The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Penyelidikan Mengarah pada Rencana Pembunuhan Pendeta


Suara Pembaruan, 15 November 2001

Kasus Peledakan Gereja Petra

Penyelidikan Mengarah pada Rencana Pembunuhan Pendeta

JAKARTA - Ketua Tim Khusus Anti-Teror dan Bom Polda Metro Jaya, Carlo B Tewu mengatakan, kepolisian belum menemukan tiga dari lima tersangka pelaku peledakan bom di Gereja GPIB Petra, Koja, Jakarta Utara, Jumat (9/11) malam. "Kami masih melakukan pencarian terhadap ketiga tersangka tersebut,'' katanya kepada wartawan di Jakarta, Rabu (14/11).

Tersangka yang masih buron yakni Aryanto Aris, pemimpin pengeboman dan rekannya Bilal. Seorang lagi belum diketahui identitasnya. Mereka bertiga melarikan diri dengan menggunakan mobil Carry sesaat setelah peledakan bom. Sedangkan dua tersangka yang lain, masing-masing Ujang Aris dan Wahyu Handoko saat ini berada di tahanan Polda Metro Jaya.

Dijelaskan, Polda Metro Jaya sudah menerjunkan satu tim khusus untuk mengejar ketiga tersangka yang diindikasikan berada di Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Tim khusus tersebut dibantu dan didukung penuh oleh kepolisian daerah setempat, yakni Polda Jawa Barat dan Polda Jawa Tengah. Seperti diberitakan, Polda Metro Jaya juga telah melakukan kerja sama dengan Polwiltabes Bandung untuk mengusut dan menangkap ketiga tersangka (Pembaruan, 13/11).

Empat Titik

Menurut Kadispen Polda Metro Jaya Komisaris Besar Anton Bachrul Alam, polisi telah menggerebek empat titik yang dicurigai sebagai tempat persembunyian ketiga tersangka, namun hasilnya belum diketahui.

Sementara itu, Kriminolog UI, Adrianus Meliala menanggapi mulai maraknya kembali aksi teror bom yang dilakukan oleh beberapa pihak menjelang berlangsungnya hari-hari besar agama pada tahun ini mengatakan, teror itu harus direspons secara hati-hati dan diwaspadai oleh pihak keamanan dan masyarakat.

"Memang, teror bom yang mengemuka saat ini terindikasi kuat mempunyai modus yang sama dengan kejadian tahun lalu,'' tutur Adrianus. Dia juga mengatakan, kewaspadaan dalam menyikapi teror tersebut sudah harus dilakukan sejak dini. Karena menurutnya, jika pihak kepolisian telah mengeluarkan pernyataan bahwa akan terjadi teror bom beberapa hari ke depan, itu mungkin saja terjadi.

"Jika polisi berkata demikian, hal itu tidak hanya asal omong, namun sudah dilengkapi data intelijen yang kuat dan akurat,'' ujarnya.

Ditanya bagaimana masyarakat menyikapi teror tersebut, Adrianus menyarankan agar masyarakat tidak skeptis terhadap aparat keamanan, melainkan mempercayakan masalah keamanan tersebut pada pihak yang berwenang yakni kepolisian.

Selain itu pengamanan swakarsa seperti malakukan siskamling dan sistem pengawasan terhadap orang yang baru tinggal di lingkungan masing-masing, juga perlu mendapat perhatian. Masyarakat hendaknya tidak ikut campur dalam penanganan yang sudah menjadi wewenang polisi, demikian Meliala.

Rencana Pembunuhan

Sementara itu Kepala Direktorat Reserse Polda Metro Jaya Kombes Pol Adang Rochjana menjelaskan, bom yang digunakan meledakkan berbagai sasaran di Jakarta, seperti pengeboman Gereja Petra pekan lalu, diduga dibawa dari daerah yang sedang bergolak seperti Aceh dan Ambon.

Dikatakan, peledakan bom di Gereja Petra belum bisa dikaitkan dengan kasus Ambon, meskipun data yang ada menunjukkan para pelaku pernah ke daerah yang bergolak itu.

"Berdasarkan keterangan korban, sasaran mereka hanyalah pendeta Noya dan Diane Akyuwen serta sejumlah anggota jemaat yang saat itu mengikuti kebaktian,'' kata Adang yang ditemui wartawan di Ruang kerjanya, Rabu (14/11) malam.

Kepolisian mempunyai cara tersendiri dalam mengungkap suatu jaringan pelaku tindak kejahatan. Polisi sudah mendata semua kelompok yang masing-masing mempunyai ciri yang digambar sesuai dengan cara dan apa yang menjadi tujuan tindakannya.

Bagi pelaku pengeboman di Gereja Petra, penyelidikan polisi masih mengarah pada tindakan kriminal yakni rencana pembunuhan terhadap kedua pendeta yang sedang memimpin kebaktian. "Kita sedang menggali mengapa kedua pemuda itu mau melanggar hukum dengan merencanakan pembunuhan terhadap orang lain,'' katanya.

Kedua pendeta itu, Noya dan Diane Akyuwen, sudah menjalani pemeriksaan sebagai saksi di Polda Metro, Rabu. "Memang kedua pendeta itu sudah diperiksa, namun saya belum mendapat laporan dari bawahan saya bagaimana hasilnya,'' kata Adang.

Banyaknya kasus bom dan permasalahan yang selama ini belum terselesaikan, antara lain diakibatkan oleh belum tersentuhnya akar permasalahan, di antaranya keterbatasan wewenang. Pada kasus ini, pihak kepolisian perlu bekerja sama dengan instansi terkait. "Penyelesaian yang melibatkan orang banyak seperti di Ambon perlu juga melibatkan tokoh agama guna menghindari paham yang sempit,'' kata Adang. (EL/YR/T-10)
 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/baguala67
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044