DEWA, 11 May 2006
Karisma Richard-Syarif Patahkan Megawati Soekarnoputri
BUKAN rahasia lagi, kalau karisma duet Richard Louhenapessy-Syarif Hadler, calon
Walikota dan Wakil Walikota Ambon yang diusung Partai Golkar dan PPP, dalam
proses Pilkada Kota Ambon, dibantai secara politik dalam sebuah grand skenario
yang melibatkan salah satu oknum senior Partai Golkar yang masih mau mencari
kesempatan di Ambon, Maluku.
Tidak salah kalau kader muda Partai Golkar Hamzah Sangadji yang kini menjadi
anggota DPR RI mempertanyakan bukti nyata apa yang sudah diperbuat untuk
Maluku selama oknum tersebut bercokol aktif di Partai Golkar. Dalam bahasa yang
lebih akademik barangkali oknum tersebut bolehlah dibilang sedang mengalami post
power sindrom.
Saya tahu persis Richard Louhenapessy, akan dibantai secara politik, karena ada
senior Golkar datang dari Jakarta dan berada di Ambon dan juga kader Golkar yang
ada di Ambon, membantai Richard Louhenapessy secara politis. Tetapi saya yakin,
kepemimpinan Kota Ambon akan ditentukan oleh rakyat, karena suara rakyat itu
adalah suara Tuhan," katanya.
Semakin jelas kalau senior dimaksud, bersama barisannya dalam momentum Pilkada
Kota Ambon ini, mereka merapatkan barisan untuk mendukung pasangan M. J.
Papilaja-Olivia Latuconsina, yang diusung oleh PDI-P pimpinan Megawati
Soekarnoputri.
Mantan Presiden RI ini, harus turun langsung berkampanye untuk
Papilaja-Latuconsina di hari terakhir, Selasa (9/5) lalu. Fakta memperlihatkan massa
datang berbondong-bondong menuju lapangan Merdeka Ambon.
Kisah sukses Papilaja-pun disuarakan dalam kampanye. Tetapi, cuma butuh waktu
satu hari, kehadiran Megawati Soekarnoputri untuk mendongkrak keberadaan
Papilaja-Latuconsina, langsung dipatahkan oleh karisma Richard
Louhenapessy-Syarif Hadler.
Hari Rabu (10/5) kemarin, massa pendukung Louhenapessy-Hadler, langsung
menjawab. Semua menyemut di lapangan merdeka. Secara kasat mata, jumlahnya
puluhan ribu orang melebihi jumlah massa yang hadir untuk Megawati Soekarnoputri
demi Papilaja-Latucoinsina.
Jadwal kampanye Louhenapessy-Hadler pada pukul 09.00 WIT yang kurang
menguntungkan dengan gangguan cuaca hujan lebat, ternyata tak menyurutkan
semangat dan tekad puluhan ribu pendukung Louhenapessy-Hadler.
Kata Jantje Wenno dan Afras Patisahusiwa, ketua dan sekretaris tim sukses Richard
Louhenapessy-Syarif Hadler, "Sungguh luar biasa. Puji Tuhan, dan kami dari tim RSC
patut memberikan apresiasi kepada warga kota yang datang. Ya, sungguh-sungguh
luar biasa."
Jelas terlihat kalau warga pendukung dari Nusaniwe, Sirimau dan Baguala, hanya
ingin tetap setia berada di belakang. Aura pemimpin berkarisma sulit untuk
dilumpuhkan hanya dengan konspirasi sakit hati.
Spanduk, stiker, yel-yel, dan nyanyian demokrasi terlihat spektakuler di beberapa
ruas jalan yang macet akibat iringan bising kendaraan roda dua dan roda empat, jadi
satu dengan pejalan kaki yang enteng melangkah masuk lapangan Merdeka hanya
untuk Louhenapessy-Hadler.
Husein Toisuta, kader Partai Golkar lainnya saat diusik soal ketidakhadiran Jusuf
Kalla dan Hamzah Haz pemimpin tertinggi Partai Golkar dan PPP, malah balik
bertanya, "Untuk apa?."
Sebagai Presiden beliau tidak bisa hadir. Kepercayaan sepenuhnya diberikan kepada
kader-kader di daerah untuk atur diri sendiri. Cukup beri laporan dalam kapasitas
Jusuf Kalla sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar.
Syarif Hadler, malah secara jujur mengatakan pimpinannya, Hamzah Haz tidak ingin
hadir karena bersama Louhenapessy semuanya menjadi beres. Itulah kepercayaan
penuh dari seorang pemimpin yang tahu kadernya bukan kader kodok. Lompat sana,
lompat sini. "Kalau anda berkarisma, tidak perlu ketua umum harus hadir," kata
Husein Toisuta," penuh makna.
Grand skenario pembantaian Richard Louhenapessy-Syarif Hadler untuk menjadi
Walikota dan Wakil Walikota Ambon, meminjam istilah tokoh agama sesepuh
Parkindo, Philip Litay dalam sebuah kesempatan diskusi, "Pemimpin yang tangguh
semakin menderita, mengalami kesulitan dan berada di tepi jurang, harus punya
keyakinan bahwa saat-saat itulah pertolongan justru semakin dekat." Apa yang
terjadi? Louhenapessy-Hadler ternyata dekat dengan rakyat. Basah kuyup, lumpur
becek di lapangan Merdeka, tetapi luar biasa massa pendukung tak peduli.
Semua berdecak kagum. "Terima kasih Tuhan, Thank You Lord," kata Yopi Latul.
"Bila ada ketulusan hati, badai isu apapun tak mempan melunturkan aura pemimpin
seperti Richard Louhenapessy-Syarif Hadler untuk pimpin Kota Ambon lima tahun ke
depan," yakin, Ongen Latuihamallo.
Itulah bukti daya tarik pemimpin yang berkarisma. Semakin dibantai secara politik,
justru ketokohannya makin tertancap, berdiri tegak di atas batu cadas. Rakyat tidak
ingin, rakyat tidak rela, pemimpin berkarisma seperti Louhenapessy-Hadler harus
disia-siakan di tengah carut-marutnya Kota Ambon dengan cerita segudang sukses
Papilaja yang bebas korupsi. Ada media malah berani menulis suci dari KKN.
Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Hamzah Sangadji dalam orasi politiknya
mengatakan, pemimpin Kota Ambon untuk lima tahun akan datang, dibutuhkan
pemimpin yang murah senyum yang berdiri di atas semua golongan, agama dan
kepemimpinan itu konstruktif kepemimpinan bersama yaitu Richard-Syarif. Inilah
pemimpin yang diharapkan pada masa yang akan datang.
"Saya perlu luruskan pernyataan seorang anggota DPR RI asal Maluku bahwa
perjuangan politik untuk menggolkan seluruh dana alokasi umum (DAU) guna
pembangunan daerah ini diperjuangkannya sendiri.
Untuk diketahui, kata hamzah Sangadji, "Fraksi terbesar di DPR RI adalah Fraksi
Partai Golkar dan saya dipercayakan juga dalam panitia anggaran. Oleh karena itu,
anggaran untuk pembangunan di Maluku khususnya Kota Ambon sebesar Rp 1,7
triliun selama lima tahun, tetapi hasilnya tidak ada. Dana Rp 1,7 triliun selama 5
tahun, buktinya kita hanya lihat banjir dimana-mana, terutama di pusat kota seperti di
Jalan. AY Patty dan Jalan A.M. Sangadji. Sampah berserakan dimana-mana. Karena
itu, kita tidak membutuhkan pemimpin seperti itu. Saya mengharapkan pemimpin
Kota Ambon ke depan adalah pemimpin yang betul-betul amanah, yang bisa
membangun kota ini dengan hati yang jujur. Kita tidak butuh pemimpin yang ekstrim,
kita tidak butuh pemimpin yang berpihak pada satu golongan tertentu, tetapi kita
membutuhkan pemimpin yang berdiri di atas semua gologan, semua agama yang
bertumpuh pada semua rakyat di kota ini," tandasnya.
Menurut Sangadji, masyarakat Kota Ambon adalah masyarakat yang majemuk,
konstruktif kepemimpinan bersama antara Richard dan Syarif, itu adalah potret
kepemimpinan yang nasionalis. "Tentunya kita ingin perubahan. Oleh karena itu, tidak
ada pilihan lain, kita harus menciptakan pembaharuan dan pembaharuan mulai dari
masyarakat itu sendiri. Pusat kota adalah AY Patty, tetapi apa yang kita lihat, banjir
ada di sana, sampah berserakan dimana-mana. Sebagai wakil rakyat, kalau ada tamu
dari Jakarta, kita malu melihat kota ini. Sangat berbeda dengan pemimpin
sebelumnya. Kota ini pernah mendapat Piala Adipura, sebagai salah satu kota
terbersih di Indonesia. Tetapi apa yang kita lihat selama lima tahun, dan DAU Rp 1,7
triliun tidak ada bukti sama sekali," tegasnya.
Di mata Hamzah Sangadji, Richard Louhenapessy dan Syarif Hadler, adalah tokoh
yang militan. Richard Louhenapessy dalam partai politik mempunyai pengalaman
politik karena memimpin DPRD Provinsi Maluku dan Syarif Hadler punya pengalaman
memimpin pemerintahan.
"Saya percaya dalam kepemimpinan yang amanah, kepemimpinan yang murah hati,
rendah hati, murah senyum disayang oleh rakyat di kota ini, adalah Richard dan
Syarif. Perlu ada pembaharuan, kita tidak membutuhkan Walikota yang ekstrim dan
kita tidak membutuhkan Walikota yang tidak rendah hati. Kita membutuhkan
Walikota dan Wakil Walikota yang berdiri di atas semua golongan," tegasnya.
Partai Golkar dan PPP, katanya, hanya sebagai institusi politik yang menghantarkan
kedua kandidat ini, tetapi masyarakat Kota Ambon Baguala, dari Kecamatan Sirimau
dan Nusaniwe, punya hak politik untuk menentukan siapa yang akan memimpin Kota
Ambon lima tahun mendatang.
Soal janji-janji dan material dari para pesaing, rakyat pendukung diberi kebebasan
untuk menerima. Asal, jangan beri hati untuk para penjanji dan pemberi minyak
tanah, bimoli, beras, bahkan duit.
"Dikasih ambil. Silakan ambil, tapi jangan beri hati kalian pada tanggal 15 Mei nanti.
Beri hati kalian pada nomor penyeimbang yaitu nomor 3. Dia berdiri di tengah-tengah
dari nomor 1 dan 2, dan nomor 4 dan 5. Satukan Hati Kita Bisa. Sila ketiga dari
Pancasila adalah Persatuan Indonesia," kata Richard Louhenapessy.
Mari satukan hati jaga persatuan dan persaudaraan, belajar dari pengalaman konflik
sosial dulu. Jangan kita ulangi karena tali-tali kasih sedang dirajut, tali persaudaraan
telah terjalin apik. Satukan Hati Kita Bisa. [martin/finus]
|