|
|
'Cerai' dari Hamzah Haz, Megawati konon Diajak Rujuk Gus Dur Hilversum, Jumat 12 Oktober 2001 06:00 WIB Intro: Tidak banyak yang menduga bahwa hubungan Gus Dur dan Megawati yang sudah putus itu bakal pulih kembali. Kata kuncinya adalah 'tiwikrama' istilah dari dunia wayang yang digunakan Gus Dur untuk menarik Megawati. Apa sebenarnya yang ingin diraih Presiden RI keempat ini? Koresponden Syahrir mengirim laporan berikut dari Jakarta: Pengamat politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Dr Riswandha Imawan kemarin menyatakan, kini muncul kecenderungan berbagai demonstrasi menentang Amerika digunakan untuk menjatuhkan Presiden Megawati Soekarnoputri. Ia berharap masyarakat Indonesia tidak mudah terombang-ambing oleh situasi yang sebenarnya tidak relevan untuk bangsa ini, agar bisa keluar dari krisis ekonomi. Selain Riswanda, beberapa tokoh masyarakat pun sudah berbicara menanggapi demo-demo anti Amerika akhir-akhir ini. Ketua DPA Achmad Tirto yang dahulu menjabat Ketua ICMI menolak pemutusan hubungan dengan AS. Demikian pula Ketua Umum Muhamadiyah Syafii Maarif. Riswandha Imawan berharap bangsa Indonesia jangan sibuk berdemonstrasi saja sehingga investor asing akan hengkang. Ia juga menyesalkan bahwa saat ini sudah ada usaha-usaha yang mengganggu pemerintahan Megawati. Misalnya, sekarang sudah ada tuduhan Megawati berkolaborasi dengan AS. Ketua DPR Akbar Tandjung pun menyatakan, desakan beberapa kelompok masyarakat untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat, perlu dipikirkan secara matang karena akan berdampak negatif terhadap kelangsungan pembangunan. Meski ada pandangan-pandangan yang pragmatis, namun hingga kemarin ribuan mahasiswa Islam masih mendatangi kedutaan AS dan Istana Merdeka menuntut pemutusan hubungan diplomatik. Namun seperti biasa, Presiden Megawati masih belum bersuara. Baru menteri Kehakiman Yusril Ihza Mahendra yang sudah mengutarakan pendapatnya. Ia menegaskan, pemerintah akan menyelidiki tuduhan Amerika bahwa ada jaringan Usamah Bin Laden di Indonesia. Berbeda pula dengan Gus Dur yang dahulu ketika di demonstrasi ribuan massa Islam langsung mengerahkan demo tandingan oleh pemuda NU, maka Megawati hingga kemarin belum berbuat apa-apa. Hanya sekitar 50 orang mahasiswa nasionalis saja yang mendatangi Kedutaan Amerika dalam rangka menentang aksi sweeping. Kalau Mega bisa mengerahkan 5000 massa anti sweeping tentu kelompok ini dalam waktu singkat dapat menarik dukungan mahasiswa dan buruh industri pariwisata untuk mendukung mereka. Hingga kini barulah KSAD Jenderal Endriartono yang bersuara dengan mengatakan bahwa TNI harus dilibatkan dalam keputusan untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Amerika. Yang juga menarik adalah dukungan Gus Dur untuk Megawati. Padahal semula para pengamat politik menduga karena jengkel kepada Amerika Serikat dan Megawati Gus Dur tidak akan mempedulikan nasib Megawati. Mantan presiden ini menyatakan "Jangan 'tiwikrama' pada Megawati karena Indonesia bisa hancur." Abdurrahman Wahid dengan tegas menyampaikan pesan pada anggota Partai kebangkitan Bangsa (PKB) agar ikut menjaga kewibawaaan pemerintah. Di sisi lain Gus Dur juga mengatakan bahwa dia akan menjaga sekuat kuatnya agar tidak ada pihak yang akan melakukan 'serangan' kepada Megawati. "Jangan sampai ada yang tiwikrama kepada Megawati. Jika terjadi, Indonesia bisa ambyar," ujar Gus Dur ketika memberi sambutan pada pembukaan Musyawarah Wilayah PKB Daerah Istimewa Yogyakarta. Kata tiwikrama itu berasal dari dunia pewayangan. Tokoh Kresna jika sedang bertiwikrama artinya marah besar maka ia akan mengubah dirinya menjadi raksasa maha besar yang sakti. Raksasa hasil tiwikrama itu akan mengamuk dan membabat habis musuh-musuhnya. Dalam hal tiwikrama versi Gus Dur itu, ia memang menyatakan kecintaannya kepada Megawati sehingga ia akan berusaha menjaga agar tidak ada pihak yang melakukan tiwikrama terhadap Megawati. Sementara kata ambyar itu bermakna hancur. Gus Dur pun mengingatkan PKB agar tidak ikut-ikutan kembali ke masa lampau. Maksudnya PKB jangan kembali ke Piagam Jakarta. "Jangan sampai kita masih mendorong mobil mogok, dan mobilnya justru jalan dan kita yang tertingga," kata Gus Dur. Dengan sikap Gus Dur ini mungkinkah Dwi Tunggal Mega-Gus dur bisa pulih kembali? Ini nampaknya banyak tergantung dari Megawati yang harus ikut memperhitungkan faktor external. Untuk sementara ini Megawati mengutamakan kembali eratnya hubungan dengan fraksi-fraksi di DPR RI. Mega mungkin melihat bahwa gerakan-gerakan Islam yang berdemonstrasi akhir-akhir ini berasal dari gerakan-gerakan yang tidak berakar di parlemen. © Hak cipta 2001 Radio Nederland Wereldomroep
|