KOMPAS, Rabu, 03 Mei 2006
RSU Namlea Belum Berfungsi
Namlea, Kompas - Meski telah selesai dibangun dua tahun lalu, Rumah Sakit Umum
Namlea, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku hingga kini belum difungsikan. Kini
sebagian gedung yang dibangun dengan dana Rp 5,7 miliar itu rusak lagi. Padahal,
rumah sakit itu diharapkan menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat di Pulau
Buru.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Rukiah Marasabessy di Ambon, Selasa
(2/5), mengatakan, bangunan rumah sakit itu telah diserahterimakan dari Pemerintah
Provinsi Maluku kepada Pemerintah Kabupaten Buru pada 12 Oktober 2004.
Berdasarkan pemantauan Kompas akhir pekan lalu, rumah sakit di tepi Pantai Lala
itu mulai ditumbuhi ilalang. Sejumlah pintu masuk dipenuhi tumbuhan rambat hingga
menutup lantai keramik. Plafon di lorong rumah sakit yang terbuat dari tripleks mulai
terkelupas dan lantai keramiknya pecah-pecah.
Batu bata untuk pagar rumah sakit yang belum selesai dibangun itu terlepas dari
semennya saat dipegang. Cat tembok berwarna putih berbekas saat diusap dengan
tangan. Karena belum difungsikan, rumah sakit itu justru menjadi tempat kambing
merumput dan berlindung dari panas dan hujan. Kotoran hewan ternak itu berceceran
di sebagian lantai rumah sakit.
Lokasi rumah sakit juga cukup jauh dari permukiman warga, terlebih dari pusat Kota
Namlea. Hanya beberapa rumah baru yang didirikan warga di sekitar area rumah
sakit. Sebagian besar lahan di sekitar bangunan rumah sakit masih ditumbuhi ilalang
dan pohon minyak kayu putih.
"Ini proyek sia-sia. Mestinya rumah sakit ini bermanfaat bagi warga yang butuh
pelayanan kesehatan. Namun sebaliknya, rumah sakit ini justru terbengkalai," kata
seorang warga Namlea.
Lahan bermasalah
Menurut Rukiah, rumah sakit itu belum beroperasi karena lahannya masih
bermasalah. Saat dibangun tahun 2001, pemilik tanah menghibahkan tanahnya untuk
rumah sakit. Namun, kini pemilik itu menuntut ganti rugi.
Selain terkendala masalah tanah, lanjut Rukiah, sejumlah prasarana pendukung
lingkungan yang menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten juga belum
terbangun, seperti jaringan listrik dan saluran air bersih. Akibatnya, rumah sakit tipe C
yang dibangun dengan dana sebesar Rp 5,7 miliar itu belum dapat difungsikan.
"Persoalan tanah dan belum dibangunnya prasarana lingkungan oleh pemerintah
kabupaten itulah yang membuat rumah sakit itu telantar," kata Rukiah.
Dia membantah belum dioperasikannya bangunan rumah sakit tersebut karena belum
tersedianya peralatan kesehatan. Menurut dia, sebagian peralatan rumah sakit sudah
disimpan di Namlea, sebagian lainnya masih di Ambon.
Sebagai kabupaten yang baru dimekarkan tahun 1999, jumlah tenaga kesehatan yang
ada di daerah itu masih sangat terbatas. Bukan hanya dokter umum dan spesialis
yang kurang, jumlah perawat pun sangat kurang.
Jumlah dokter umum kini hanya lima orang. Adapun jumlah perawat dari kebutuhan
untuk rumah sakit tipe C, yaitu sebanyak 150 orang, hanya tersedia sekitar 100
perawat. (mzw/ssd)
Copyright © 2002 Harian KOMPAS
|