Harian Analisa Online, Rabu, 6 September 2006
Wapres Yakin Teror Bom Tak Mudah Terjadi Lagi di Indonesia
Semarang, (Analisa)
Wakil Presiden Jusuf Kalla yakin teror bom tidak akan mudah lagi terjadi di Indonesia
mengingat sekarang banyak ahli pembuat bom sudah tertangkap.
"Saya yakin tak semudah itu terjadi lagi di Indonesia dan di samping itu, polisi sudah
mulai profesional. Saya yakin tidak lagi menjadi kebiasaan," kata Wapres Jusuf Kalla
menjawab pertanyaan wartawan di Bandara Achmad Yani Semarang, Selasa, usai
mengunjungi markas Sekolah Kepolisian Anti Teror "Jakarta Centre for Law
Enforcement Cooperation (JCLEC)".
Pernyataan Wapres itu dikemukakan menanggapi pertanyaan tentang munculnya
ledakan bom pada bulan September-Oktober di Indonesia yang beberapa waktu lalu
kerap terjadi. Wapres berharap hal itu tidak akan terjadi lagi.
Dengan pengalaman yang dimiliki dalam beberapa tahun terakhir ini, menurut
Wapres, aparat kepolisian yang dinilai sudah lebih profesional, pasti telah
bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi.
Wapres menambahkan, maraknya teror bom di Indonesia beberapa waktu lalu
memiliki sebab-sebab tersendiri, di antaranya adanya konflik di sejumlah daerah,
adanya latihan-latihan (ala militer), dan masyarakat sendiri belum bersikap hati-hati.
"Sekarang ini tokoh-tokoh teroris seperti Dr Azahari sudah tidak ada, Noordin M Top
juga terus dicari di mana-mana dan ahli-ahli pembuat bomnya juga sudah banyak
yang ditangkap," katanya.
Sedangkan mengenai sekolah anti teror "JCLEC" yang baru dikunjunginya, Wapres
mengatakan, kualitas pendidikan yang dimiliki aparat kepolisian harus setara
kemampuan Internasional karena kejahatan di dunia ini semakin meningkat
kualitasnya.
"Jadi, bukan hanya teror yang ada seperti sekarang, tetapi kejahatan di kota besar
dan 'money loundering' juga perlu diperhatikan sehingga di sekolah anti teror tidak
hanya mengajarkan anti teror saja," katanya.
Dikatakan, kejahatan saat ini juga sudah berhubungan antarnegara sehingga
tingkatannya juga harus baik. "Dan (melalui sekolah itu-red) kita menguji apa yang
dilaksanakan di sejumlah negara selama ini," katanya.
Wapres menambahkan, peserta didik dalam sekolah tersebut merupakan aparat
kepolisian yang sudah memiliki dasar-dasar kepolisian yang baik sehingga yang
diajarkan di sekolah itu adalah metodenya seperti bagaimana mewawancarai dan
melakukan investigasi setelah terjadinya ledakan bom, dan bukan bagaimana cara
bertindak.
Berdialog
Sementara itu ketika mengunjungi Sekolah Anti Teror "JCLEC" tersebut, Wapres
sempat berdialog dengan sejumlah aparat kepolisian yang menjadi peserta pelatihan
di sekolah itu.
Dalam dialog tersebut, Wapres sempat menanyakan tentang materi pelatihan yang
diajarkan para instruktur berkebangsaan asing yang berpengalaman.
Salah seorang peserta yang mengaku berasal dari Sekolah Polisi Negara (SPN)
mengatakan, mereka menjalani pelatihan selama sekitar satu minggu dengan materi
antara lain bagaimana teknik melakukan "interview" terhadap para saksi setelah
terjadinya tindak pidana terorisme.
Ia juga berharap, program pelatihan yang didapat di sekolah tersebut bisa diterapkan
dalam program latihan di SPN melalui kurikulum yang jelas.
Sedangkan peserta yang mengaku berasal dari Laboratorium Forensik mengatakan,
di sekolah tersebut mereka diajarkan bagaimana menganalisa sisa-sisa serpihan dari
sebuah ledakan.
"Bahan-bahan kimia atau peledak dari sisa-sisa sebuah ledakan bisa dianalisa
dengan menggunakan peralatan yang kita miliki, namun tentu saja orang-orang yang
menonton di sekitar lokasi kejadian harus disingkirkan dulu," katanya menjawab
pertanyaan Wapres bagaimana mereka melakukan investigasi jika banyak orang yang
menonton di sekitar lokasi kejadian.
Sekolah Anti Teror "JCLEC" berada di lingkungan Akademi Kepolisian Indonesia,
tepatnya di Jl. Sultan Agung Candi Baru, Semarang, Jawa Tengah.
Penjagaan di sekitar sekolah tersebut nampak sangat ketat. Para tamu yang datang
ke tempat tersebut harus melewati sejumlah tempat pemeriksaan dengan
meninggalkan tanda pengenal terlebih dulu. (Ant)
Copyright © 1998--2005 Harian Analisa Online All rights reserved
|