|
|
Diduga Akibat Persaingan Usaha Kerusuhan yang luput dari perhatian pers nasional ini tepatnya terjadi Senin (17/9) pukul 17.45-19.30 WIB. Sebanyak 300 orang tanpa diketahui sebabnya menyerbu Kampung Cipatuya dan langsung melakukan pembakaran dan pengrusakan. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa yang terjadi Senin (17/9) malam itu. Sebelumnya sempat beredar kabar ada empat warga meninggal, namun dibantah Kapolres Tasikmalaya, Ajun Komisaris Besar (Pol) Irsan Wijaya. "Tidak ada itu, yang ada hanya kerusakan beberapa puluh rumah warga saja," ujarnya kepada Koran Tempo. Hingga Selasa malam, pihak kepolisian mengaku belum mengetahui motif pasti penyebab kerusuhan itu. Namun, menurut Camat Karangnunggal, Iim Aminudin, kerusuhan terjadi akibat memanasnya persaingan antar-pengusaha kayu di daerah tersebut. "Sejak Sabtu pekan lalu perselisihan antarpengusaha sudah memanas," katanya. Ini dibenarkan seorang pengurus Gereja Advent, Roby Anteng. Gereja Advent adalah salah satu gereja yang terbakar. Polisi masih terus mengumpulkan informasi dan belum menetapkan tersangka. "Enam orang yang diperiksa sejauh ini berstatus sebagai saksi," ujar Kepala Bidang penerangan Umum Mabes Polri, Ajun Komisaris Besar (Pol.) Prasetyo. Aksi kerusuhan itu bermula ketika sekitar 50 pemuda yang tak dikenal warga Kampung Kalaksanan datang dengan mengendarai mobil. Mereka turun di sebuah lokasi, kemudian dengan garang, sambil membawa kayu, bersikap seolah hendak menyerang warga setempat. Para pemuda ini berteriak-teriak dengan nada menghasut mengajak warga setempat merusak dan membakar rumah serta gereja dan pabrik kayu. Tak lama kemudian terkumpul sekitar 300 orang yang lantas mengelilingi dua gereja yang ada di kampung tersebut. Mereka lalu mengobrak-abrik rumah warga lainnya. Kemarin, aparat kecamatan bersama aparat Polres Tasikmalaya mengevakuasi sejumlah warga yang kehilangan rumahnya dan sempat berlindung ke hutan. Sampai kemarin sore situasi Kampung Kalaksanan masih mencekam. Akibat peristiwa tersebut, sedikitnya 180 jiwa dari 59 KK kehilangan tempat tinggal. Untuk sementara mereka ditampung di Gedung Olah Raga (GOR) Kecamatan Karangnunggal. Sebagian lainnya terpaksa membuat tenda-tenda darurat di lapangan sekitar kecamatan. (upiek s/y tomi aryanto)
|