

From: "Joshua Latupatti" joshualatupatti@hotmail.com
Date: Mon, 29 Oct 2001 09:50:50 +0000

TIPU DAN MAKAR MODEL 'DIN SYAMSUDDIN'
download artikel in print friendly version     Tanggapan-tanggapan Joshua Lainnya 

Salam Sejahtera!

Saudara-saudara sebangsa,

Ketika Timor Lorosae memilih untuk berdiri sendiri, terlepas dari NKRI, banyak orang mengidentifikasikannya secara tidak jujur, sebagai sebagai akibat dari tindakan "separatis Kristen", walaupun "Seorang Pimpinan, katakanlah, Dewan Kemerdekaan Timor Lorosae, adalah seorang Muslim"! Papua yang juga memiliki Pimpinan Presidium beragama Islam, disebut "gerakan separatisme Kristen"! Walaupun Ketua Regional Eropah dari FKM, adalah seorang Muslim, FKM tetap dituduh sebagai "kelompok separatis Kristen"! "Mengapa GAM tidak pernah disebut sebagai "kelompok separatis Islam?"

Ketika mendebat pernyataan seorang "hipokrit" yang menikmati kenikmatan dan kebebasan negeri "kafir", tetapi tetap membenci negeri "kafir" tersebut, saya pernah bertanya, "Mengapa Ibrahim boleh, sedangkan Abraham tidak boleh?" Mengapa MUI boleh memaksa untuk "mengubah identitas NKRI", sedangkan organisasi seperti PGI dan MAWI akan serta merta dicap sebagai "pelaku tindakan makar"? Karena "paham idiotik mayoritas", yg. sekarang ini ditunggangi oleh organisasi-organisasi seperti MUI, FPI, KIDSI, Laskarjahad, dll., sebagai "kendaraan politik kotor mereka"! Paham miring itulah yang menimbulkan kesan bahwa NKRI ini milik mereka! Paham inilah yang merangsang mereka untuk mengklaim bahwa "umat Islam lebih berjasa di dalam memperjuangkan Kemerdekaan", karena memiliki lebih banyak Pahlawan Nasional, dan karena itu, mereka boleh berbuat segala sesuatu sekehendak mereka! Padahal, jika masalah jumlah pahlawan itu dilihat dari segi "presentase jumlah penduduk negara", mereka sebenarnya harus menjilat ludah mereka kembali (jika masih punya rasa malu)!

Yang akan kita bicarakan di sini adalah, bagaimana Sekretaris MUI, yang notabene adalah seorang Profesor Doktor", menggunakan "paham idiotik mayoritas" untuk menipu dan menghasut umat dalam melakukan "makar", dan sebagai "kubu perlindungan terhadap ancaman hukum positif negara"!

 

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-10-19
Banyak Daerah Inginkan Syariat Islam

Sejalan dengan dicanangkannya otonomi daerah, banyak daerah di Indonesia yang menginginkan diberlakukannya syariat Islam. "Ini hal yang paling luar biasa," ujar Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof Dr Din Syamsuddin, di sela-sela pembukaan kuliah perdana Program Magister Studi Islam di Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Sabtu (13/10).

 

JOSHUA:
Sangat disayangkan, bahwa di dalam kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan intelektual ini, seorang "Prof. Dr." justeru menghianati ilmu pengetahuan di dalam bentuk sebuah "penipuan statistik"! Istilah "banyak daerah" adalah salah satu perwujudan "paham idiotik mayoritas" yang tidak bisa dipertanggung-jawabkan secara ilmiah! Seorang ilmuan yang jujur akan harus memberikan data di dalam angka, yang mengatakan "berapa daerah" dan "berapa persen dari setiap daerah tersebut" yang mendukung istilah "banyak daerah" yang dia klaim! Saya sadar bahwa "Din Syamsuddin" tidak bisa mengunakan kesempatan ter sebut untuk memajukan data statisik yang dia miliki (seandainya dia miliki)! Tetapi, keadaan itu juga tidak dapat dipakai sebagai alasan untuk mengeluarkan semacam "pernyataan yang mengambang", yang lebih berbau provokasi daripada pernyataan ilmiah! Saya kuatir, tendensi dari dikeluarkannya pernyataan tersebut, mirip dengan "teriakan-teriakan FPI" yang mengatas-namakan umat Islam (se Indonesia dan juga sedunia), yang juga merupakan suatu kebohongan statistik! FPI sendiri "bukan merupakan representasi" yang "sah", dari umat Islam!

Prof. Dr. ini kemudian menggunakan ungkapan "Ini hal yang paling luar biasa" bagi keinginan untuk memberlakukan Syariat Islam, di dalam hubungannya dengan "otonomisasi daerah"! Seorang Prof. Dr. seharusnya tidak cukup bodoh untuk tidak paham bahwa "otonomisasi daerah tidak memberikan kebebasan kepada untuk mengubah Dasar Negara", ataupun "menggunakan Dasar yang lain dari Dasar Negara"! Dalam hal ini, Din Syamsuddin sedang berusaha mengubah otonomisasi daerah menjadi "sejenis kegiatan "separtisme terselubung" di dalam sarung Agama!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-10-19
Menurut Din, hanya Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang agak lemah dalam menyuarakan syariat Islam itu. Tapi di daerah lain, wacana itu sangat kuat. "Tentu saja kecuali Irian Jaya, NTT, Maluku, dan Bali," ujarnya.

JOSHUA:
Bagian ini menunjukkan "rendahnya kadar kejujuran" seorang Sekretaris MUI! Padahal, sebagai seorang yang duduk di dalam sebuah "Majelis Ulama", selayaknya dia memiliki akhlak yang lebih baik dari rata-rata umat yang dipimpinnya! Pertama, dia tidak akan bisa menunjukkan "daerah lain yang sangat kuat wacana Syariat Islam tersebut", karena ungkapan "sangat kuat" itu belum pernah diukur secara ilmiah! Selain itu, dia tidak cukup jujur untuk mengatakan bahwa "pengecualian"-nya itu tidak saja menyangkut "daerah yang lemah wacananya", tetapi juga yang "sangat menentang"! Sulawesi Utara adalah salah satu Deerah yang telah "mengancam untuk merdeka, jika Syariat Islam diberlakukan di Indonesia"! Kenapa Sulut tidak dicap sebagai "perencana gerakan separatis"? Karena mereka tahu benar bahwa Sulut justeru sedang "menetang separatisme terselubung" mereka! Ketidak-jujurannya mengangkat "minoritas yang ribut", sebagai dasar pernyataannya, tanpa menghiraukan "mayoritas yang diam dan "minoritas yang menentang keras"! Dengan demikian, dia telah memberikan "gambaran yang salah" untuk disebarkan "republika", kepada kaum awam!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-10-19
Din berpendapat, syariat Islam merupakan solusi yang lebih baik bagi bangsa Indonesia menghadapi berbagai masalah. "Hanya saja realisasi syariat Islam itu memang memerlukan waktu. Kita harus mengubah wacana tentang syariat Islam terlebih dulu. Oleh karena itu tidak perlu tergesa-gesa," paparnya.

JOSHUA:
Beginilah akibatnya, jika seorang Prof. Dr. hanya mampu bicara, tanpa mampu membuktikan pernyatannya! Coba tanyakan Sekretaris MUI ini, "solusi untuk masalah apa" yang dapat diberikan Syariat Islam bagi Indonesia?" Jika Syariat Islam memang bersifat universal di dalam menanggulangi berbagai masalah di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tentunya kita akan melihat "kesajahteraan, keadilan, demokrasi dan kemanusiaan", bertumbuh dan berkembang di negara-negara pengguna Syariat Islam. Kenyataan yang kita hadapi adalah "kesemrawutan, ketidakadilan, tirani, dan penindasan", yang menyebabkan "pengungsian besar-besaran warga Muslim Afganistan, Irak, Iran, dll., yang mencari "hidup yang lebih baik di negara-negara kafir"!!! Mengapa Syariat Islam tidak bisa mencegah "peperangan menahun" antara Iran dan Irak? Apakah Syariat Islam menghalalkan tindakan "aneksasi Irak atas Kuwait"? Apakah Syariat Islam memberikan dorongan moral kepada "negara-negara Arab yang kaya", untuk bersatu menanggulangi penderitaan Muslim yang lapar, sakit dan terlantar di Afganistan, Sudan, Somalia, dll., ser ta "banjir pengungsi Muslim" ke negara-negara yang mereka katai sebagai "kafir"? Apakah sebagian dari pelaksanaan Syariat Islam adalah seperti yang dilakukan MUI dengan "memeras Ayinomoto"? FPI, KISDI, Laskarjahad, dll., yang begitu berapi-api di dalam menyuarakan Syariat Islam, sebagai layaknya kelompok pemerhati dan pembela umat Islam, malah "tidak perduli" terhadap kesengsaraan Muslim yang tertimpa bencana didepan batang hidung mereka! Lalu, apa sebenarnya "solusi" yang ditawarkan oleh Syariat Islam, Prof. Dr. Din Syamsuddin?

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-10-19
Kendati begitu, kata Din, desakan untuk memberlakukan Piagam Jakarta, sangat berdimensi politik. "Jika dihitung dalam suara legislatif, pendukung Piagam Jakarta jelas kalah. Angka sosiologisnya mayoritas. Itu artinya, banyak partai Islam di DPR yang tidak mendukung diberlakukannya Piagam Jakarta. Yang mendukung hanya PPP, PK, dan PBB.

JOSHUA:
Memang begitu, dan "akan tetap begitu"! Syariat Islam yang ada di mulut Din Syamsuddin, Jaffar Umar Thalib, Habib Rizieq Shihab, dan para pentolan laskar-laskaran serta forum-foruman lain, hanyalah "tunggangan politik" mereka untuk memberdirikan "imperialisme agama model Taliban", yang hanya perduli pada kekuasaan dan uang. Jaffar Umar Thalib memberlakukan Syariat Islam di Maluku, hanya sebagai symbol politik, sebab jika dia memang sedang memerangi kemaksiatan, maka kita akan melihat "jumlah korban rajam sampai mati", paling tidak "sama besarnya dengan "jumlah anak haram yang dilahirkan di RS. Al-Fatah, Ambon! FPI hanya mencoba memerangi kemaksiatan untuk meraup "uang perlindungan", sebab jika mereka memang ingin "menyucikan umat", maka rumah "Amin Rais" harus dirusakkan dan dijarah, karena perselingkuhannya! Jari-jari tangan keluarga Cendana, Ginanjar Kartasasmita, Akbar Tanjung, Fuad Bawazier, Adi Sasono, dan para "koruptor" lain yang merajalela di dalam negara ini, sudah lama habis dari tangan mereka, dan AM.Fatwa serta Ahmad Sumargono, sudah lama lenyap dari peredaran, karena dusta dan kebodohan mereka telah mempermalukan dan menistai Islam! Syariat Islam yang mereka perjuangkan, hanyalah "kendaraan politik busuk mereka", untuk menggilas umat non-Muslim, karena mereka tidak bisa bersaing secara jujur untuk mengenggam sepotong tongkat kekuasaan dan beberapa lembar kertas bertuliskan angka-angka! Jika anda kurang yakin, bayangkanlah jadi apa sekarang orang-orang sejenis AM.Fatwa, Ahmad Sumargono, Jaffar Umar Thalib dan Rizieq Shihab, jika mereka "beragama Kristen"!?

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-10-19
Saya katakan, syariat Islam, yes! Tapi perjuangan syariat Islam nanti dulu," ia menambahkan.

JOSHUA:
Mengapa dr. Alex Manuputty harus ditangkap dan disidangkan, sementara, "pemrakarsa dan penghasut penghapusan Dasar Negara" seperti ini, bebas dari dakwaan "melakukan makar"? Karena dia Muslim, dan Muslim adalah mayoritas? Atau karena dia adalah seorang "Sekretaris MUI"? Bagimana kalau si Din Syamsuddin ini adalah "Sekretaris Umum PGI"? Manakah yang sangat berbahaya bagi "keutuhan NKRI", "menghasut satu Propinsi utk. keluar dari NKRI", ataukah "menghasut umat Islam untuk menggantikan Dasar Negara, yang bisa membelah dan menghancurkan NKRI dari dalam"? Kegiatan dr. Alex Manuputty mungkin bisa menyebabkan Maluku memperoleh kemerdekaannya yang dirampas oleh RI secara ilegal, pada tahun 1950, tetapi "hasutan Sekretaris MUI ini akan mungkin menyebabkan "beberapa Propinsi seperti Sulut, Irja, NTT, dll., bergolak untuk keluar dari NKRI"!!

***Mengapa Ibrahim boleh, sedangkan Abraham tidak boleh?***

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-10-19
Kepada wartawan Din juga mengatakan, sekarang ini muncul Soekarno baru. Ini berkaitan dengan maraknya aksi unjuk rasa anti-AS di Indonesia. "Dulu yang menentang AS adalah Bung Karno. Kemudian tidak ada lagi bangsa Indonesia yang menentang AS. Dan baru kali ini gelombang masyarakat menentang AS muncul lagi. Itulah Soekarno baru," tuturnya.

JOSHUA:
Seorang Sekretarits "Majelis Ulama", seharusnya tidak berakhlak serendah ini, sehingga tega "menipu umat", dan seorang Profesor Doktor tidak seharusnya tega "membodohi umat", demi kelancaran penyebaran niat busuknya! Soekarno adalah seorang "nasionails sejati", yang menentang AS atas dasar "kebanggaan kebangsaannya yang meluap-luap"! Soekarno tidak menentang AS karena Syariat Islam, dan demo anti-AS sekarang ini juga bukan karena Syariat Islam! Sekretaris MUI ini sedang "menipu umat", "membodohi umat", dan "memanipulasi pikiran umat", untuk "mengisi bahan bakar pada kendaraan politik mereka, Syariat Islam"!

Prof. Dr. Din Syamsuddin menggunakan Soekarno untuk menimbulkan antipati umat terhadap AS di satu sisi, dan menyuburkan "loyalitas buta" terhadap negara-negara Arab, di sisi lain! Padahal, MUI tahu persis bahwa "Muslimah Indonesia" diperlakukan sebagai "manusia" di AS, sementara "Muslimah Indonesia" diper lakukan seperti "binatang" di Arab sana! Sepak terjang MUI seperti ini tentu kait-mengait dengan tujuan sampingan dari para pemekik Syariat Islam, yaitu untuk menunjang berdirinya "kolonialisme Arab" atas Indonesia! Proyek ini sudah lama digembar-gemborkan "Ali Alhabsyi", bapak dari si "Husein Alhabsyi", di Ambon! Setelah "sebagian turunan Arab" yang tetap berorientasi ke Arab, berhasil memasuki dan menguasai sektor formal dalam negara ini, mereka berusaha juga untuk masuk dan menguasai sektor informal (perekonomian, dll), dengan memilih warga negara yang sah, "keturunan Tionghoa, sebagai sasaran hasutan dan fitnahan mereka", dengan dalih utama, "kesenjangan sosial-ekonomi"! Melalui "tipuan dan hasutan anti-Barat dan anti-Cina" inilah, mereka merambah jalan bagi berdirinya "kolonialisme Arab" di Indonesia!

Salah satu dusta besar dari para pemekik Syariat Islam ini adalah dengan "menyamakan rezim Taliban dengan Mujahidin Afganis tan", padahal yang layak disebut sebagai "Mujahidin Afganistan, adalah Aliansi Utara" yang menentang rezim Taliban! Taliban sendiri adalah "rekan seperjuangan Mujahidin Afganistan, yang berkhianat karena keserakahan mereka akan kekuasaan! Kenyataan ini mungkin juga sengaja disembunyikan oleh si "Al Ustadz-Jaffar Umar Thalib", dengan mengajukan berbagai alasan dungu untuk tidak berjihad dengan Taliban!

Jika anda akrab dengan cerita Mahabarata, maka anda akan melihat bahwa yang muncul saat ini "bukan" Soekarno-Soekarno zaman reformasi, seperti kata Prof. Dr. Din Syamsuddin! Yang lahir adalah "Durna-Durna baru" yang merajalela dan merusuhi negara ini dengan "menunggangi Agama"!!!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-10-19
Abangan

Sementara itu menyadari bahwa selama ini Muhammadiyah melupakan umat 'Islam abangan' yang banyak terdapat di Yogyakarta dan Jawa Tengah, maka program terdekat Muhammadiyah adalah menggarap kalangan Islam abangan ini. "Selama ini dakwah Muhammadiyah tidak menyentuh kalangan Islam abangan. Karenanya dalam waktu mendatang kami akan lebih serius untuk menyentuh kalangan itu," kata Din yang juga salah seorang pengurus Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. yli

JOSHUA:
Apa yang ada di dalam benak jahad di Din Syamsuddin, dibalik ungkapan "menggarap umat Islam abangan", adalah "menipu, membodohi, menghasut", dan memanipulasi pikiran mereka untuk memperkuat "barisan pejuang makar berdalih Islam", yang menggerogoti Dasar Ngara untuk membangun "imperialisme Agama", dan memperkuat "barisan pejuang loyalitas buta", untuk melakukan makar berdalih Islam, demi meratakan jalan bagi "kolonoalisme Arab atas Indonesia", sambil memekikkan slogan-slogan anti-Barat dan anti-Cina, dan tentunya "anti-Kristen" juga!

Apakah para "pendatang ilegal" di dalam suatu negara berdaulat, mempunyai hak dan jaminan Hukum untuk melakukan unjuk rasa di dalam negara tersebut? Para pengungsi Afganistan, Irak dan Iran sudah melakukannya di dalam teritorial NKRI yang ber daulat! Selamat merenung Indonesia!

Salam Sejahtera!!!

JL.

Received via email from: Alifuru67@egroups.com

Copyright © 1999-2001  - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/baguala67
Send your comments to alifuru67@egroups.com