
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67
Copyright ©
1999/2001 -
1364283024
& 1367286044
|
|
Front Kedaulatan Maluku Dituduh Dalangi Pertemuan Adat di
Pulau Seram
Hilversum, Selasa 04 September 2001 07:15 WIB
41 orang sudah dibebaskan dari tahanan polisi di Masohi, Pulau
Seram, sementara delapan lainnya masih ditahan. Mereka ditahan
karena terus menghadiri pertemuan adat, sementara sudah keluar
surat pembatalan ijin mengadakan upacara adat. Upacara adat itu
konon dibatalkan karena keterlibatan politis, Front Kedaulatan
Maluku, FKM. Menurut Ketua FKM, Alex Manuputty, tuduhan ini
tidak benar. Manuputty menambahkan polisi dan tentara justru
melakukan tindakan kekerasan terhadap 49 orang yang ditahan.
Karena itu lewat tim advokasi LBH Maluku, FKM berniat untuk
mengajukan gugatan ke pengadilan. Ikuti keterangan Alex
Manuputty kepada Radio Nederland:
Alex Manuputy [AM]: Persoalan upacara adat itu disponsori
langsung oleh tua-tua adat. Itu jauh sebelumnya sudah
dibicarakan di TVRI maupun di surat khabar, akan diadakan suatu
rekonsiliasi antara islam dan nasrani, direncanakan tgl 30. Jadi,
prosesnya itu berjalan sebelum tgl 30. Acara adat itu
dimana-mana tidak perlu mendapatkan ijin dan itu diatur dalam
undang-undang. Hanya pemberitahuan. Tapi dengan ikhtikad baik
tua-tua adat, mereka memohonkan ijin dan ijin itu diberikan itu
diberikan Polsek. Ijin keluar tgl 28. Jadi, pada tgl 29 malam, surat
pembatalan ijin tanpa sebab. Menurut mereka, acara adat itu
ditunggangi oleh FKM, Front Kedaulatan Maluku.
Radio Nederland [RN]: Surat pembatalan itu dari siapa?
[AM]: Dari polisi juga. Pada tgl 30 pagi, acara adat itu yang tediri
dari tua-tua adat maupun raja-raja adat, masyarakat,
masryarakat FKM diundang menghadiri, pada saat itulah, tentara
dibawah pimpinan B Hutahuruk, melakukan penyiksaan dan
penganiayaan terhadap semua masyarakat yang hadir pada saat
itu, 49 orang.
[RN]: Siapa saja mereka itu pak?
[AM]: Tua-tua adat, raja-raja adat, kemudian masyarakat adat
itu sendiri, plus aktivis FKM yang diundang di dalamnya.
[RN]: Ada berapa aktivis FKM yang ditahan?
[AM]: Kurang lebih sisa delapan di Masohi. Pokoknya sampai
babak belur, pokoknya dipukul di Waisarisa dibawa ke Polsek
Kairatu juga dipukul, kemudian waktu penyeberangan dari Kariatu
ke Masohi juga dipukul di sungai Sala. Jadi, seluruh
dokumen-dokumen itu dihancurleburkan. Mereka mengadakan
pengejaran juga terhadap masyarakat setempat. Pokoknya yang
mau menghadiri acara itu dikejar-kejar. Dan sampai sekarang pun
dikejar. Saya kebetulan dengan rombongan tiba jam 11.00
dengan 20 anggota FKM lainnya ditambah dengan dua wartawan
Siwalima dan Suara Maluku. Ternayta waktu kita tiba, kita
dikepung tentara. Dan mereka memundurkan mobil sampai ke
pinggir pantai untuk kita diangkat dan mau dipukul. Ternyata
setelah ditelusuri, saya ada di dalamnya, ketua FKM. Kita
mengadakan bantahan, mereka tidak mau lagi, mereka suruh kita
segera pulang supaya kita tidak mengetahui apa yang terjadi
beberapa jaum sebelum tibanya kita di sana. Jam satu, kami
kembali. Wartawan dua ini minta tinggal untuk meliput keadaan.
Menurut hemat kami, tidak ada pemukulan terhadap wartawan.
Ternyata waktu kami lepas berangkat, semua wartawan itu
disiksa sampai kepala bocor-bocor. Jadi, prosesnya kami sudah
teruskan ke lembaga internasional, lembaga bantuan hukum
Maluku juga sudah ambil-alih, mereka sudah turunkan tim ke
Waisarisa, dan sekarang tim advokasi masih tinggal di Masohi.
[RN]: Apakah polisi mampu memberikan alasan?
[AM]: Tidak alasan. Berdasarkan tim investigasi yang baru pulang
tadi dari Waisarisa, Polsek sendiri tidak mampu memberikan
pembelaan terhadap polisi.
Yang salahnya menurut polisi tindakan kekerasan yang dilakukan
terhadap masyarakat adat itu. Itu salah menurut polisi. Tapi
mereka sendiri tidak mampu berbuat sesuatu karena tentara
sudah dengan kekerasan dengan sangat.
[RN]: Siapa yang beri perintah kepada tentara?
[AM]: Menurut yang kami wawancara di pinggir pantai, menurut
perintah atasan, itu saja. Kita akan gugat di pengadilan, kalau
bisa sampai di tingkat internasional.
Demikian wawancara dengan Alex Manuputty, koordinator FKM.
© Hak cipta 2001 Radio Nederland Wereldomroep

Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/baguala67
Send your comments to alifuru67@egroups.com
|