JAWA POS, Senin, 03 Juli 2006
Koops Bubar, Gereja Dibom
Suhu keamanan Poso Panas lagi
JAKARTA - Hari ini masa tugas Koopskam (Komando Operasi Keamanan) Poso
berakhir. Tim yang dipimpin Irjen Pol Paulus Purwoko mendapatkan "kado" istimewa.
Yakni, ledakan bom di Gereja Jemaat Eklesia, Poso Kota, Sabtu malam.
Ledakan itu menunjukkan bahwa Poso belum benar! -benar aman. "Memang, sempat
ada peledakan. Namun, sekarang, warga lokal tidak mudah terprovokasi untuk
melakukan penyerangan-penyerangan antarkomunitas," kata Paulus.
Ledakan terjadi pukul 22.14 Wita. Warga yang mendengar ledakan keras itu
beramai-ramai keluar rumah. Mereka melihat gumpalan asap putih membubung di
menara gereja. Tidak lama berselang, beberapa polisi dari Polres Poso yang dipimpin
Wakapolres AKP Minarto datang diikuti dua unit mobil gegana.
Beberapa pejabat Poso juga langsung mendatangi tempat kejadian perkara (TKP).
Mereka, antara lain, Wakil Bupati Poso Abdul Muthalib Rimi, Camat Poso Kota, dan
Kabag Infokom Amir Kiat.
Minarto yang ditanya di sela-sela olah TKP (tempat kejadian perkara) belum mau
berkomentar. Sebab, penyelidikan masih berjalan. Ketika dihubungi kemarin, dia
tetap belum mau memberikan keterangan.
Gereja Eklesia di Jalan Pulau Seram itu tak lagi digunakan untuk kegiatan ibadah
sejak kerusuhan 2000. Rumah ibadah tersebut termasuk yang mendapat bantuan
untuk direnovasi. Namun, belum tuntas sudah dibom.
Sisa-sisa kerusuhan antarumat beragama masih ada. Rabu lalu (28/6) ditemukan dua
bom rakitan di Kelurahan Kayamanya, Poso Kota. Namun, kondisi bom itu telah
berkarat. Diperkirakan, bom tersebut merupakan sisa-sisa kerusuhan pada 2000.
Sekitar pukul 11.00 Wita Sabtu (1/7) juga ditemukan 26 butir amunisi aktif di plafon
kantor diler sepeda motor Honda. Menurut Kapolres, melalui Wakapolres Poso AKP
Minarto, di antara 26 butir amunisi itu, 17 butir berukuran 5,6 mm buatan Pindad
untuk laras panjang dan sembilan butir ukuran 3,8 mm juga buatan Pindad untuk
laras pendek. "Sekarang semua masih dalam penyelidikan," tegas Minarto.
Paulus memang belum berani mengatakan bahwa Poso sudah 100 persen aman.
"Saya tidak berani mengatakan seperti itu. Namun, yang jelas, situasinya sudah
membaik," mantan Kasat IPP Polwiltabes Surabaya ini.
Menurut dia, Koopskam yang bertugas sejak 4 Januari lalu sudah banyak berbuat.
Misalnya, mengungkap aksi kekerasan, khususnya pembunuhan disertai mutilasi tiga
siswi SMP, korupsi dana pengungsi, melakukan rehabilitasi sosial, dan normalisasi
harmoni sosial, serta memelihara keamanan.
Kelompok di balik pembunuhan tersebut telah ditangkap dan kini diamankan di
Mabes Polri. Namun, masalah korupsi masih dalam pengembangan. "Total telah ada
21 orang yang kami tangkap dalam kasus korupsi. Termasuk mantan gubernur
Sulawesi Tengah dengan nilai kerugian negara sekitar Rp 20 miliar."
Mengenai masalah harmoni sosial dan situasi keamanan, dia mengakui belum tuntas,
namun sudah banyak kemajuan. Triwulan terakhir 2005 tercatat 9 kasus kekerasan
horizontal dengan jumlah korban 13 tewas dan 52 luka-luka. Triwulan pertama 2006
terdapat 7 kasus dengan korban seorang tewas dan dua luka-luka. Sementara itu,
triwulan kedua sama sekali tidak ada kekerasan horizontal.
Paulus mencatat, pelaku kekerasan adalah kelompok teroris dari luar Poso. Mereka
tidak puas atas kondisi yang ada dan melakukan pengadilan dengan cara sendiri.
"Sering tindakan kelompok itu dalam bentuk teror dan kekerasan," urainya.
Masyarakat sudah berkomitmen untuk menciptakan perdamaian. Malah, semua
kelompok masyarakat telah menandatangani buku kedamaian. Mereka juga secara
suka rela menyerahkan senjata dan amunisi. Totalnya, 8 senjata api, 278 senpi
rakitan, 1.698 amunisi, 155 bahan peledak rakitan, 48 onderdil senjata, dan 77 anak
panah. Semua senjata dan amunisi itu akan dimusnahkan hari ini. (nsr/ano)
© 2003, 2004 Jawa Pos dotcom.
|