|
|
Kekerasan Sulawesi, Benarkah Ada Upaya Goyang Megawati? Hilversum, Rabu 24 Oktober 2001 07:15 WIB Intro: Sulawesi bergerak, begitu di Minahasa muncul aksi menentang Usamah bin Laden, orang-orang Menado yang ada di Makassar menjadi sasaran amukan massa. Mengapa orang begitu mudah tersinggung? Benarkah ada kalangan yang memancing di air keruh? Koresponden Syahrir mengirim laporan berikut dari Jakarta: Lembaga Mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar menyatakan tidak bertanggung jawab atas aksi yang dilakukan oleh massa dan ratusan rekannya di depan kampus UMI, Jl Urip Sumoharjo, Makassar, Selasa kemarin. Menurut Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Teknik UMI Khusnul Pangerang kepada pers di Makassar, aksi yang dilakukan massa dan mahasiswa UMI itu adalah aksi spontanitas begitu melihat tayangan di sebuah TV swasta Selasa pagi tadi. Di situ menurut kalangan mahasiswa lain beredar selebaran yang menguraikan hasil liputan di TV itu. Di dalam selebaran itu dijelaskan, berdasar berita TV swasta itu, mahasiswa yang berdemo di Minahasa Sulawesi Utara telah menghina umat agama tertentu. Selebaran inilah yang membuat massa yang sebagian besar mahasiswa UMI melakukan penghadangan dan sweeping di depan kampusnya sendiri. Sementara itu, saat berita ini diturunkan, pukul 15.11 WIB, situasi di Jl Urip Sumoharjo, lokasi sweeping, kembali normal. Arus lalu lintas lancar kembali. Dua truk aparat dari Perintis Poltabes Makassar dipimpin langsung Wakapoltabes Makassar, Kompol Udayana, masih siaga. Salah seorang korban sweeping yang dipukuli massa yang dibawa ke RS 45 hingga saat ini belum sadar. Sedang korban yang berhasil melarikan diri masuk ke kantor Bosowa Berlian Motor bernama Wira, juga telah berhasil diselamatkan polisi. Dari Minahasa sendiri diberitakan aksi demo masyarkat Minahasa pro-Amerika Serikat yang digelar Senen lalu berawal dari keprihatinan terhadap insiden WTC 11 September lalu. Namun Kapolres Minahasa Ajun Komisaris Besar Polisi Henky Kaluara menyebutkan tidak ada unsur SARA dalam aksi unjuk rasa tersebut. Ia menganggapnya hanya sebagai spontanistas belaka yang diwujudkan masyarakat Minahasa atas peristiwa 11 September di New York. Di gedung WTC itu ada saudara mereka yang bekerja di sana, katanya. Sejumlah LSM menggelar doa bersama tetapi ada kelompok yang mendandani seorang mirip Usamah Bin Laden yang diikat pada sebuah tiang. Pers juga memberitakan soal bendera Israel, Amerika Sertikat dan Inggris yang dikibarkan massa. Para demosntran itu sebelumnya sudah meminta ijin dari pihak kepolisian. Pihak Polri pun menganggap semua kativitas tetap dipantau polisi. Mereka terdiri dari beberapa LSM dan kalangan veteran yang berkumpul di lapangan untuk memanjatkan doa. Dalam pemberitaan stasiun televisi swasta disebut bahwa para demosntran berasal dari generasi muda Permesta. Tetapi pihak ormas-ormas Permesta menyatakan tidak tahu menahu mengenai demonstrasi tersebut. Di Minahasa dewasa ini, puluhan ribu ex Permesta dikoordinasi oleh Korps Pembangunan Sulawesi Utara. Mereka dipimpin oleh pensiunan perwira Kostrad, Brigjen Suhendar. Ia sendiri mengaku kepada Radio Nederland sudah menyusun 36 satgas di seluruh Minahasa. Kekuatan riielnya sekitar dua brigade. Selain kelompok yang dipimpin perwira purnawirawan TNI ini ada juga yang dipimpin John Somba dari Laskar Rakyat. John Somba adalah mantan perwira Brigade 999 atau Tripple Nine yang dahulu dikenal sangat bengis dan menindas rakyat itu. Habib Husein Alhabsyi, Presiden Ichwanul Muslimin mencurigai ada permainan kalangan kiri di belakang gerakan-gerakan yang bermaksud mengadu domba pelbagai golongan ini. Sedangkan kalangan kiri di Jakarta justru mencium permainan Cendana di belakang pelbagai aksi di Indonesia, mulai dari Front Anti Kristen dan Pemurtadan, Front Permesta dan sebagainya. Bekas-bekas Permesta yang disebut-sebut sebagai penggerak demo pro Amerika di Sulawesi Utara tidak mungkin melakukan aksi-aksi semacam itu. Kalangan pemimpin Permesta yang menggelar Perjuangan Semesta di wilayah Indonesia Timur tahun 1957 sampai tahun 1961 menyatakan tidak tahu menahu soal aksi anti Usamah Bin Laden itu. Permesta yang memperjuangkan otonomi daerah tersebut didukung oleh warga daerah yang beragama Kristen mau pun Islam. Yang memimpin di Sulawesi Selatan dahulu ialah Saleh Lahade. Di Bolaang Mongondow, Raja Manoppo. Demikian pula di daerah-daerah seperti Gorontalo dan Maluku Utara, tokoh-tokoh Islam yang giat memperjuangkan Permesta. Bahkan kampung Arab di Mando pun ikut menyiapkan pasukannya ketika pasukan Permesta menyerbu Morotai di Maluku Utara. Para pemimpin Permesta seperti Ventje Sumual justru tidak menyenangi Amerika khususnya Partai Republik, partainya Presiden George W. Bush. Alasannya, Amerika yang tadinya mendukung perjuangan Permesta tiba-tiba berbalik arah dan mendukung pemerintahan Soekarno. Akibatnya ribuan tentara Permesta menjadi korban karena Eisenhower dan Nixon mempersenjatai tentara Jakarta dengan senjata-senjata yang moderen. Karena itu Ventje Sumual mengatakan, jangan sekali-kali percaya pada mulut manis Amerika Serikat yang pada hakekatnya berpikir sebagai pedagang-pedagang saja. Habib Husein Al Habsyi yang berasal dari Maluku, mencurigai pula orang-orang dari yayasan-yasan muslimin yang katanya digerakkan orang-orang kiri. Yang juga dipertanyakan orang, mungkinkah aksi-aksi demo akhir-akhir ini dimaksudkan untuk menggoyang pemerintahan Megawati? Seorang pemimpinj Ormas Islam yakin akan hal itu. "Jelas mereka mau menggoyang Mega", katanya. Sedangkan Husein Umar dari DPP PPP menyatakan kepada pers, memang ada juga kelompok-kelompok yang tidak begitu mendukung Megawati. Tetapi aksi-aksi dari gerakan Islam itu murni. Namun dikemukakannya, penilaian kerja Mega selama 100 hari menunjukkan belum optimal. Megawati belum memberikan harapan-harapan bagi perubahan. © Hak cipta 2001 Radio Nederland Wereldomroep
|