The Cross
Under the Cross

Listen to the News
English
Indonesian
Search
Archives
Photos
Pattimura
Maps
Ambon Info
Help Ambon
Statistics
Links
References
Referral

HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67

Copyright ©
1999/2001 -
1364283024
& 1367286044


Ambon - Island 

 

AMBON Berdarah On-Line
About Us

 

 

  Ambon Island

  Ambon City

 

 

   Latupatti

  Want to Help?

KOMPAS, Senin, 29 Oktober 2001

Maluku Tenggara, Paling Cepat Pulih

SUSTER Fransisco dengan institusinya, Rinamakana, lembaga pengembangan sosial ekonomi masyarakat bawah, menyelamatkan banyak orang dari kesusahan akibat konflik di Maluku.

"Sejak 1966 kami bekerja untuk memberdayakan masyarakat bawah. Banyak orang merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Padahal mereka sebenarnya tidak miskin, bila bekerja keras, bisa maju. Kami berusaha mengembangkan kemampuan tiap orang agar dapat menanggung kebutuhan keluarganya. Prinsipnya sisihkan uang sedikit, sewaktu-waktu dapat dipergunakan untuk modal," kata Fransisco.

Pada saat arus pengungsian menjadi-jadi, Fransisco menyalurkan bantuan bahan pokok, susu untuk anak-anak, beasiswa untuk anak-anak sekolah, maupun alat-alat pertanian dan bibit tanaman. Mereka yang sudah dikenal diberi kredit usaha. Jumlahnya tidak banyak. Kredit pertama hanya sekitar Rp 50.000 sampai Rp 100.000. Mereka diwajibkan mengangsur kredit Rp 2.000 tiap hari.

"Kesalahan yang dibuat oleh banyak LSM dengan dana bergulir, mereka memulai dengan memberikan jumlah kredit yang besar. Akibatnya kredit jadi macet. Kita tidak boleh mendidik orang menjadi tidak jujur. Membiarkan orang tidak mengembalikan kredit atau memakai untuk keperluan lain-lain," kata Fransisco.

Fransisco kemudian berinisiatif membuka kios-kios kaki lima di depan biara di Jalan Pattimura. Kini sepanjang ruas jalan itu penuh dengan puluhan kios kaki lima dengan peputaran uang mencapai belasan juta per hari.

Di tempat-tempat pengungsian ia juga membuka kios-kios untuk mendorong pengungsi mengembangkan usaha. Ratusan orang diselamatkan dengan pola tersebut. "Penanganan trauma yang paling penting diberikan kepada pengungsi adalah memberikan pekerjaan. Dengan begitu mereka sibuk dan tidak memikirkan yang lain-lain," kata Fransisco.

Dari gereja Protestan, Ny AD Hehahia aktif mengoordinasi kegiatan-kegiatan di pengungsian, pembinaan mental anak-anak, dana bergulir, dan kegiatan rekonsiliasi. Pembinaan mental dilakukan melalui permainan, kegiatan paduan suara, atau perlombaan untuk anak-anak, baik di gereja, sekolah, maupun lokasi pengungsian. "Perempuan mempunyai potensi besar untuk ikut menyelesaikan konflik. Mereka bisa mempengaruhi keluarga dan mendidik anak-anak. Perempuan perlu diberdayakan agar lebih berperan dalam menyelesaikan konflik.

Perempuan dan anak-anak, kata Hehahia, banyak yang menjadi korban akibat konflik. Setelah suami kehilangan pekerjaan, perempuan yang dulunya dalam mencari nafkah hanya sekadar membantu, kini justru sangat berperan dalam ekonomi keluarga. Pasar dan kios-kios kini dipenuhi oleh ibu-ibu.

"Ada keuntungan dari perubahan ini. Perempuan jadi lebih menentukan masa depan keluarga. Bila dulu hanya menerima, kini karena langsung terlibat dalam menghidupi keluarga, mereka bisa menentukan penggunaan kebutuhan keluarga," kata Ketua Komisi Wanita Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) itu.

***

"SAYA orang dagang. Prinsip saya, bekerja baik-baik supaya bisa memberikan kesempatan kepada anak-anak muda berusaha dan bekerja, jangan jadi pengangguran. Kalau mereka punya kesibukan, ngapain berkhayal macam-macam," ujar Lela Suad, 50 tahun, pengusaha yang tinggal di ruko Batumerah, Ambon.

Lela terlibat aktif dalam berbagai pertemuan resolusi konflik di berbagai daerah. Ia terjun sebagai aktivis perempuan dan menjadi salah satu pengurus Keluarga Besar Masyarakat Maluku Tenggara (KBMMT). Organisasi ini lahir di Jakarta dalam pertemuan masyarakat asal Maluku Tenggara. Bertolak dari kesepakatan di Jakarta, mereka terjun ke masyarakat Maluku Tenggara, mendekati tokoh-tokoh adat, untuk membuat kesepakatan mengakhiri konflik. Kegiatan ini membuahkan hasil nyata.

Maluku Tenggara merupakan daerah konflik yang paling cepat pulih. Ketika konflik di Maluku Tengah dan Maluku Tenggara masih memanas, masyarakat Kristen dan Muslim Maluku Tenggara dapat kembali hidup berdampingan tanpa ada penyekatan atau barikade-barikade di jalan.

KBMMT mulai melebarkan pengaruhnya di Ambon. Mereka dapat diterima berbagai kelompok di Ambon sehingga masyarakat Kristen dari Maluku Tenggara pun dapat menggunakan Pelabuhan Yos Sudarso dengan pengawalan satgas KBMMT pada saat tiba atau bertolak dari pelabuhan di kawasan Muslim itu.

Lela juga terlibat dalam berbagai kegiatan kemanusiaan, seperti menangani pengungsi, pembinaan anak-anak, maupun terjun langsung dalam mencari upaya penyelesaian konflik. "Saya kurang tertarik dengan sumbangan-sumbangan dari negara asing. Saya selalu singkirkan yang namanya minta-minta. Lebih baik saya bekerja sekuat tenaga dengan kantung sendiri. Banyak LSM di sini bukannya duduk bersama membantu masyarakat tetapi justru berebut mengajukan proposal," kata Lela.

Ia mengingatkan agar mereka yang bergerak dalam kegiatan resolusi konflik bekerja dengan murni untuk melayani masyarakat, bukan untuk mencari duit atau pengaruh. Aktivis yang bergerak dalam resolusi konflik di Maluku, kata Lela, sangat kurang, sedangkan pekerjaan yang harus diselesaikan begitu banyak. Menurut Lela, meski pertikaian massal dan kekerasan cenderung menurun namun boleh jadi para provokator sedang mencari cara baru untuk menggerakkan masyarakat.

"Tokoh rekonsiliasi harus tahu bagaimana bermain. Mereka harus tahu kapan harus maju, kapan harus mundur. Kalau memaksakan keadaan, pasti akan gagal," kata pengurus Koperasi Distribusi Maluku itu. (wis)

© C o p y r i g h t   1 9 9 8   Harian Kompas


Copyright © 1999-2001  - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/baguala67
Send your comments to alifuru67@egroups.com