KOMPAS, Kamis, 03 Agustus 2006
Informasi soal Noordin M Top Dinilai Masih Terlalu Prematur
Jakarta, Kompas - Informasi soal keberadaan buronan tersangka pelaku terorisme
Noordin M Top di suatu desa di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, sejauh ini dinilai
masih terlalu dini atau prematur. Meski demikian, kepolisian akan selalu merespons
informasi apa pun menyangkut buronan itu.
Di lapangan, yaitu di kaki Gunung Welirang, Mojokerto, Rabu (2/8), sebanyak 50
personel Batalyon Infanteri 500/Raiders Kodam V/Brawijaya menyisir kaki gunung
untuk mencari para tersangka teroris yang berdasarkan informasi masyarakat diduga
bersembunyi di daerah tersebut.
Terkait dengan informasi dari masyarakat itu, pihak kepolisian akan menganalisis
tingkat keakuratan setiap informasi untuk menentukan eksekusi tindakan yang perlu
di lapangan.
Demikian disampaikan Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Paulus
Purwoko, Rabu kemarin. "Informasi yang masuk dianalisis dulu. Kalau masih dini,
kepolisian akan menurunkan tim dulu untuk verifikasi. Sejauh ini yang diturunkan baru
dari Tim Antiteror dari Detasemen Khusus 88 Polda Jatim saja," ujar Purwoko.
Informasi dari warga setempat adalah mereka mengaku melihat seseorang yang mirip
Noordin. Informasi itu diterima kepolisian Selasa lalu.
Tentang penyisiran oleh Batalyon Infanteri 500/Raiders Kodam V/Brawijaya terkait
dengan informasi dari warga tentang seseorang yang mirip dengan Noordin M Top,
Purwoko mengatakan, "Kami menyambut positif keterlibatan institusi lain yang
menyisir lokasi itu sebagai wujud partisipasi menegakkan hukum."
Menindaklanjuti informasi
Komandan Korem 082 Mojokerto Kolonel Infanteri Sentot Maksum yang memimpin
tim pemburu teroris di kaki Gunung Welirang menuturkan, mereka dibagi menjadi
beberapa tim untuk memastikan keberadaan anggota komplotan teroris yang diduga
bersembunyi di sana.
"Kami menindaklanjuti informasi dari masyarakat tentang keberadaan komplotan
teroris di sana. Tim akan menangkap mereka hidup atau mati. Untuk itu kami
berkoordinasi dengan kepolisian (Detasemen Khusus 88 Kepolisian Daerah Jatim),"
ujarnya di pusat komando lapangan di Taman Hutan Rakyat di desa Jati Dukuh,
Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto.
Pencarian dipusatkan di sekitar Bukit Semar dan kompleks pemakaman watu. Ada
sejumlah warga mengaku beberapa kali bertemu orang-orang berlogat Melayu yang
meminta makanan dengan paksa di daerah itu.
Penjagaan di Desa Dilem, yang paling sering didatangi anggota komplotan untuk
mencuri bahan makanan, diperketat. Kini setiap orang yang akan memasuki desa itu
diperiksa tanda pengenalnya oleh penduduk setempat.
Sebaliknya, di Desa Ngembat, hampir tak ada lagi penduduk yang membawa
senapan angin. Padahal, sampai Selasa malam, penduduk desa itu diminta
membawa senapan angin untuk berjaga-jaga seandainya anggota komplotan turun
lagi.
Kepala Penerangan Kodam V/Brawijaya Letnan Kolonel Bambang Sulistyono, yang
dihubungi pada Rabu petang, mengatakan, pengejaran tersangka teroris kemarin
belum mendapatkan hasil.
Desa Ngembat dan Begagan Lima tidak langsung berhadapan dengan Bukit Semar.
Untuk mencapai ke dua desa dari Kecamatan Gondang, harus melalui jalan aspal
sepanjang 15 km, berkelok-kelok, selebar kendaraan roda empat.
Di Semarang, empat dari delapan terdakwa pelaku tindak pidana terorisme tidak hadir
dalam persidangan perdana kasus peledakan bom Bali kedua di Pengadilan Negeri
Semarang, Jawa Tengah, kemarin.
Terdakwa Subur Sugiarto, Joko Wibowo alias Abu Sayyaf, Joko Suroso, dan Adhitya
Triyoga kemarin absen, sedangkan Wawan Supriyatin alias Muchlis, Harry Setya
Rachmadi, Sri Puji Mulyo Siswanto, dan Ardi Wibowo hadir.
Mereka didakwa membantu dan menyembunyikan informasi tentang tersangka tindak
pidana terorisme, Noordin M Top. (SF/RAZ/INA/kom)
Copyright © 2002 Harian KOMPAS
|