Radio Nederland Wereldomroep, Rabu 13 September 2006 16:00 UTC
Fanny Habibie dan Kalangan RMS di Belanda
13-09-2006
[PHOTO: Muhamad Jusuf ]
Pihak yang menamakan diri pemerintahan pengasingan Republik Maluku Selatan di
Belanda menuntut supaya Fanny Habibie, duta besar baru Indonesia untuk kerajaan
Belanda mencabut atau memperjelas pernyataannya tentang masyarakat Maluku
Belanda. Dalam siaran televisi Netwerk, 7 September lalu, tentang masyarakat
Maluku Belanda Fanny Habibie yang masih dinanti kedatangannya di Den Haag
antara lain menyebut orang Maluku Belanda sebagai cuma bisa menggerutu, maka
enak dan tidur-tidur saja. Kalangan RMS justru memuji langkah Muhamad Jusuf, yang
segera digantikan oleh Fanny Habibie, karena telah mengadakan pendekatan hati-hati
menuju dialog bagi penyelesaian damai konflik Indonesia dengan RMS. Bagaimana
pengalaman mantan dubes Muhamad Jusuf dalam berdialog dengan RMS ini? Berikut
Muhamad Jusuf kepada Radio Nederland Wereldomroep.
Muhamad Jusuf [MH]: "Saya ke mana-mana, ke kampung Maluku juga. Karena
minimal kan kita sesama manusia. Dan masalah RMS itu masalah tahun 1950an,
kan. Dan sekarang sudah 2005, 2004, 2003 saya di sana. Kapan akan selesainya?
Sampai kiamat? Kan itu yang kakek-kakeknya yang Maluku sekarang?"
Dialog informal
Radio Nederland Wereldomroep [RNW]: "Dulu Pak Jusuf pernah mengadakan
pertemuan atau dialog yang disebut informal."
MH: "Sering, saya ke kampung orang Malukupun sering, saya."
RNW: "Apa sebenarnya latar belakang Bapak mengadakan pendekatan dengan
mereka?"
MH: "Kan warga bangsa saya juga. Dan saya katakan, Jong Ambonpun kan ikut
Soempah Pemoeda. Apa tujuannya? Bagi saya suatu hal yang normal. Dia juga
sayang sama saya, saya juga senang sama mereka."
Resep
RN: "Kalau sekarang ada semacam ya, friksi antara dubes Indonesia yang baru di
Belanda pengganti Bapak dengan kalangan mereka, Bapak yang sudah kenal mereka
ini, kira-kira resep seperti apa yang bisa merekatkan kembali mereka dengan KBRI?"
MH: "Saya kira pak Fanny juga punya resep-resep tertentu, dan pak Fanny itu
rasanya lebih tahu orang Ambon daripada saya. Beliau bisa bahasa Ambon. Saya
malah dari Sumatra endak tahu bahasa Ambon itu. Jadi kita lihat sajalah.
Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini kan beliau akan menyerahkan surat-surat
kepercayaan dan kita lihat. Dan saya mendoakan semua akan berjalan dengan baik,
jauh lebih baik dari masa saya."
RNW: "Jadi menurut bapak yang penting adalah pak Fanny ini tahu bahasa Ambon
dan orang dari Indonesia bagian Timur."
Lebih siap
MH: "Bukan tahu bahasa Ambon saja. Tahu cara berpikir orang Ambon. Dan ketika
konflik itu beliau sangat berperan di dalam mendamaikan pertikaian di Ambon sendiri.
Saya enggak ngerti malah kejiwaan orang Ambon. Pak Fanny jauh lebih siap."
© Hak cipta 2006 Radio Nederland Wereldomroep
|