KOMPAS, Senin, 05 Juni 2006, 08:17 WIB
Tentara Tewas Dikeroyok
Bekasi, Warta Kota
Gara-gara melerai keributan di acara hajatan pernikahan, Sertu Rahmat A. Rawi (38),
Bintara Pembina Desa (Babinsa) di Babelan, Kabupaten Bekasi, tewas dikeroyok,
Sabtu (3/6) malam.
Sebuah tusukan di bagian punggung yang tembus ke jantung diduga menjadi
penyebab tewasnya Rahmat. Korban adalah anggota Koramil 05 Babelan, Kabupaten
Bekasi. Sementara empat orang pengeroyoknya sudah tertangkap.
Buntut dari kejadian itu, pada Minggu (4/6) siang, massa yang simpati pada Rahmat
mendatangi Kantor Polsek Babelan untuk mencari empat orang pembunuhnya.
Massa yang jumlahnya sekitar 100-an orang itu berbondong-bondong menuju kantor
Polsek. Mereka ingin membalas dendam. Sampai pukul 17.30 WIB, massa masih
bertahan di depan pagar polsek. Kapolres Bekasi, AKBP Purwadi Ariyanto, terpaksa
turun tangan untuk meredam emosi massa.
Mereka yang ditangkap masing-masing Darwan, Dayat, Yasin, dan Dadi. Dayat dan
Darwan merupakan pasangan kakak beradik. Dalam peristiwa pembunuhan itu, Dayat
mengaku yang menikam tubuh Rahmat, sedangkan yang lainnya hanya ikut
mengeroyok. Polisi juga mengamankan barang bukti berupa sebilah pisau.
"Keempat tersangka sudah dibawa ke Polda Metro Jaya dengan menggunakan
kendaraan rantis. Massa memang sempat emosi, ya itu wajar saja. Tapi akhirnya
kemarahan mereka bisa kami kendalikan juga. Begitu kendaraan rantis ke luar dari
halaman polsek, massa nggak melakukan tindakan apa-apa kok," ujar Kapolsek
Babelan, AKP Bambang Purnomo.
Pentas dangdut
Berdasarkan informasi yang dihimpun di lokasi kejadian, Sabtu malam itu di rumah
Asmat di Kampung Kebalen RT 04/14, Desa Kebalen, Kecamatan Babelan, sedang
menggelar hajatan pernikahan. Dalam acara besar itu, Asmat menyuguhkan hiburan
musik dangdut untuk menghibur para pengunjung. Acara pernikahan yang dimulai dari
jam 14.00 WIB sampai malam ini ternyata berbuntut kericuhan.
Di acara dangdutan yang dimulai pukul 20.00 ini terjadi pertikaian antara dua
kelompok warga. Menurut Naman Ronte, Ketua FBR Gardu 0155 Babelan, kelompok
Dayat Cs berusaha memalak seorang pria yang malam itu sedang asyik nyawer
(memberi uang-- red) ke salah seorang biduan dangdut. "Karena nggak dikasih,
mereka maksa dan akhirnya ribut," ujar Naman.
Merasa tidak senang karena diancam akan dilukai, si penyawer tadi mengadukan
kejadian itu ke saudaranya yang menjabat sebagai Sekretaris Desa Babelan bernama
Lihan. Bersama beberapa kawannya, Lihan mendatangi Dayat dkk. Pertikaian pun tak
terelakan. Lihan dihajar dengan bangku sampai kepalanya berdarah.
Melihat kejadian itu, beberapa warga yang menemani Liman berusaha membalas.
Rahmat yang mendengar kabar keributan itu bergegas ke lokasi kejadian. Dengan
mengenakan seragam tentara, Rahmat yang berpangkat Sertu ini mencoba melerai
keributan itu. Tapi apa yang terjadi, Rahmat malah diserang oleh Dayat dan ditikam
dengan pisau.
"Keponakan saya ditikam dari belakang sampai tembus ke bagian jantung dan
pembuluh paru-paru. Mereka itu nggak melihat kalau yang melerai itu kepala babinsa.
Biar sudah pakai seragam tentara masih disikat juga, apa namanya tuh," tegas
Naman. Dalam kondisi sekarat, Rahmat dibawa ke klinik di Kampung Pulo Timah.
Tapi belum sempat dirawat Rahmat tewas.
Malam itu juga setelah menerima informasi kejadian itu, polisi turun tangan mencari
kawanan pelaku yang menganiaya korban. "Saya sendiri yang memimpin proses
penangkapan. Anggota kami sebar dan beberapa jam kemudian kami berhasil
menangkap keempat pelakunya di rumahnya, mereka sempat bersembunyi," kata
Bambang Purnomo.
Begitu mendengar Rahmat meninggal dunia, warga Kampung Kedaung RT 01/01,
Desa Kedung Jaya, Kecamatan Babelan, marah. Pihak Koramil Babelan juga geram
ketika dilapori salah seorang anggotanya tewas dibunuh orang. Jenasah suami dari
Ny Dedeh yang bekerja sebagai guru agama, ini dimakamkan di TPU Kedung Jaya
dengan prosesi pemakaman militer.
Memalak
Menurut pengakuan Dayat, tidak benar dia memalak seorang penyawer. "Awalnya
begini Pak. Saya datang lebih dulu bersama dua teman saya ke hajatan itu. Kami
sempat nenggak dua botol bir. Karena kurang, kami mendatangi orang yang nyawer
tadi supaya ikut minum lah, biar dia yang nambahin duitnya," kata Darwan.
Tapi aku Darwan lagi, kedatangan mereka disalahtafsirkan oleh beberapa orang yang
merupakan rekan dari si penyawer tadi. Akhirnya tutur Darwan, terjadilah keributan,
dan mereka sempat diserang lebih dulu. "Tiba-tiba sekelompok orang sudah mau
menyerang kami dengan golok, bahkan saya sempat digetuk sampai nggak sadarkan
diri," bela Dayat.
Akhirnya Dayat panas dan segera mengeluarkan pisau yang sudah dibawanya sejak
dari rumah. "Karena sudah kalap mata, saya main tancap pisau itu ke seorang pria
yang menghampiri saya. Saya benar-benar nggak tahu kalau orang itu pak Rahmat,
babinsa Babelan. Malam itu saya sudah kalap sekali Mas karena saya mau balas
dendam, saya tikam orang itu pakai pisau," ujar Dayat.
Utang nyawa, bayar nyawa
Usai mengubur jenazah Rahmat, warga tidak langsung pulang ke rumah. Mereka
menyerbu ke Polsek Babelan dengan maksud membalas dendam kepada keempat
tersangka. "Kami ingin utang nyawa dibayar nyawa. Kami mau para tersangka jangan
dipenjara, tapi dihakimi massa saja," tukas Naman. Polisi sendiri menangkap lima
orang, tapi satu diantaranya tidak terbukti bersalah sehingga dilepaskan. Sedangkan
empat orang terbukti telah melakukan pengeroyokan terhadap Sertu Rahmat hingga
yang bersangkutan tewas.
Berdasarkan pengakuan warga yang datang ke Polsek Babelan itu, Dayat dkk sudah
sering kali meresahkan warga. Bahkan tahun 2004 lalu, mereka pernah menganiaya
salah seorang pengurus RT yang bernama Salim dan kedua anaknya. "Waktu itu
kami nggak tahu persoalannya. Cuma biasanya kalau sudah mabuk, mereka selalu
berulah dan berbuat onar," ucap Naman diamini warga lainnya.
Kalau tidak bisa dihakimi massa, warga ingin mereka dipenjara setimpal dengan
perbuatannya. Polisi menjerat keempat tersangka dengan pasal 170 KUHP tentang
pengeroyokan dan pasal 351 KUHP tentang penganiayaan yang mengakibatkan
hilangnya nyawa seseorang. "Mereka belum kami periksa, sebab untuk keamanan,
mereka kami limpahkan ke polda metro jaya," ucap Bambang.
Sementara itu, Kepala Penerangan Kodam Jaya (Kapendam Jaya), Letkol Asep
Sapari yang dihubungi Minggu (4/6) sore mengaku belum mengetahui kalau salah
satu anggota Koramil 05 Babelan tewas dikeroyok massa. "Belum ada laporan,
kapan kejadiannya, saya malah baru tahu dari anda. Yang jelas, kami harus tahu dulu
apa persoalan yang sebenarnya, kalau memang ada kejadian itu akan kami selidiki,
nanti saya cari informasi dulu," katanya.(Ded/M3)
Copyright © 2002 Harian KOMPAS
|