The Cross
Under the Cross

Listen to the News
English
Indonesian
Search
Archives
Photos
Pattimura
Maps
Ambon Info
Help Ambon
Statistics
Links
References
Referral

HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67

Copyright ©
1999/2001 -
1364283024
& 1367286044


Ambon - Island 

 

AMBON Berdarah On-Line
About Us

 

 

  Ambon Island

  Ambon City

 

 

   Latupatti

  Want to Help?

Tidak Perlu Jihad ke Afganistan, Tapi Front Pembela Islam Akan Serang Warga Dan Aset-Aset Amerika

Hilversum, Selasa 09 Oktober 2001 08:15 WIB

Intro: Perang terhadap Taliban di Afganistan sudah dimulai. Apakah sekarang masih beralasan mengirim pasukan jihad ke Afganistan? Bagi Front Pembela Islam, FPI, Amerika Serikat dan sekutunya tetap harus dilawan. Caranya, dengan jihad ke Afganistan, menyerang warga Amerika dan asetnya di Indonesia dan tentu dengan berdoa. Habib Muhsin Alatas, Sekretaris Majelis Syuroh Front Pembela Islam, FPI, kepada Radio Nederland.

Habib Muhsin Alatas (HMA): Ya, kita akan terus berusaha terutama kita akan mengimbau kepada pemerintah agar pemerintah menutup hubungan terhadap Amerika dan sekutu-sekutunya.

Radio Nederland (RN): Tetapi juga ada berita atau desas desus ada kelompok-kelompok yang akan menyerang aset-aset AS seperti kedutaan Amerika. Bagaimana itu, habib?

HMA: Saya kira itu merupakan reaksi. Sekarang sudah nyata. Kemarin kita nyatakan, kalau seandainya Amerika itu menyerang, kita akan berbuat itu. Sebagian daripada komponen umat Islam, tidak hanya FPI saja, tapi siapa saja ormas Islam yang ada di Indonesia ini akan mempunya reaksi. Dan kita tidak tahu kapan akan berlaku itu.

RN: Jadi belum ada rencana kongkret untuk menyerang aset-aset Amerika?

HMA: Setiap saat sudah bisa berjalan. Setiap saat bisa terjadi. Dan selama ini kita kan tidak mau betrok sama pemerintah. Sekarang ini ada indikasi bahwasanya pemerintah mengadu domba umat Islam Indonesia.

RN:
Kembali kepada keinginan untuk menyerang aset-aset AS, apakah itu tidak bertentangan dengan asas melindungi warga sipil?

HMA: Saya kira itu kan suatu reaksi, suatu risiko. Bahkan mereka telah melakukan tindakan anarki terhadap orang-orang sipil di sana, terhadap orang Indonesia kan, terhadap orang muslim terutama. Itu sudah nyata. Kalau itu yang dilakukan, maka kita juga akan berbuat seperti itu.

RN: Sampai di mana tekad anda untuk menghadapi sikap Amerika ini?

HMA: Ya kita akan mengupayakan segala sesuatu yang bisa kita miliki. Apa yang bisa kita lakukan, akan kita lakukan. Bahkan dengan doa pun kita akan berdoa. Mudah-mudahan Amerika akan ditunjukkan oleh Tuhan Yang Mahakuasa bahwa Amerika adalah pihaknya yang salah, dan pihak sebagai agresor dan teroris.

Demikian Habib Muhsin Alatas Fron Pembela Islam.

Sebaliknya, cendekiawan muslim, Ulil Abshar-Abdallah, berpendapat karena tidak beralasan jihad itu tidaklah perlu:

Ulil Abshar Abdallah (UAA): Menurut saya tidak perlu. Karena apa pengaruhnya kita ikut berjihad ke sana itu? Karena, menurut pengertian Islam jihad itu bukan suatu tindakan yang ngawur atau bunuh diri, tapi suatu tindakan yang diperhitungkan secara matang. Kalau kita ke sana apa
reasoningnya (alasan, red). Lebih dari sekadar membela atau setia kawan terhadap saudara-saudara muslim yang mengalami penindasan gitu? Itu yang pertama. Yang kedua, kalau alasannya adalah karena Taliban diserang, dan itu adalah menyerang Islam, saya kira tidak tepat. Karena Taliban bukan merupakan wakil dari Islam. Taliban ya Taliban. Kalau Amerika menyerang Taliban itu nggak ada urusannya dengan menyerang Islam.

RN: Masalahnya orang-orang yang berpikiran seperti Anda ini persentasenya kan sangat sedikit. Dan terlalu banyak pendapat umum yang mengadakan bahwa serangan terhadap Taliban adalah serangan terhadap Islam. Padahal di satu sisi Amerika justru juga membantu Aliansi Utara yang juga orang Islam. Dan bagaimana untuk menjernihkan ini?

UAA: Menurut saya orang Islam harus berpikir secara jernih dan membedakan antara banyak hal. Artinya tidak boleh menyamakan Taliban dengan Islam atau Amerika dengan Barat, atau antara pemerintah Amerika dengan orang Amerika. Karena pemerintah Amerika kan punya kebijakan yang belum tentu disetujui oleh warga Amerika sendiri. Satu contoh yang kongkret, sikap orang katolik di Amerika lebih bernuansa, tidak tanpa reserve (syarat, red) kepada pemerintahan Bush. Itu beda sekali dengan dukungan orang protestan misalnya. Jadi nggak fair kalau kita memperlakukan warga Amerika seolah-olah sama dengan pemerintah Amerika, sehingga perlu disweeping (disapu, red) di mana-mana.

RN: Sekarang perang sudah berlangsung. Apakah anda melihat Taliban itu akan melunak sikapnya untuk kembali ke meja perundingan?

UAA: Menurut saya Taliban harus dipaksa memang. Ini pemerintahan yang menurut saya tidak normal. Taliban harus dipaksa mengikuti standar internasional dalam hal hak-hak sipil. Kemudian di dalam hal perlakukan terhadap agama-agama lain, kaum minoritas, kaum perempuan dan sebagainya, itu harus dipaksa masuk ke situ. Dan juga saya percaya bahwa Taliban itu menjadi basis yang mensponsori gerakan-gerakan teroris memang. Alasannya apa, buktinya mana, saya tidak bisa mengatakan dalam wawancara ini. Menurut saya negara seperti ini, kalau tidak dipaksa masuk di dalam satu diplomasi internasional yang
peaceful (damai,red), itu akan menjadi sumber permasalahan terus menerus. Nggak bisa dong kita membiarkan negara seperti ini mengganggu terus.
Saya sendiri sebagai orang muslim terganggu dengan pemerintahan Taliban ini. Talilban itu memberikan contoh suatu Islam yang keras, yang seolah-olah menggunakan senjata sebagai alat untuk memaksakan kehendaknya.

Demikian Ulil Abshar-Abdallah.

© Hak cipta 2001 Radio Nederland Wereldomroep


Copyright © 1999-2001  - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/baguala67
Send your comments to alifuru67@egroups.com